Cerita Lama Spurs Bersemi Kembali
Lewat kemenangan 6-1 Spurs membuat Old Trafford jadi kuburan bagi pemiliknya. Mengulang sejarahnya.
HANYA butuh dua menit untuk mengubah ekspresi wajah Ole Gunnar Solksjær 180 derajat di bench Manchester United kala menjamu Tottenham Hotspur, Minggu (4/10/2020) malam WIB. Kegetiran tampak di wajah sang pelatih selepas wasit Anthony Taylor meniup peluit panjang dan memandangi papan skor di Old Trafford yang memamerkan angka 6-1 sebagai epilog matchday keempat Liga Inggris 2020/2021.
Padahal ketika laga baru bergulir dua menit, Solksjær girang ketika Bruno Fernandes membuka skor 1-0 lewat titik putih. Entah gerangan apa yang membuat Spurs terlecut, dua menit kemudian keadaan berbalik jadi bencana.
Petaka bermula dari kemelut di muka gawang Manchester United yang dikawal David de Gea. Situasi lantas diubah gelandang Spurs Tanguy Ndombèlé yang menjebol gawang de Gea sehingga kedudukan, 1-1.
Alih-alih bangkit, klub berjuluk “Setan Merah” itu malah kecolongan. Bukan main-main, sampai lima gol lagi. Masing-masing dua gol dari Son Heung-min (7’, 37’), Harry Kane (30’, 79’) dan sebutir gol lagi dari kaki Serge Aurier (51’).
“Setelah (skor) 2-1, kami masih memegang kendali. (Tetapi) Anda tak memenangkan pertandingan dengan membuat kesalahan-kesalahan individu dan bermain seperti itu. Hasil itu tak cukup pantas buat Manchester United. Tidak ada alasan juga (terkait kartu merah Anthony Martial). Reaksi yang buruk dari Anthony. Pertandingan juga masih dalam kendali kami,” cetus Solksjær, dikutip laman resmi klub, Minggu (4/10/2020).
Pelatih Spurs, José Mourinho bangga bukan main. Harry Kane cs. tak menyia-nyiakan momentum kala melihat lawannya mulai kelimpungan selepas berbalik unggul 2-1.
“Saat kami melihat kelemahan, kami langsung menghantamnya. Sungguh performa yang menakjubkan. Saya bisa bayangkan orang-orang anti-Spurs akan mengatakan kemenangan itu karena ketimpangan 11 melawan 10 pemain, namun saya melihat permainan kami bahkan lebih baik saat kondisinya masih 11 melawan 11,” tutur Mourinho di situs klub pada saat bersamaan.
“Tim bermain sangat agresif dan setelah skor 2-1, kami makin percaya diri. Tiga poin ini membawa kami melonjak di klasemen dan ini juga jadi hasil yang bersejarah,” tambah pelatih yang sebelumnya membesut Manchester United sepanjang 2016-2018 itu.
Spurs Mengulang Sejarah
Tak salah pelatih eksentrik asal Portugal itu menyebut “pembantaian” Spurs atas Manchester United itu hasil yang sarat historis. Pasalnya, dari total 165 pertemuan keduanya di berbagai ajang sepanjang catatan sejarah, duel akhir pekan lalu jadi kemenangan terbesar “The Lilywhites” (julukan Spurs) di stadion Old Trafford nan angker itu.
Menurut data statistik di soccerway.com, dari 165 duel head-to-head antara keduanya, Spurs menang 80 kali di kandang dan 85 lainnya di partai tandang, serta 40 sisanya berakhir imbang. Terakhir kali Spurs menang telak di markas Manchester United juga terukir di pentas Division One (kasta teratas Liga Inggris), 12 September 1959.
Baca juga: Berkabung untuk Setan Merah
Di salah satu laga awal musim 1959-1960 itu, Manchester United yang diasuh Sir Matt Busby sedang garang-garangnya dengan skuad berjuluk “The Busby Babes”. Namun Bobby Charlton dkk. justru membuat skuad Manchester United di Old Trafford ditundukkan 1-5 oleh sang tamu Spurs.
“Manchester United selalu jadi lawan populer untuk Totttenham dan tentunya karena mereka merupakan salah satu klub tersukses sejak era pasca-Perang di liga dan kami mengingat banyak laga hebat melawan mereka di masa lalu,” demikian pernyataan klub di sebuah jurnal edisi 1959-1960, “Tottenham Hotspur Official Programme and Record of the Club” yang dirilis 23 Januari 1960.
Di musim itu, Spurs tak kalah agresif di lapangan. Terlebih sejak pergantian pelatih dari Jimmy Anderson ke tangan Bill Nicholson pada Oktober 1958. Debutnya saja bikin geger dengan kemenangan 10-4 atas Everton di markas, White Hart Lane.
“Pemain manapun yang datang ke Spurs, entah dia pemain rekrutan besar atau hanya staf lapangan, mesti mendedikasikan dirinya untuk sepakbola dan klub. Ia tak pernah boleh puas atas performa terakhirnya dan harus bisa membenci kekalahan,” kata Nicholson dikutip Steve Hale dalam biografi bertajuk Mr Tottenham Hotspur: Bill Nicholson OBE, Memories of a Spurs Legend.
Kelima gol Spurs dibukukan Bobby Smith (2 gol), Dunmore, Tommy Harmer, dan Dave Mackay yang masing-masing mencetak satu gol. Sementara sebutir gol penghibur “Setan Merah” dicatatkan Dennis Viollet.
Baca juga: Tottenham Hotspur Tak Pernah Lelah Bertempur
Maka kesuksesan Mourinho akhir pekan lalu mengulang sejarah dengan skor serupa 88 tahun lampau. Bedanya, dalam pertandingan pada 10 September 1932 itu Spurs yang dibesut Percy James Smith menggebuk Manchester United 6-1 di kandang sendiri, White Hart Lane, dan di League Division Two atau kasta kedua Liga Inggris.
Di hadapan 23 ribu pasang mata di White Hart Lane, keenam gol Spurs diukir oleh William Evans dan George Hunt yang masing-masing menorehkan dua gol, dan satu gol James Brain. Sebiji gol balasan Manchester United datang dari William Ridding. Kemenangan Spurs itu jadi kehebohan tersendiri di London Utara lantaran jadi hadiah ulang tahun ke-50 klub yang jatuh beberapa waktu sebelumnya.
Darah Muda dalam Catatan Sejarah
Dari masa ke masa, Spurs acap bertulangpunggungkan para pemain muda. Termasuk di musim baru ini. Kala mengganyang Manchester United 6-1, rata-rata usia pemain andalan Spurs 25 tahun. Sementara, usia rata-rata pemain lawannya 26 tahun.
Muda ibarat DNA yang diwariskan oleh para pendiri Spurs, yang didirikan 138 tahun silam oleh sekumpulan anak muda. Sebagaimana disingkap dalam A Romance of Football: The History of the Tottenham Hotspur F.C., penggagas lahirnya Spurs merupakan 11 siswa Mr. Cameron’ School (kini Scotch Prebysterian Academy) yang sebelumnya merupakan anggota Hotspur Cricket Club.
“Para pendirinya adalah J. Anderson, T. Anderson, E. Beaven, R. Buckle, H.D. Casey, L. R. Casey, F. Dexter, S. Leaman, J.H. Thompson Jr, P. Thompson, dan E. Wall. Dengan mandiri mereka membeli sendiri bola dan tiang gawang kayunya. Lapangannya dipinjamkan Kapten Delane yang punya hubungan kerabat dari salah satu Thompson bersaudara di Park Lane,” sebut buklet rilisan bareng The Tottenham dan Edmonton Weekly Herald (Februari 1921).
Baca juga: Lautan Manusia di Stadion Wembley
Seiring waktu, tambahan pemain Hotspur FC berdatangan dari sekolah lain dan pada Desember 1882 anggota mereka sudah mencapai 18 pemain. Tujuh anggota barunya dibebankan biaya masuk untuk menambah kas klub. Hingga 1921, jersey yang acap mereka pakai berwarna biru gelap. Adapun logo klub baru sekadar lambang huruf “H”. John Rispsher, guru mata pelajaran Alkitab di All Hallows Curch, yang lantas dijadikan presiden pertama klub, menata klub menjadi terorganisir.
Laga kandang pertama mereka, 6 Oktober 1883, melawan klub amatir Brownlow Rovers. Hotspur menang telak 9-0. Namun, menurut Martin Cloake dan Alan Fisher dalam A People’s History of Tottenham Hotspur, debut Spurs terjadi pada 30 September 1882 kontra tim lokal Radicals. Spurs keok 0-2. Sementara, kompetisi resmi pertama yang diikuti Spurs baru terjadi pada 1892, yakni kompetisi amatir Southern Alliance.
Setelah menjadi profesional dan diakui FA (otoritas tertinggi sepakbola Inggris) pada 20 Desember 1895, Spurs diikutsertakan ke divisi satu Southern League musim 1896. Dua tahun berselang klub ini naik kelas dengan dinaungi perusahaan yang lebih profesional. Namanya pun diganti menjadi Tottenham Hotspur and Athletic Company dengan pelatih pertamanya Frank Brettell. Nama Spurs mulai dikenal luas setelah menjuarai FA Cup 1901 mengalahkan Sheffield United 3-1 di final.
Jersey Spurs berubah menjadi putih, warna kebanggaan sampai kini, pada 1898. Hingga 1921, logo klub masih berupa huruf “H” berwarna merah. Logo itu berubah sekaligus mengusung moto Audere est Facere (Berani dalam Bertindak) setelah Spurs untuk kedua kalinya memenangkan FA Cup, 1921.
Baca juga: Kiper Manchester Bekas Pemuda Hitler
“Ayam jantan muncul sebagai logo di jersey setelah 1921. Inspirasinya diambil dari kekaguman Sir Henry Percy, bangsawan yang dijuluki Hotspur, pada taji ayam jantan, meski logo ayam jantan ini sudah dipakai klub sejak 1901,” tulis Leonard Jägerskiöld Nilsson dalam World Football Club Crests: The Design, Meaning and Symbolism of World Football’s Most Famous Club Badges.
Pada 1956, logo Spurs diubah lagi dengan tambahan lambang perisai Sir Henry Percy. Namun pada 1983 hiasan perisainya dihilangkan lagi. Pada 2006, logo Spurs dikembalikan seperti awal: ayam jantan berdiri gagah di atas sebutir bola tanpa motto klub.
Selain logo, kandang Spurs pun mengalami evolusi. Setelah menempati Park Lane yang disewa sejak awal berdiri, pada 1888 Spurs pindah ke Northumberland Park. Setahun berselang, Spurs hijrah lagi ke White Hart Lane dan menetap sampai sekarang. Laga pertama Spurs di kandang baru dihelat 4 September 1899 kontra Notts County.
Baca juga: Atmosfer Semu Pemain Keduabelas
Di markas-markas itulah nama Spurs terus diukir hingga akhirnya jadi klub kuda hitam sepakbola Inggris dengan tulang punggung para pemain muda. Spurs bahkan menjadi pemasok utama striker timnas Inggris era 1980-an hingga 1990-an. Glenn Hoddle, Clive Allen, Gary Lineker, dan Chris Waddle merupakan striker Spurs yang jadi andalan lini depan Inggris.
Hampir semua turnamen pernah dimenangi Spurs. Hingga kini, lemari gelar Spurs sudah terisi masing-masing dua titel Second Division dan First Division, delapan FA Cup, empat League Cup, tujuh Charity Shield, satu Winners Cup, dan dua UEFA Cup.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar