SEBULAN jelang Boxing Day, Liga Inggris musim 2021-2022 sudah sarat kejutan. Salah satunya datang dari tim mapan dan kaya pemain bintang yang sedang “gangguan mental”, Manchester United (MU). Dibekuk Aston Villa 0-1, Leicester City 2-4, Liverpool 0-5, dan Manchester City 0-2, Sabtu (20/11/2021) lalu giliran MU kehilangan muka akibat dikalahkan Watford FC, 1-4.
Vicarage Road, kandang “The Hornets” (julukan Watford), jadi saksi bisu bagaimana gawang Manchester United yang dikawal David De Gea jadi lumbung gol tim semenjana yang pernah dipimpin musisi flamboyan legendaris Sir Elton John itu. Jika pelatih “Setan Merah” Ole Gunnar Solskjær makin dihempas isu pemecatan, pelatih Watford Claudio Ranieri mengaku puas mendulang tiga poin penting demi bisa menghindari zona merah.
“Sungguh performa yang fantastis. Babak pertama kami bermain luar biasa. Kami terus menekan dan bisa mencetak banyak gol dan pada akhirnya kami menang. Tiga poin ini sangat penting,” kata Ranieri di laman klub, Sabtu (20/11/2021).
Di pekan ke-12, Watford bertengger di urutan 16 klasemen. Ia hanya berjarak satu posisi dari zona degradasi. Watford butuh konsistensi performa jika tak ingin langsung jatuh lagi ke kasta kedua. Pasalnya, Watford musim lalu baru promosi ke Premier League. Terlebih Watford dalam sejarahnya termasuk tim medioker yang paling sering “numpang lewat” di divisi teratas.
“Kemenangan (atas Manchester) ini sangat penting namun saya ingin melihat konsistensi dalam performa berikutnya. Kami tak mendapatkan konsistensi itu sejak menang dari Everton ( 23 Oktober 2021), jadi saya butuh para pemain menunjukkan bahwa mereka telah belajar akan filosofi permainan ketika kami menghadapi laga berikutnya,” tandas eks-pelatih Chelsea, Juventus, AS Roma, dan Inter Milan tersebut.
Baca juga: Setan Merah Berharap Tuah
Hasil Amalgamasi
Watford Football Club (FC) yang diklaim lahir pada 1881 adalah tim hasil amalgamasi atau peleburan dua tim amatir pada akhir abad ke-19, yakni Watford Rovers dan Watford St. Mary. Menukil Oliver Phillips dalam The Official Centenary History of Watford FC 1881-1991, Watford Rovers lahir dari gagasan sekelompok remaja kota Hertfordshire, Inggris, seperti Henry Grover dan Charlie Peacock.
Sebagaimana warga Hertfordshire, Grover cs. mulanya bangga akan tim sepakbola kota mereka, Hertfordshire Rangers, yang punya prestasi lumayan sejak lahirnya pada 1865. Sayangnya Rangers di era akhir 1870-an mulai menukik bersamaan animo warganya. Itulah yang membuat Grover dan teman-temannya ingin menggalakkan kembali sepakbola. Kebetulan, mereka didukung George Devereux de Vere Capell alias Earl, bangsawan setempat bergelar Earl of Essex. Sang Earl kemudian mengizinkan Grover dkk. memainkan sepakbola di lahannya di Cassiobury Park.
Pada 1881, para remaja itu sepakat mendirikan Watford Rovers. Seiring bubarnya Rangers pada 1882, Rovers didongkrak dengan pemberitaan media lokal Watford Observer yang juga didirikan Peacock.
“Selama lima tahun pertama, tim (Watford Rovers) berpartisipasi secara eksklusif dalam laga-laga persahabatan melawan tim sekolah-sekolah dan klub-klub lokal. Pada musim 1888-1887, Watford Rovers berpartisipasi di FA Cup untuk pertamakali walau mereka langsung tersisih di pertandingan pembuka,” ungkap Phillips.
Baca juga: Balada Klub Antah Berantah Como 1907
Tetapi pada 1891, reorganisasi terjadi. Watford Rovers dijadikan bagian dari sebuah perkumpulan olahraga bernama West Hertfordshire Club and Ground. Rovers yang mulanya tampil khusus di sepakbola, berubah nama jadi West Herts pada 1893 dan pindah markas tim dari Cassiobury Park ke Cassio Road. Setelah beberapa lama hanya tampil di beberapa turnamen lokal, West Herts, yang sudah berevolusi dari tim amatir menjadi profesional, mulai mentas di kompetisi kasta ketujuh, Southern Football League pada 1896.
Sementara, di Hertfordshire juga muncul satu tim yang performanya mencolok, yakni Watford St. Mary. Watford St. Mary yang lahir pada 1893 langsung jadi runner-up di turnamen Hertfordshire Senior Cup 1894-1895.
Para petinggi kedua klub lalu mulai melakukan pembicaraan amalgamasi. Suratkabar Watford Observer pada 7 Mei 1898 mengungkapkan, kedua klub pada 15 April 1898 sepakat untuk beramalgamasi dengan penetapan nama klub: Watford Football Club.
Baca juga: Aston Villa Punya Cerita
Sejarah Baru di Tangan Elton John
Tak pernah ada prestasi istimewa bagi Watford dari awal 1900-an sampai 1970-an. Tim yang berbasis di Vicarage Road itu berulangkali hanya wara-wiri di kasta kedua, ketiga, bahkan keempat. Angan-angan Watford tampil di kompetisi teratas First Division (kini Premier League) bagai pungguk merindukan bulan.
Namun Watford memijak sejarah baru setelah dibeli musisi Reginald Kenneth Dwight alias Elton John pada 1976. Elton yang lahir di Pinner pada 25 Maret 1947 mengaku sejak kecil sudah fans Watford.
“Seperti lazimnya orang Inggris, dia mencintai sepakbola. Dia tumbuh menyaksikan tim lokal (Watford) dari tribun dan ketika dia mencapai level superstardom, dia berinvestasi pada klub dan masuk dalam jajaran direktur. Elton penggemar terbesar dan paling terkenal bagi Warford. Setiap ia datang menonton, kerumunan penonton memujanya, walau saya yakin di dalam hatinya, ia hanya ingin hadir sebagai penggemar biasa,” tulis fotografer Terry O’Neill dalam Elton John by Terry O’Neill: The Definitive Portrait with Unseen Images.
Baca juga: Kontroversi Iringi Sejarah Arsenal
Elton punya ambisi membawa Watford mencapai level teratas. Karena itulah Elton tak sembarangan mencari orang untuk menangani tim. Terlebih, Elton juga punya misi dan visi baru di mana klub, terutama para pemainnya, mesti bisa lebih terbuka dan dekat dengan fans dan warga sekitar. Visi dan misi ini sejalan dengan Graham Taylor, pelatih yang menggantikan George Kirby.
“Taylor yang menjadi manajer Watford mulai 1977, paham bahwa aktivitas sosial para pemain bisa meningkatkan image klub bagi warga kota, membuat para pemain bisa lebih bertanggungjawab kepada fans dan ikatan kepada klub. Para pemain punya klausul dalam kontrak-kontrak mereka yang mewajibkan mereka ikut pekerjaan sosial-kemasyarakatan selama beberapa jam dalam sepekan,” singkap Andrew Ward dan John Williams dalam Football Nation: Sixty Years of the Beautiful Game.
Perlahan tapi pasti, animo warga kota melonjak lagi. Di awal-awal kepemimpinan Elton di kursi ketua dan Taylor sebagai manajer, tingkat keterisian Vicarage Road melonjak dari rata-rata lima ribu penonton menjadi 20 ribu. Elton juga jadi saksi kala Watford bikin gempar Old Trafford, kandang Manchester United, dengan mengalahkan tuan rumah 2-1 dan menyisihkannya dari League Cup pada 4 Oktober 1978.
“Malam di mana kami menyingkirkan Manchester United dari League Cup di Old Trafford, saat kami masih berada di divisi ketiga, media massa yang biasanya tak pernah peduli, mulai menulis tentang Watford dan memberi julukan ‘Elton John’s Rocket Men’ keesokan paginya,” kenang Sir Elton dalam otobiografinya, Me: Elton John.
Baca juga: Kisah Sean Connery Menolak Pinangan Manchester United
Momen yang dinantikan pun tiba. Watford sukses promosi ke First Division pada 1982 setelah menjadi runner-up Second Division. Elton cukup puas ketika Watford mampu mencapai final FA Cup 1984 kendati harus mengakui keperkasaan Everton, 2-0, di Stadion Wembley, 18 Mei 1984. Elton cukup emosional melihat lonjakan performa Watford.
“Jika bukan karena klub, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi pada saya. Saya rasa Watford menyelamatkan hidup saya. Saya menjadi ketua klub seiring periode terburuk hidup saya: kecanduan, ketidakbahagiaan, hubungan yang kandas, kesepakatan bisnis yang buruk, urusan hukum. Di balik itu semua Watford menjadi sumber kebahagiaan yang konstan,” imbuhnya.
Tiga tahun berselang, seiring kesibukannya di dunia hiburan sehingga tak bisa membagi waktu, Elton menjual Watford kepada pebisnis otomotif Sir Jack Petchey. Kendati begitu, Elton tetap diberi status presiden kehormatan klub sampai saat ini.
Kecintaannya pada Watford tak pernah luntur kendati performa tim kembali labil dan naik-turun di kasta pertama dan kedua pada era 1990-an. Elton jadi salah satu orang paling bahagia saat Watford kembali mentas di Premier League musim 2021-2022.
“Watford selalu ada di hati saya, jiwa saya, Anda tak bisa menyingkirkannya. Gairah saya terhadap klub ini tak pernah mati dan saya sangat bangga,” tandasnya di laman klub, 12 Mei 2021.
Baca juga: Cerita Lama Spurs Bersemi Kembali