Masuk Daftar
My Getplus

Senna Si Raja Lintasan Basah

Hujan membuat semua mobil berada di level yang sama tapi tidak dengan pembalapnya, kata Senna yang punya skill juara di cuaca hujan dan trek basah. 

Oleh: Randy Wirayudha | 10 Des 2024
Miniseri "Senna" yang rilis dalam rangka mengenang 30 tahun sepeninggal legenda F1 Ayrton Senna da Silva. (Netflix).

SIRKUIT Monte Carlo hari itu, 3 Juni 1984, diguyur hujan lebat jelang race Formula One Grand Prix (F1 GP) Monaco. Banyak pembalap unggulan khawatir dengan kondisi trek yang basah. Tapi tidak dengan Ayrton Senna (diperankan Gabriel Leone) kendati ia berada di kokpit mobil tim Toleman-Hart. 

“Hujan membuat semua mobil berada di level yang sama tapi tidak dengan pembalap di balik kemudinya,” ujar Senna. 

Musim 1984 itu jadi debut Senna di ajang jet darat F1. Kendati berjaya di ajang Formula 3, ia gagal mendapatkan tim unggulan di F1. Tim Lotus-Renault mulanya menginginkannya, tapi bos sponsor utama timnya lebih menginginkan pembalap Inggris. Tim lainnya seperti McLaren dan Ferrari pun enggan memberi kesempatan pembalap non-Eropa sehingga driver muda seperti Senna asal Brasil hanya bisa menjajal kesempatannya dengan tim medioker seperti Toleman yang menggunakan mesin Hart. 

Advertising
Advertising

Menjelang race dimulai, hampir semua kegaduhan penonton menghilang dari pikirannya. Senna mulai masuk pada “zonanya” sendiri. Begitu ia tutup visor kaca helmnya, hanya deru mesin yang jadi fokusnya. 

Suasana ketegangan itulah yang ditampilkan sutradara Vicente Amorim dan Júlia Rezende dalam prolog episode 2 miniseri Senna. Sebuah drama biopik dengan enam episode yang mengulik karier pembalap legendaris F1 Ayrton Senna da Silva yang merantau jauh-jauh dari Negeri Samba. 

Baca juga: Sirkuit Jalanan Monaco Lintas Zaman

Start dari urutan ke-13, Senna tampak nyaman untuk ‘gaspol’ melewati Martin Brundle dari tim Tyrell-Ford, Nigel Mansell dari tim Lotus-Renault, bahkan Keke Rosberg dari tim Williams-Honda dan Niki Lauda (Johannes Heinrichs) dari tim McLaren-TAG. Senna begitu mudah melewati lawan-lawannya yang kesulitan dengan trek basah untuk merebut posisi dua terdepan. 

“Anak muda ini tak segan-segan di lintasan. Hujan membuat trek ini jadi tantangan sulit tapi justru Senna merasa sangat nyaman,” seru James Hunt (Leo Ockenden), pembalap legendaris F1 yang beralih jadi komentator di tribun media. 

Adegan Senna melintas dengan laju di Sirkuit Monaco yang basah oleh hujan (Netflix)

Tapi ketika Senna sedang menguber Alain Prost (Matt Mella) dari tim McLaren di posisi terdepan, tetiba saja Presiden FIA Jean Marie-Balestre (Arnaud Viard) yang senegara dengan Prost meminta direktur pengawas balapan Jacky Ickx menghentikan balapan. Bos tim Toleman, Alex Hawkridge (Tom McKay), cukup girang karena itu capaian terbaik timnya sepanjang sejarah. Tetapi Senna murka karena harus puas sebagai runner-up. 

Itu kali kedua peluang kemenangan Senna diusik Balestre. Sebelumnya pada race terakhir Kejuraan Dunia Go-Kart 1979 di Sirkuit Estoril, Portugal, Balestre juga membuat Senna urung juara. Senna memenangi seri Estoril tapi di klasemen akhir poinnya sama dengan Peter Koene dari Belanda. Balestre pun bikin aturan dadakan bahwa penentu juaranya adalah siapa yang punya rekor terbaik di dua seri terakhir sehingga Koene yang diputuskan jadi juara dunianya. 

Baca juga: Alkisah Niki Lauda Juara F1 Bermodal Setengah Poin

Tapi situasi mulai berubah di musim berikutnya ketika Senna sudah hijrah ke kokpit mobil tim Lotus. Perlahan tapi pasti mimpinya direngkuhnya. Buah manis tidak hanya dari ketekunannya dalam memodifikasi mobil dan keuletan dalam persaingan di lintasan tapi juga kesabaran orang-orang terdekatnya: ayahnya Milton da Silva (Marco Ricca), ibunya Neyde Senna (Susana Ribeiro), hingga istrinya Liliane de Souza (Alice Wegman). 

Bagaimana Senna menembus segala rintangan yang dihadapinya, baik persaingannya di trek dengan Prost maupun halangan politis dari Balestre sebagai “raja” di trek basah? Saksikan sendiri kelanjutan Senna yang sudah tayang di Netflix sejak 29 November 2024. 

Adegan babak persaingan Senna vs. Prost. (Netflix).

Miniseri Komplit

Bukan semata karena dihadirkannya tokoh dua eks-rival yang sudah beda karier, Niki Lauda dan James Hunt, miniseri Senna pun digarap dengan intensitas dan ketegangan laiknya film lain yang mengulik ajang F1, Rush (2013). Bedanya, miniseri Senna mengupas lebih dalam segala aspek pergulatan Senna sedari meniti karier di gelanggang go-kart. 

Senna juga terasa lebih greget. Selain faktor iringan music scoring yang kental dengan irama Samba, juga karena miniserinya dominan berbahasa Portugis, bahasa ibu Senna yang hidupnya berakhir tragis usai kecelakaan hebat di Sirkuit Imola pada GP San Marino, 1 Mei 1994. 

“Ketika proyek ini datang, saya merasa sudah siap sepanjang hidup saya untuk menceritakan kisah ini karena betapa bermaknanya Senna bagi semua orang, terutama orang-orang Amerika Selatan dan khususnya Brasil. Ini cerita yang istimewa tentang seorang Brasil, seorang Latino, menembus batas-batas rintangan yang di saat itu selalu memprioritaskan pembalap Eropa tapi dia mampu melakukannya untuk menjadi pahlawan Formula 1 sejati,” ujar Amorim kepada Remezcla, 2 Desember 2024. 

Baca juga: Rush Memicu Adrenalin hingga Garis Finis

Senna sebagai miniseri yang digarap secara dramatis menawarkan lebih banyak hal buat penonton. Salah satunya soal bagaimana Senna belajar menjadi raja di kondisi hujan dan lintasan basah. Duet sutradara Amorim dan Rezende juga menampilkannya lewat cuplikan-cuplikan flashback nasihat sang ayah dan bagaimana Senna berlatih lebih dari 100 kali putaran di trek basah saat berkarier di ajang go-kart hingga ia harus sering bolos sekolah di episode 2. 

“Jadi Becão (panggilan ayahnya untuk Senna, red.), kau sudah ingat rahasia balapan saat hujan?” ujar ayahnya. 

“Aku tak bisa melihat apapun saat hujan. Jadi aku harus menghafal sirkuitnya. Aku mesti menjaga mobilnya berjalan lurus dan menghindari garis trek agar tidak kehilangan cengkeraman (ban). Aku juga harus merasakan kondisi mobilnya,” jawab Senna kecil. 

Sutradara Júlia Rezende (kiri) & Vicente Amorim. (Netflix).

Raja Hujan 

Nasihat ayah dan latihan-latihan yang dilakukannya sangat berguna ketika Senna melakukan tes dengan mobil tim Van Diemen menjelang ajang Formula Ford 1981. Meski trek di Sirkuit Snetterton, Norfolk, Inggris yang jadi homebase Van Diemen, basah dan pemandangan berkabut, Senna sukses mencatatkan rekor tercepat di sirkuit itu. 

“Senna menyelesaikan 10 lap di Sirkuit Snetterton dengan mobil Van Diemen Formula Ford 1600 dengan trek yang bumpy dan handling mobil kurang baik. Tetapi sang pemilik tim, Ralph Firman cukup terkesan” tulis Richard Williams dalam The Death of Ayrton Senna. 

Pun di GP Monaco 1984, Senna terus “melenggang” dengan mulus saat para pembalap lain kesulitan. Prost pribadi mengaku terkesan dengan fantastisnya skill Senna di trek basah dan turut menyayangkan Ickx harus menyetop balapan di lap ke-32 sehingga Prost ditetapkan sebagai pemenang, sementara Senna yang nyaris menyusulnya tetap sebagai runner-up. 

“Monaco bukan kemenangan bagi saya tapi lebih kepada kenangan buruk. Ayrton sebagai debutan yang terus jadi perhatian sebenarnya punya kekuatan media. Saya tak punya masalah dengan itu tapi polemik yang terjadi dengan Jacky, ketika treknya makin licin baginya tak bisa diterima (dari faktor keselamatan),” kenang Prost, dikutip Malcolm Folley dalam Senna Versus Prost. 

Baca juga: Seteru Sengit di Sirkuit

Senna yang berjaya di GP Portugal 1985. (formula1.com).

Di GP Portugal 1985 di Sirkuit Estoril, situasinya terbalik meski race-nya juga dihelat ketika hujan. Senna sudah balapan dengan mobil yang lebih kompetitif di tim Lotus. Giliran Senna yang memimpin dan dibuntuti Prost, Ickx memutuskan untuk tetap melanjutkan balapan meski akhirnya Senna tetap finis di podium pertama dibuntuti Prost di posisi kedua dan Rosberg di posisi ketiga. 

“Pada 1985 di (Grand Prix) Portugal ia start dari posisi terdepan untuk kali pertama di balapan yang basah. Tapi ia menampilkan ‘aerobatik’ yang brilian menembus hujan deras dan ia memenangkan race pertamanya,” ungjap Dmitry Nazarov dalam Judicial Investigation: The Death of Senna. 

Pun pada GP Brasil di Sirkuit Interlagos, 24 Maret 1991, ketika Senna sudah mengemudi di kokpit mobil tim McLaren-Honda. Meski berlaga dengan mobil yang tak kalah kompetitif dan tampil di hadapan publik sendiri, momen itu justru jadi race tersulit baginya. 

“(GP Brasil 1991) bukanlah kemenangan saya yang terhebat tapi balapan itulah yang paling sulit dimenangkan, kenang Senna. 

Baca juga: Ayrton Senna dalam Kenangan

Senna yang akhirnya pertamakali menang "rumah" sendiri di GP Brasil 1991. (formula1.com).

Di race itu saat sudah memasuki lap ke-61 dan menyisakan 10 lap lagi, Senna yang berada di urutan terdepan dengan jarak 36 detik dari Riccardo Patrese (Williams-Renault) mengalami masalah pada gearbox dan perpindahan transmisi mobilnya. Bahkan pada 7 lap terakhir, Senna hanya bisa bergantung pada gigi 6 hingga membuat jarak Patrese kian merapat. 

Tapi tetiba hujan mulai turun dan jadi berkah tersendiri bagi Senna. Meski begitu, kondisi mobilnya yang memburuk membuat Senna mengerahkan segala daya fisiknya untuk mempertahankan kestabilan mobil hingga tetap finis sebagai yang tercepat. Itu juga jadi kemenangan perdananya di seri “kandang” yang akan selalu dikenang publik Brasil. 

“Saya teringat setiap kali menonton video-video balapan Senna dan saya menjadi emosional karenanya. Saya pikir jika Anda orang Brasil, di saat itu juga ketika Anda lahir akan langsung menjadi pengagum Senna,” tandas Leone.

Deskripsi Film:   

Judul: Senna | Sutradara: Vicente Amorim, Júlia Rezende | Produser: Caio Gullane| Pemain: Gabriel Leone, Camila Márdila, Marco Ricca, Susana Ribeiro, Alice Wegman, Kaya Scodelario, Arnau Viard, Matt Mella, Johannes Heinrichs, Leon Ockenden | Produksi: Gullane Entretenimento, Netflix | Distributor: Netflix | Genre: Drama Biopik | Durasi: 53-71 menit per episode | Rilis: 29 November 2024 (Netflix).  

TAG

formula one balap film

ARTIKEL TERKAIT

Korps Wanita yang Menghadapi Dua Front Sengkarut Tawa dan Sendu dalam Memoir Seorang Guru Jalan Perjuangan Tak Berujung dalam Perang Kota Empat Film Korea Selatan yang Menggambarkan Darurat Militer The Children’s Train dan Nasib Anak-anak Korban Perang di Italia Mengenal Tang Soo Do dari Cobra Kai Munculnya Si Doel (Bagian III – Habis) Munculnya Si Doel (Bagian II) Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier Yok Koeswoyo yang Tinggal dari Koes Plus