DI hadapan perwakilan Wrexham Supporters Trust, duet selebriti Hollywood Ryan Reynolds dan Rob McElhenney mengungkapkan alasan masing-masing mengapa ingin berinvestasi dan mengurusi Wrexham AFC, klub antah-berantah asal Wales. Alasan itu dikemukakan aktor asal Kanada dan Amerika Serikat (AS) tersebut dalam percakapan via Zoom medio November 2020 lalu.
McElhenney yang juga fans fanatik tim American football Philadelphia Eagles menjawab, ia merasa ada satu koneksi antara kota asalnya, Philadelphia, dengan kota Wrexham yang notabene sama-sama kota para kelas pekerja. Kemenangan susah payah Eagles pada Super Bowl 2017 menghadirkan kebahagiaan tak terkira bagi setiap warga Philadelphia. McElhenney ingin menghadirkan hal serupa bagi warga kota Wrexham.
“Mengapa Wrexham?” giliran Reynolds menjawab. “Kami percaya klub kalian adalah raksasa yang tertidur dengan cerita (sejarah) serta stadion dan fans yang luar biasa. Kami ingin Wrexham menjadi kekuatan global. Niat kami bukan untuk menjadikan Wrexham bagian dari cerita kami melainkan kami yang ingin menjadi bagian dari cerita Wrexham,” tukasnya.
Percakapan itu jadi awal bagian penting dalam episode pertama bertajuk “Dream” di serial dokumenter Welcome to Wrexham, Season 1. Dokumenter yang disutradarai langsung Reynolds-McElhenney itu mengangkat highlight “kisah Cinderella” klub Wrexham AFC yang sudah belasan tahun terpuruk di pentas National League atau kasta kelima dalam piramida sepakbola Inggris.
Baca juga: Kisah Klopp dan Liverpool yang Klop
Usai deal beberapa waktu kemudian, sekira 98 persen dari 2.000 anggota Wrexham Supporters Trust merestui Reynolds dan McElhenney melalui perusahaan RR McReynolds Company LLC mengakuisisi Wrexham AFC dengan nilai investasi 2 juta poundsterling di bulan yang sama.
Akan tetapi mimpi Reynolds-McElhenney sebagai pemilik baru klub berjuluk Red Dragon itu tak semudah membalikkan telapak. Itulah yang dihadapi duet selebriti itu dalam episode 2, “Reality”; dan episode 3, “Rebuilding”.
Kesulitan makin terasa lantaran pengalaman keduanya dalam manajemen sepakbola sangat minim. Terlebih, di awal mereka juga masih disibukkan rutinitas di dunia hiburan hingga mempercayakannya kepada sahabat McElhenney cum penulis komedi, Humphrey Ker, sebagai penghubung dan direktur eksekutif baru klub.
Dalam total 18 episode di season 1 itu juga digambarkan betapa greget, rumit, hingga membuat frustrasi dalam meletakkan fondasi era baru klub. Dari soal melepas beberapa pemain yang under-perform, pelatih/manajer Dean Keates, direktur Spencer Harris, hingga soal perbaikan lapangan dan rumput di Stadion Cae Ras atau Racecourse Ground, stadion bertaraf internasional tertua dunia, yang besaran biayanya tak terduga.
Baca juga: FIFA Uncovered dan Tikus-Tikus Berdasi Pejabat Sepakbola
Belum lagi kenyataan bahwa Wrexham AFC gagal masuk babak playoff National League musim 2020-2021 demi mendapat satu tiket promosi ke kompetisi kasta keempat, English Football League (EFL) Two. Akibatnya 14 tahun Wrexham tetap berkubang di National League, sehingga Wrexham mencatatkan rekor sebagai klub terlama yang berdiam di kompetisi kasta kelima Inggris.
“Saya belum lama menjadi pemilik klub sepakbola. Sejauh ini yang saya rasakan sangat memakan waktu, melelahkan secara emosi, idiot dari kacamata keuangan dan gilanya bikin ketagihan,” kata Reynolds.
Meski begitu, asa tetap terjaga menjelang musim 2021-2022. Selain aktif mendongkrak marketing dan pendapatan via media sosial, Reynolds-McElhenney merekrut figur-figur baru yang lebih paham sepakbola. Di antaranya Shaun Harvey sebagai penasihat Dewan Direksi dan Fleur Robinson sebagai CEO klub.
Reynolds-McElhenney juga menyuntikkan lagi dana segar serta membujuk agar merekrut dua sosok kunci baru, Phil Parkinson untuk kursi pelatih/manajer, dan Paul Mullin untuk menambah daya gedor lini depan “Si Naga Merah”. Parkinson merupakan pelatih kawakan yang sukses membawa tiga klub promosi: Colchester United ke kompetisi Championship (2006), Bradford City ke League One (2013), dan Bolton Wanderers ke Championship (2017). Sedangkan Mullin adalah pemain bintang dan topskorer di League Two bersama Cambridge United.
Namun, Welcome to Wrexham memang tak sedramatis film olahraga yang dikemas sarat drama dengan vibe “kisah Cinderella” seperti Invincible (2006), Invictus (2009), atau Moneyball (2011). Namun dengan kemasan dokumenter, Welcome to Wrexham akan membawa penonton menyelami kerumitan, kepahitan, hingga frustrasi yang ditimbulkannya dengan lebih dalam dan nyata.
Welcome to Wrexham juga menggambarkan realita suka-duka para fans loyal dan sejumlah pemainnya dengan kehidupan bagai langit dan bumi jika dibandingkan dengan para pemain yang berkarier di kasta teratas Premier League. Dengan beragam lelucon si pemeran Deadpool yang diiringi music scoring disko, pop, hingga rap, serial ini juga tak meninggalkan ruang kosong yang membuat bosan.
Baca juga: Asal-Usul si Kocak Deadpool
Mengapa Wrexham?
Stadion Cae Ras bergemuruh begitu wasit meniupkan peluit panjang. Ribuan fans tumpah ruah ke dalam lapangan usai Wrexham AFC menyegel kemenangan 3-1 kala menjamu Boreham Wood pada matchday ke-45, 22 April 2023. Tiga angka yang diraih memastikan “Si Naga Merah” takkan lagi terkejar pesaing terberatnya, Notts County.
Kemenangan itu mengantarkan Wrexham menjuarai titel National League musim 2022-2023 sekaligus meraih satu tiket lolos ke League Two musim berikutnya. Reynolds dan McElhenney di tribun VIP menangis haru dan hanyut dalam euforia yang menuntaskan 15 tahun mimpi Wrexham untuk promosi.
“Saya kesulitan memproses apa yang terjadi malam ini. Satu hal yang terus menjadi pikiran saya sejak awal, orang-orang mempertanyakan, ‘mengapa Wrexham, mengapa Wrexham’, inilah alasan tepatnya mengapa Wrexham,” cetus Reynolds, dikutip CNN, 23 April 2023.
Baca juga: Captains of Zaatari Meretas Mimpi
Tentu itu bukan garis finis. Masih harus dinanti bagaimana Reynolds-McElhenney mengupayakan Wrexham tak sekadar jadi tim penggembira di League Two pada musim 2023-2024, atau bahkan balik lagi terdegradasi ke kasta National League. Masih panjang perjalanannya untuk bisa menyamai era kejayaan masa lalu, di mana Wrexham pernah wara-wiri di kasta League One (kasta ketiga) dan Divisi Championship (kasta kedua).
Menilik sejarahnya, Wrexham tak hanya memiliki stadion bertaraf internasional tertua dunia yang masih aktif digunakan. Wrexham juga merupakan klub profesional tertua ketiga yang masih eksis sekarang.
Wrexham AFC lahir dengan nama Wrexham Cricket Club pada Oktober 1864. Phil Stead dalam Red Dragons: The Story of Welsh Football mengungkapkan, mulanya sepakbola sekadar jadi olahraga kedua yang dimainkan para anggota klub kriket itu di musim panas. Manajemen sepakbola yang terpisah baru dibentuk pada 1872 di sebuah bar di Turf Hotel, tepat di samping Stadion Raceground Course yang mulanya merupakan arena olahraga kriket dan pacuan kuda.
“Pada riset terbaru pada klipingan koran Montgomeryshire Express edisi 1 Juli 1879 berisi pidato Presiden Wrexham FC, Evan Morris yang menyatakan klubnya dibentuk 15 tahun lalu yang berarti tahun 1864. Riset itu membuat Wrexham sebagai klub tertua di Wales,” tulis Stead.
Baca juga: Sejarah di Balik Dongeng Leicester City
Sejak 1864 itu pula Wrexham menempati lapangan Denbighshire County Cricket Ground (kini Stadion Racecourse Ground) sebagai kandangnya setelah arena itu direnovasi dari arena pacuan kuda dan kriket menjadi stadion sepakbola. Namun lantaran Perang Dunia I, Racecourse Ground digunakan sementara menjadi lapangan terbang. Wrexham pun terpaksa mengungsi ke lapangan Rhosddu Recreation Ground.
Pertandingan pertama Wrexham tercatat berlangsung pada 22 Oktober 1864. Dalam laga persahabatan itu, Wrexham menjamu tim Prince of Wales Fire Brigade yang dimenangkan tim tamu. Namun, tak tercatat berapa skornya.
Wrexham langsung jadi partisipan ketika Football Association of Wales (FAW, induk sepakbola Wales) –yang berdiri pada 1876– menggelar turnamen pertamanya, Welsh Cup musim 1877-1878. Wrexham bahkan menjuarai debut turnamen itu dengan menekuk Druids FC 1-0 di final yang dimainkan di Stadion Acton Park.
Baca juga: Aston Villa Punya Cerita
FA Cup musim 1883 menjadi debut Wrexham dalam kompetisi itu. Tujuh tahun kemudian, Wrexham tampil perdana di kompetisi lintas wilayah, The Combination League. Pada 1905, Wrexham baru berkiprah di pentas yang lebih prestisius yang juga diikuti klub-klub Inggris, Football League. Namun pada 1921 Wrexham terlempar ke Third Division North seiring FA merestrukturisasi dan mereorganisasi Football League.
Pasca-Perang Dunia II, Wrexham memasuki “masa-masa kejayaan”. Usai promosi ke kasta ketiga pada 1960, Wrexham acap jadi batu sandungan klub-klub yang lebih superior. Wrexham sebagai jawara Welsh Cup bahkan pernah mencicipi pentas Eropa di Winners’ Cup 1972 meski gagal lolos penyisihan grup. Pencapaian tertingginya ditorehkan pada musim 1975-1976 ketika Eddie May dkk. mengantarkan Wrexham hingga perempatfinal Winner’s Cup.
Sayangnya krisis ekonomi yang mendera kota Wrexham di awal 1980-an turut berdampak pada keuangan klub hingga dua dekade kemudian. Sempat bermain di kompetisi League One pada 2001, Wrexham akhirnya terdegradasi di setiap musim hingga berakhir di kasta National League yang bertahan selama 15 tahun.
Baca juga: Watford, Klub Semenjana Kesayangan Elton John
Namun, usai kedatangan Reynolds-McElhenney, Wrexham mulai kembali bergeliat. “Kisah Cinderella” Wrexham yang menjuarai National League musim 2022-2023 menjadi satu bukti kendati jalan masih panjang untuk bisa mengulang atau bahkan melebihi masa jayanya di era silam.
“Para suporter laik merasakan kebahagiaan ini. Sejak awal mereka khawatir akan hal terburuk tapi kami selalu berdiri bersama mereka. Tak peduli apa yang kita hadapi,” tandas Mullin.
Deskripsi Film:
Judul: Welcome to Wrexham | Sutradara: Rob McElhenney, Ryan Reynolds | Produser: Rob McElhenney, Ryan Reynolds, Humphrey Ker, Drew Palombi, Jeff Luini, Aaron Lovell | Produksi: Broadwalk Pictures, DN2 Productions, Maximum Effort, RCG Productions, 3 Arts Entertainment, FX Productions | Genre: Serial Dokumenter Olahraga | Durasi: 20-47 menit per episode (18 episode) | Rilis: 24 Agustus-12 Oktober 2022 (Hulu, Disney+)