Masuk Daftar
My Getplus

Mengenal Tang Soo Do dari Cobra Kai

“Cobra Kai” tak sekadar mengenang warisan sensei Miyagi di waralaba “Karate Kid” tapi juga menyelami lebih dalam tang soo do, karate ala Korea. 

Oleh: Randy Wirayudha | 05 Des 2024
Dojo Cobra Kai yang mengajarkan karate nan agresif "aliran" Tang Soo Do (Netflix)

AULA di dojo Miyagi-Do di West Valley, California yang tenang mendadak digelayuti nuansa kekhawatiran ketika sensei Daniel LaRusso (diperankan Ralph Macchio) berhadapan dengan kawan lamanya dari Okinawa, sensei Chozen Toguchi (Yuji Okimoto). Utamanya ketika Chozen mengingat beladiri agresif musuh yang akan mereka hadapi bersama, sensei Terry Silver (Thomas Ian Griffith), yang belum lama merebut dojo Cobra Kai dari sensei John Kreese (Martin Kove). 

Setelah sempat melihat karakter beladiri Silver, Toguchi terkenang teknik-teknik Tang Soo Do, karate ala Korea tapi sudah dimanipulatif menjadi beladiri nihil kehormatan oleh Kim Sun-yung. Nama terakhir merapakan guru besar yang mulai dikenal di masa Perang Korea (1950-1953) dan mengajari banyak tentara Amerika Serikat. Silver dan Kreese yang sesama veteran tentara Amerika juga belajar Tang Soo Do pada Sun-yung. 

“Mendiang pamanku, Sato (Toguchi) hanya pernah sedikit cerita tentang Kim Sun-yung tapi aku tahu dia punya kemarahan yang terpendam pada orang itu. Kim Sun-yung guru besar Tang Soo Do tapi bukan kehormatan yang ia ajarkan. Alirannya kontroversial. Biar aku praktikkan padamu,” ujar Toguchi pada LaRusso. 

Advertising
Advertising

Baca juga: House of Ninjas dan Bayang-Bayang Masa Lalu Ninja Hattori

 

‘Sat-set!’ Hanya dalam lima gerakan, Toguchi menumbangkan LaRusso sekaligus berpotensi menyakitinya. Gerakan-gerakannya penuh tipu daya dan sama sekali tak mengandung nilai-nilai kehormatan sebuah beladiri. 

“Gaya Kim Sun-yung berdasarkan tipu daya. Tidak ada kehormatan. Tidak ada belas kasihan. Silver adalah murid master Kim dan oleh karenanya kita harus berhati-hati. Tapi untuk menangkap ular kita harus berpikir seperti ular pula,” lanjut Toguchi. 

Begitulah satu cuplikan yang membangun sebuah klimaks dalam salah satu episode di season 5 film seri Cobra Kai. Serial drama komedi berbalut aksi laga yang merupakan spin-off waralaba Karate Kid (1984-2025) ini digarap sebanyak 6 season oleh sutradara Jon Hurwitz dan 12 sineas lainnya. Serial tersebut juga jadi penyambung secara tidak langsung untuk film anyar, Karate Kid: Legends, yang diwacanakan bakal rilis 30 Mei 2025. 

Adegan LaRusso dan Chozen yang khawatir akan beladiri ajaran Silver (Netflix)

Cobra Kai (2018-2025) mulanya berpusar pada pergelutan sensei Johnny Lawrence (William Zabka) akan kenangan pahitnya di masa remaja yang kalah secara memalukan dari LaRusso di final U-18 All Valley Karate Tournament 1984. Keterpurukannya bertambah pada kenyataan bahwa putra biologisnya, Robby Keene (Tanner Buchanan), memilih belajar karate di bawah asuhan LaRusso di dojo Miyagi-do. 

Titik baliknya terjadi ketika Lawrence tak tahan melihat seorang remaja, Miguel Diaz (Xolo Maridueña), dirundung secara fisik hingga membuat Lawrence mau mengajari Miguel latihan karate. Tak disangka, sejumlah remaja lain yang juga langganan perundungan di SMA West Valley berminat belajar karate seperti Miguel hingga Lawrence nekat membuka dojo Cobra Kai dengan dana pas-pasan. 

Baca juga: Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee

 

Namun, sejumlah insiden kesalahpahaman justru meluas hingga memicu persaingan antara Miguel dkk. dan Robby. Kondisinya kian runyam ketika melibatkan perasaan antara Miguel dan putri bebuyutannya, Samantha LaRusso (Mary Mouser), dan antara Robby dengan Tory Nichols (Peyton List) yang jadi salah satu murid kesayangan Lawrence. 

Mantan guru Lawrence bernama Kreese kemudian memperparah keadaan dengan merebut Cobra Kai. Namun niat Kreese mengembalikan kejayaan Cobra Kai seperti di era 1980-an dengan mengajak Silver justru jadi senjata makan tuan karena Kreese dijebak dengan kasus penganiayaan hingga Cobra Kai jatuh ke tangan Silver. 

Perseteruan memuncak ketika Silver mengajarkan karate aliran Tang Soo Do turunan Kim Sun-yung pada murid-muridnya di Cobra Kai. Oleh karenanya Lawrence dan LaRusso bersama Toguchi memilih menyingkirkan perseteruan lama demi mengalahkan Silver guna merebut spot perwakilan Amerika untuk Sekai Taikai, turnamen karate terbesar dunia. Bagaimana kelanjutan keseruannya? Baiknya saksikan sendiri keseruan Cobra Kai di Netflix. 

Kreese dan Silver yang merebut dojo Cobra Kai dari Lawrence (Netflix)

Tang Soo Do Saudara Tua Taekwondo 

Cobra Kai mengajak penonton membandingkan dan membangun persepsinya sendiri terhadap aliran Miyagi-do di bawah sensei LaRusso yang sarat keanggunan dan nilai-nilai filosofis dengan aliran yang lebih agresif dan efektif oleh sensei Lawrence di dojo Cobra Kai dan kemudian di dojo Eagle Fang. Iringan music scoring khas Okinawa dalam setiap latihan-latihan di Miyagi-do dan alunan-alunan keras musik rock yang jadi selera Lawrence di Cobra Kai menyempurnakan scene-scene yang ada. 

Tim produksi juga tak melewatkan kesempatan untuk memanjakan para penggemar waralaba Karate Kid yang selama ini sudah jadi pop culture tersendiri untuk bernostalgia. Baik dengan menampilkan para aktor yang sama maupun aneka adegan dari rekaman-rekaman lawas film The Karate Kid (1984), The Karate Kid: Part II (1986), The Karate Kid: Part III, dan The Next Karate Kid (1994). 

Bedanya, serial Cobra Kai mulanya digarap untuk mengambil sudut pandang lain tentang Lawrence dan dojo Cobra Kai yang di film versi 1984 punya imej antagonis utama. Namun meski berlaku sebagai spin-off, epilog serial Cobra Kai juga akan jadi semacam pengantar film-film versi lawas itu dengan remake film The Karate Kid (2010) yang dibintangi Jackie Chan untuk menuju film terbarunya, The Karate Kid: Legends (2025). 

“Bukan keputusan mudah (menggarap versi 2025) karena filmnya bercerita tentang melindungi karakter Daniel LaRusso dan melindungi keseluruhan warisan Miyagi-verse. Ketika sudah bisa merangkum cerita Cobra Kai untuk film barunya– meskipun mereka berada di ekosistem berbeda, maka segalanya akan jadi masuk akal bagi saya. Dan bekerja sama dengan Jackie Chan jadi pengalaman yang menyenangkan,” ujar Macchio, dikutip Variety, 19 November 2024. 

Baca juga: Jurus-Jurus Penghabisan Ip Man

 

Cuplikan footage lawas perserteruan Lawrence (kiri) & LaRusso pada 1984 (Netflix)

Maka ketika film barunya nanti akan lebih bercerita tentang kungfu dan karate ajaran Miyagi, Cobra Kai memusatkan ceritanya di sekitar Lawrence yang mulanya memang berguru pada Kreese di dojo Cobra Kai. Baik Kreese maupun Silver merupakan veteran Perang Vietnam (1955-1975) yang berguru pada Kim Sun-yung langsung di Korea. Bedanya jika Kreese dan Silver mengajarkan agresivitas tang soo do tanpa kehormatan, Lawrence yang berubah pola pikir ingin mengajarkan agresivitas tang soo do pada murid-muridnya berdasarkan kehormatan, sebagaimana nilai-nilai aslinya. 

Tang soo do merupakan beladiri tangan kosong ibarat karate ala Korea. Aneka teknik dan gerakan tang soo do begitu kental dengan pengaruh tiga negeri serumpun: karate-do dari Jepang, soo bahk/subak sang beladiri tradisional Korea, dan beberapa aliran kungfu China era Dinasti Tang (618-907 Masehi). 

“Kata ‘Tang’ merepresentasikan Dinasti Tang dari China, periode di mana teknik-teknik (beladiri) China menjadi bagian dari seninya. ‘Soo’ artinya tangan (kosong), sementara ‘do’ artinya cara atau metode. Sebenarnya beladiri ini sempat disebut soo bahk do. Adalah guru besar Hwang Kee yang mengubah nama beladirinya menjadi tang soo do pada 1945,” tulis praktisi beladiri Bill Klase di kolom majalah Black Belt edisi Mei 1988, “Tang Soo Do: The Art of Three Nations”. 

Baca juga: Bokator dan Legenda Beladiri dari Peradaban Angkor

 

Penggambaran sebuah kwan atau perguruan tang soo do pimpinan Master Kim Sun-yung (Netflix)

Di masa pendudukan Jepang di Korea (1910-1945), pemerintah pendudukan melarang masyarakat Korea mempelajari beladiri apapun. Namun tak sedikit dari para praktisinya nekat tetap belajar secara sembunyi-sembunyi dan bahkan ada yang belajar sampai ke Manchuria dan Jepang. Hwang Kee yang praktisi subak salah satunya. Posisi ayahnya sebagai cendekiawan yang dekat dengan pemerintah pendudukan membuat Hwang Kee memanfaatkannya untuk memperdalam beladiri lain ke China Utara dan Manchuria pada 1936. Sepulangnya ke Korea pasca-Perang Dunia II, Hwang Kee mendirikan kwan (perguruan) Moo Duk Kwan Tang Soo Do dari perpaduan beladiri yang selama ini ia pelajari, pada 9 November 1945. 

Sebelum Hwang Kee, sejatinya ada Lee Won-kuk yang punya basis beladiri tradisional Korea lain, taekkyeon. Won-kuk berkesempatan studi ke Jepang lewat program pertukaran pelajar pada 1926. Selama kuliah hukum di Universitas Chuo, Won-kuk juga mempelajari karate shotokan di bawah guru asal Okinawa, sensei Gichin Funakoshi dan putranya, Gigō Funakoshi. Sepulangnya dari Jepang, Won-kuk jadi praktisi pertama yang diizinkan pemerintah gubernur jenderal Korea membuka kwan untuk mengajari Chung Do Kwan ke para pemuda Korea pada medio 1944. 

Hal serupa juga terjadi pada Ro Byung-jik yang sama-sama belajar karate shotokan pada sensei Funakoshi. Byung-jik juga mendirikan perguruannya sendiri pada 20 Maret 1944, Soo Moo Kwan. Hingga 1945, setidaknya sudah berdiri lima kwan dan pasca-Perang Korea, bertambah lagi menjadi sembilan kwan di seantero Korea Selatan. 

“Tetapi sejumlah kwan itu punya metode masing-masing mengingat para pendirinya belajar dari aneka beladiri berbeda dari karate shotokan hingga kungfu China,” tulis Udo Moenig dalam artikel “The Early Formation of Taekwondo” yang termaktub dalam buku The Routledge Handbook of Nationalism in East and Southeast Asia. 

Baca juga: Vovinam, Silat Kebanggaan Vietnam

 

Master Hwang Kee (kiri) & Master Lee Won-kuk (moodukwan.net/Kim's Academy and Old School)

Dorongan untuk bersatu dan ada standarisasi beladiri berangkat dari imbauan Presiden Korea Selatan Syngman Rhee pada 1955 usai menyaksikan demonstrasi beladiri para serdadu Divisi Infanteri ke-29 Angkatan Darat Korea Selatan. Dari pertemuan para guru besar yang membawahi sembilan kwan, akhirnya disepakati menyatukan beladiri-beladiri yang ada menjadi taekwondo –Tae berarti menginjak/tendangan tumit, kwon berarti pukulan, dan do berarti metode/kedisiplinan– atas usul praktisi dan Jenderal AD Choi Hong-hi.

“Presiden Rhee yang mendukung Jenderal Choi dari Oh Do Kwan mulai 1955 ingin tang soo do bisa diajari pada semua anggota militer yang berujung pada perubahan nama tang soo do menjadi taekwondo. Ia (Choi) menginstruksikan murid-muridnya meneriakkan ‘Tae Kwon!’ saat berlatih,” ungkap Kang Won-sik dan Lee Kyong-myong dalam A Modern History of Taekwondo. 

Namun, ada beberapa kwan yang menolak mengombinasikan metode-metodenya dan tetap menggunakan nama tang soo do ketimbang ikut mengubahnya menjadi taekwondo. Moo Duk Kwan salah satunya. Alhasil tang soo do kemudian tak hilang ditelan zaman seiring kian populernya taekwondo. Bahkan, banyak aktor laga yang juga mempelajari tang soo do. Di antaranya Chuck Norris, Steve McQueen, Cynthia Rothrock, dan William Zabka. Nama terakhir turut menampilkan nilai-nilai dan filosofis tang soo do nan agresif tapi tetap dengan cara-cara terhormat lewat perannya sebagai Johnny Lawrence di film The Karate Kid (1984) dan serial Cobra Kai (2018-2025). 

Deskripsi Film:    

Judul: Cobra Kai | Sutradara: Jon Hurwitz, Hayden Schlossberg, Marielle Woods, Joel Novoa, Tawnia McKiernan, Josh Heald, Steven Tsuchida, Steve Pink, Michael Grossman, Jennifer Celotta, Sherwin Shilati, Lin Oeding, Ralph Macchio | Produser: Katrin L. Goodson, Bob Wilson | Pemain: Ralph Maccio, William Zabka, Xolo Maridueña, Tanner Buchanan, Mary Mauser, Martin Kove, Thomas Ian Griffith, Peyton List, Courtney Henggeler, Vanessa Rubio, Oona O’Brien | Produksi: Hurwitz & Schlossberg Productions, Overbroke Entertainment, Sony Pictures Television | Distributor: Sony Pictures Television, YouTube Red, YouTube Premium, Netflix | Genre: Drama Aksi Laga | Durasi: 22-48 menit/episode | Rilis: 2 Mei 2018 (YouTube Red), 1 Januari 2021 (Netflix).

TAG

film seni-beladiri korea bela diri

ARTIKEL TERKAIT

Dua Sisi Ahn Jung-geun dalam Film Harbin Korps Wanita yang Menghadapi Dua Front Sengkarut Tawa dan Sendu dalam Memoir Seorang Guru Jalan Perjuangan Tak Berujung dalam Perang Kota Empat Film Korea Selatan yang Menggambarkan Darurat Militer Senna Si Raja Lintasan Basah The Children’s Train dan Nasib Anak-anak Korban Perang di Italia Munculnya Si Doel (Bagian III – Habis) Munculnya Si Doel (Bagian II) Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier