Masuk Daftar
My Getplus

Asal-Usul si Kocak Deadpool

Lahir berkalang kontroversi. Dianggap menjiplak Spider-Man dan Deathstroke.

Oleh: Randy Wirayudha | 04 Jun 2018
Karakter superhero mematikan namun konyol, Deadpool alias Wade Wilson kembali di sekuelnya garapan Marvel Entertainment/Foto: deadpool.com

SUPERHERO berbalut kostum tactical merah ketat is back! Setelah sukses dengan film perdana Deadpool (2016) yang masih dalam lebensraum-nya semesta Marvel, Ryan Reynolds kembali memerankan pahlawan konyol tapi mematikan dalam Deadpool 2.

Sekuel kali ini digarap sutradara David Leitch (Deadpool 2016 disutradari Tim Miller), menampilkan petualangan lanjutan mutan kocak yang punya kelebihan bisa menyembuhkan diri dari berbagai luka. Di film yang rilis perdana 10 Mei 2018 ini, nyaris 119 menit durasinya berisi beragam adegan kocak yang akan membawa penonton terpingkal-pingkal  sekaligus terpukau dengan akhir cerita nan mind-blowing yang mungkin melebihi Avengers: Infinity War.

Jalannya cerita terbilang sederhana, namun tak mudah ditebak. Fokusnya ada pada sang Deadpool yang –ber-alter ego Wade Wilson– ngotot menyelamatkan seorang bocah mutan lain, Firefist/Russell Collins (Julian Dennison), jadi target pembunuhan mutan lain yang datang dari masa depan, Cable (Josh Brolin). Firefist ternyata memporak-porandakan dunia sebagai penebusan dendam gara-gara di masa kecil acap disiksa di rumah rehabilitasi mutan yatim piatu.

Advertising
Advertising

Cable kembali ke masa lalu demi melenyapkan Firefist dengan harapan anak-istrinya bisa hidup kembali jika mencegah Firefist tumbuh dewasa dan jadi bencana di masa depan, di mana salah satu korbannya adalah keluarga Cable. Sementara, Deadpool membentuk tim X-Force yang berisi sejumlah mutan lain seperti Domino (Zazie Beetz), Shatterstar (Lewis Tan), Zeitgeist (Bill Skarsgard), Vanisher (Brad Pitt), Yukio (Shioli Kutsuna), Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand), dan Colossus (Stefan Kapicic). Nama kedua terakhir ‘cabutan’ dari X-Men.

Selain sekuel kali ini lebih kocak, nyeleneh dan konyol, Rhett Reese, Paul Wernick, dan Ryan Reynolds yang juga tergabung di tim penulis skenario, tak segan-segan menyelipkan beberapa scene hingga dialog yang nyerempet film-film lain macam X-Men, karakter Wolverine (Hugh Jackman), hingga menyindir karakter Green Lanter dari DC Comics yang notabene pernah pula diperankan Reynolds pada 2011.

Soal efek CGI (Computer-Generated Imagery), Deadpool 2 cukup halus dan keren. Terlebih saat menampilkan tokoh Colossus yang sepenuhnya tubuhnya chrome. Maka, khusus adegan-adegan yang menampilkan Colossus, diambil beberapa kali lebih banyak untuk menghadirkan efek pantulan cahaya mengingat chrome selalu memantulkan cahaya.

Efek suara juga sangat digdaya, bisa membawa suasana tegang saat Deadpool terlibat pertarungan. Sebagaimana film Deadpool pertama, sekuel ini juga banyak diramaikan sisipan lagu-lagu lawas macam All Out of Love (Air Supply), Papa Can You Hear Me? (Barbra Streisand), If I Could Turn Back Time (Cher) dan lagu-lagu genre dubstep. 

“Setelah ini Anda pasti akan mencari tentang Dubstep di Google,” canda Deadpool di suatu adegan, seolah berinteraksi dengan penontonnya. Satu hal yang perlu diperhatikan, film ini meski menampilkan pahlawan super, bukan berarti bisa dinikmati semua kalangan, terutama anak-anak, mengingat banyaknya adegan kekerasan nan berdarah-darah.

Lahirnya Deadpool Berkalang Kontroversi

Deadpool 2 merupakan seri ke-11 dari “franchise” X-Men keluaran Marvel Entertainment. Karakter Deadpool sebelumnya muncul sebagai karakter ekstra di X-Men Origins: Wolverine (2009) dan X-Men: Days of Future Past (2014). Deadpool juga muncul di beragam komik. Eksistensi Deadpool pertama kali muncul di komik Marvel, The New Mutants Nomor 98 pada 10 Februari 1991.

Karakter Deadpool lahir dari karya ilustrator komik Rob Liefeld dan penulis komik Fabian Nicieza. Awalnya, Deadpool diciptakan sebagai super-villain alias penjahat super. Dia seorang pembunuh bayaran dengan beragam skill bertarung dengan senjata tajam maupun senjata api.

Kostumnya dibuat berwarna merah darah berkonsep tactical untuk menunjang sang karakter menyimpan sejumlah senjatanya. “Kenapa merah? Agar musuh-musuh tak bisa melihat saya berdarah,” tutur Wade Wilson dalam sebuah dialog di Deadpool 2016. Namun dari penciptaan itu, banyak kontroversi muncul lantaran karakternya dianggap menjiplak dua karakter lain: Spider-Man (Marvel) dan Deathstroke (DC Comics).

Liefeld akhirnya memang mengakui bahwa Deadpool terinspirasi dari karakter-karakter yang lebih dulu muncul itu. Saat Liefeld sedang melanjutkan seri komik The New Mutants, dia terinspirasi menciptakan satu karakter tambahan kala sahabatnya, Todd McFarlane, juga sedang menyelesaikan salah satu seri komik Spider-Man.

“Faktanya, Spider-Man tak hanya jadi pengaruh dan inspirasi sebagai pahlawan berkostum ketat dan bertopeng. Liefeld berniat membuat Deadpool sebagai versi jahatnya Spider-Man,” ungkap Brian Cronin dalam 100 Things X-Men Fans Should Know & Do Before They Die.

Tentu saja Liefeld dan Nicieza tak membuat Deadpool punya kemampuan serupa Spider-Man atau mungkin karakter Wolverine untuk dimasukkan ke seri komik The New Mutants. “Wolverine dan Spider-Man adalah dua karakter yang jadi saingan saya setiap saat. Saya harus membuat Spider-Man dan Wolverine (versi) saya sendiri,” kenang Liefeld kepada Forbes, 12 Februari 2016.

Mereka memilih kemampuan yang “dicontek” dari Deathstroke, salah satu karakter DC Comics – saingan Marvel, yang diidolakan Liefeld. Ini lantas jadi kontroversi kedua yang mengiringi kelahiran Deadpool. Kemahiran Deadpool menggunakan senjata tajam dan pistol, hingga beberapa detail kostumnya, terinspirasi Deathstroke yang kemampuan andalannya jauh berbeda dari Spider-Man dan Wolverine.

“Deadpool jelas-jelas menyontek karakter penjahat DC bernama Deathstroke. Tak hanya figurnya yang mirip, nama (alter ego) mereka pun nyaris serupa – nama asli Deathstroke adalah Slade Wilson dan nama asli Deadpool adalah Wade Wilson,” tulis James Egan dalam 1000 Facts about Superheroes Volume 2.

Soal ini, Liefeld tak terima tudingan bahwa dia menyontek DC. Menurutnya, Deadpool hanya terinspirasi DC, bukan menjiplak. “Saya suka Deathstroke. Saya pun mengoleksi banyak seri komiknya. Memang perbedaan keduanya tak terlihat begitu jelas. Tapi seingat saya, (kostum) Deathstroke berwarna biru dan oranye, sementara Deadpool merah dan hitam. Lagipula Deathstroke aslinya orang tua, sementara Deadpool masih muda,” tandas Liefeld kepada Youtuber Nerdy Pop, dikutip screenrant.com pada 2 September 2016.

Baca juga: 

Janda Terkaya dan Makhluk Tak Kasat Mata
Teror Arwah di Rumah Bersejarah
Kematian Stalin dalam Banyolan
Dramatis Tanpa Adegan Sadis

TAG

Film Superhero Marvel

ARTIKEL TERKAIT

Uprising Memotret Kemelut Budak yang Menolak Tunduk Hasrat Nurnaningsih Menembus Hollywood Alkisah Eksotisme dan Prahara Sarawak lewat Rajah Sabra, Superhero Israel Sarat Kontroversi Alain Delon Ikut Perang di Vietnam Nostalgia Wolverine yang Orisinil Anak-anak Nonton Film di Zaman Kolonial Belanda Nyanyi Sunyi Ianfu Heroisme di Tengah Kehancuran dalam Godzilla Minus One House of Ninjas dan Bayang-Bayang Masa Lalu Ninja Hattori