Masuk Daftar
My Getplus

Politik Dua Kaki Francisco Franco

Lebih baik dicabut gigi daripada berurusan dengan Francisco Franco, kata Adolf Hitler.

Oleh: Randy Wirayudha | 27 Feb 2021
Generalísimo Francisco Franco Bahamonde saat bertemu Der Führer Adolf Hitler di Gare d'Hendaye pada 23 Oktober 1940 (nac.gov.pl)

GENERALÍSIMO Francisco Franco tersenyum puas. Di markasnya di kota Burgos, diktator fasis Spanyol itu telah menerima kabar resmi dari menteri luar negerinya, Jenderal Francisco Gómez-Jordana, bahwa pemerintah Inggris dan Prancis pada 27 Februari 1939 kompak mengakui dirinya sebagai kepala negara Spanyol yang sah.

Sejak Januari, Katalan yang jadi basis kaum Republik sudah direbut golongan Nasionalis. Walau Perang Saudara Spanyol belum usai, Perdana Menteri (PM) Inggris Neville Chamberlain dan PM Prancis Édouard Daladier sudah menyatakan hal di atas kepada masing-masing parlemen pada 27 Februari 1939. Kabar itu disampaikan kuasa usaha Inggris di Burgos, Sir Robert Hodgson, kepada Jenderal Jordana yang meneruskannya ke kuping Franco.

“Kemarin malam saat berbicara di Burgos, Jenderal Franco menyatakan: ‘Waktunya telah tiba. Hari ini, Inggris mengakui (pemerintahan) kita. Esok akan tiba giliran seluruh dunia’,” demikian laporan suratkabar The Manchester Guardian, 30 Februari 1939.

Advertising
Advertising

Dua negara besar itu mulanya berpihak pada kaum Republik secara tidak langsung. Sejak 1936 Prancis bahkan membuka pintu perbatasannya untuk ratusan ribu pengungsi kaum Republik dari Katalan.

Baca juga: Anarkisme dalam Perang Sipil Spanyol 1936

Francisco Franco seolah menjalankan politik dua kaki di antara Sekutu dan Blok Poros. (Biblioteca Virtual de Defensa).

Ekonomi menjadi faktor utama yang membuat Franco tak memutus hubungannya dengan Inggris. Franco masih butuh menggandeng Inggris dan Amerika Serikat demi memulihkan negerinya usai tiga tahun dilanda perang saudara. Terlebih, di pemerintahannya masih banyak bercokol golongan aristokrat yang terbagi antara pro-Inggris dan pro-Jerman. Jerman dan sekutunya, Italia, banyak membantu langsung Franco dalam perang saudara. Sementara di sisi lain, Amerika dan Inggris jadi mitra dagang lewat ekspor-impor terbesar bagi Spanyol.

Dengan pengakuan tersebut, Inggris dan Prancis jadi yang terakhir mengakui kedudukan Franco atas Spanyol sebelum pecahnya Perang Dunia II. Hal itu membuat Franco bangga. Kebanggaan Franco kian lengkap setelah merampungkan Perang Saudara Spanyol tepat pada 1 April 1939 sehingga mengakhiri Republik Spanyol II secara total.

Suap Inggris dan Kejengkelan Hitler

Saat mesin-mesin perang Jerman sudah mendobrak perbatasan Polandia pada 1 September 1939 yang membuka Perang Dunia II, Franco masih belum menentukan sikap. Ia sekadar menyatakan simpatinya kepada sesama pemimpin fasis, Hitler dan Benito Mussolini, kendati belum mau ikut Blok Poros.

Ketika Prancis mulai diinvasi Jerman pada Mei 1940, Franco menetapkan kebijakan netral walau tetap bersimpati pada Hitler dan Mussolini. Pada 19 Juni, Franco mengirim surat kepada Hitler yang isinya adalah kemungkinan Spanyol untuk ikut ke Blok Poros meski dengan mengajukan syarat.

Saat itu Franco sudah berniat merebut kembali Gibraltar dari Inggris. Itu hanya mungkin dilakukannya jika Spanyol mendapat bantuan besar dari Jerman. Pun dengan nafsu Franco untuk mencaplok Kepulauan Canary, Maroko Utara, dan Koloni Prancis di Kamerun.

Hitler tentu senang jika sang generalísimo mau bergabung dengannya di Blok Poros. Melalui kawat, kedutaan besar masing-masing lalu mengatur hari-H pertemuan antara Franco dan Hitler. Hanya saja, Hitler tak mengendus kedutaan dan dinas intelijen Inggris, MI6, berusaha keras menarik Franco agar tak meninggalkan kebijakan netralnya.

Baca juga: Spanyol 1936

Catatan laporan MI6 perihal itu baru dibuka ke publik pada 2013. Sebagaimana yang dihimpun The Guardian, 23 Mei 2013, laporan itu berisi komunike Duta Besar Inggris untuk Spanyol, Sir Samuel Hoare, kepada Kementerian Luar Negeri Inggris sejak Juni 1940, seiring munculnya niat Franco berpihak pada Hitler.

“Saya pribadi mendesak pemerintah untuk memberi izin tanpa halangan lagi, dan jika Anda ragu, mohon dikonsultasikan dengan perdana menteri. Masuknya Spanyol dalam perang akan bergantung pada tindakan cepat kita,” tulis Dubes Hoare dalam salah satu dokumen yang dipublikasikan itu.

Dubes Inggris untuk Spanyol, Sir Samuel Hoare (kiri) & Juan Alberto March Ordinas. (Library of Congress/canverga.com).

Hoare dan agen-agen MI6 yang berkeliaran di Spanyol sudah membidik sekitar 30 jenderal di lingkaran terdekat Franco untuk disuap. Namun usaha itu perlu modal yang mencapai 14 juta dolar Amerika (kini sekira 200 juta dolar). Rencananya, uang suap itu akan dialirkan lebih dulu ke sebuah rekening bank Swiss di New York. Aliran dananya akan diatur Juan March, pengusaha cum agen ganda Spanyol-Inggris, untuk kemudian dikirim lagi ke rekannya di Madrid, Jose Jorro Andreo dan Rasado Silva Torres, sebelum dibagi-bagikan kepada 30 jenderal.

“Aliran 14 juta dolar itu sempat tertahan di New York. Otoritas Amerika sempat menyangka uang itu akan digunakan March untuk mendukung Hitler. Tetapi Duta Besar Inggris di Washington meyakinkan Presiden (Franklin D.) Roosevelt bahwa kepentingan militer Inggris bergantung pada dibukanya aliran dana itu,” tulis sejarawan Pere Ferrer dalam Juan March: El hombre más misterioso del mundo (terj. Juan March: The Most Mysterious Man in the World).

Baca juga: Kisah Coca-Cola di Bawah Panji Nazi

Hampir dua tahun beku, aliran dana di rekening milik March itu akhirnya cair setelah pemerintah Amerika membuka rekening tersebut pada 1942. Setelah itu barulah upaya penyuapan 30 jenderal dicoba. Namun, hanya kurang dari setengah mereka yang berkenan mengantongi uang suap yang besarnya antara 3-5 juta dolar untuk masing-masing.

Ketika aliran uang itu masih dibekukan pihak Amerika, Franco dan Hitler sudah sempat bertemu di Gare d’Hendaye, sebuah stasiun dekat perbatasan Spanyol-Prancis, pada 23 Oktober 1940. Pertemuan delapan mata yang berlangsung selama tujuh jam itu turut dihadiri Menlu Ramón Serrano Súñer (Spanyol) dan Joachim von Ribbentrop (Jerman).

Adu monolog menyeret pertemuan Hitler dengan Franco hingga tujuh jam. (EFE).

Hitler percaya diri bisa menarik Franco ke kubunya dalam perang melawan Sekutu. Toh dia punya piutang budi pada Franco berupa dukungan militer (darat, laut, udara) terhadap Franco ketika Perang Saudara Spanyol. Yang tak diperkirakan Hitler, Franco ternyata lihai bermonolog sebagaimana dirinya.

“Dia (Súñer) memulai diskusinya dengan menyatakan: ‘Spanyol tidak bisa memasuki peperangan hanya untuk bersenang-senang.’ Dia ingin ada jaminan di muka. Dia juga berterimakasih kepada Hitler atas jasa Jerman terhadap Spanyol dalam perang saudara,” tulis Stanley G. Payne dalam Franco and Hitler: Spain, Germany, and World War II.

Saat gilirannya berbicara, Hitler bermonolog bahwa Spanyol harus memutus hubungan diplomatiknya dengan Inggris mengingat sebentar lagi Inggris akan ambruk. Inggris hanya bisa bertahan jika Amerika mulai mengintervensi. Kemungkinan kekalahan Inggris akan membuka segala kemungkinan tentang kepentingan kedua negara di gugus-gugus kepulauan di Atlantik dan Afrika Utara.

Baca juga: Halt Order dari Hitler Mencegah Sekutu Musnah di Dunkirk

Hitler paham bahwa Franco menuntut bisa mencaplok Maroko Utara dan koloni Prancis di Kamerun. Namun Hitler menegaskan kepada Franco bahwa Jerman masih terikat persekutuan dengan Prancis Vichy yang masih memegang koloni-koloninya di Afrika, termasuk Kamerun. Hitler ingin Franco tak mengganggu gugat Vichy karena dibutuhkan untuk melawan Sekutu.

“Yang tidak diduga, Franco juga membalas monolog panjang. Dia mengungkit sisi historis Spanyol di Maroko. Franco juga bermonolog tentang pengalaman militernya selama di Maroko, sampai membuat Hitler tampak bosan. Akhirnya pembicaraan panjang itu berakhir dengan diikuti makan malam di gerbong makan Hitler,” imbuh Payne.

Hasil yang didapat Hitler dari pertemuan panjang itu nyaris nihil. Keduanya hanya bertukar tanda tangan di atas perjanjian rahasia. Franco berkomitmen akan memasuki perang yang waktunya akan ditentukannya sendiri. Sementara, Hitler sekadar diizinkan menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Spanyol untuk armada kapal perang dan kapal selam Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman).

Hal itu bikin jengkel Hitler. Beberapa hari setelahnya, Hitler pun “curhat” pada koleganya, Benito Mussolini, tentang pembicaraan membosankannya dengan Franco.

“Saya lebih baik dicabut tiga atau empat gigi daripada berurusan dan bicara dengan orang itu (Franco, red.) lagi!” ujar Hitler kepada Mussolini, dikutip Payne.

Divisi Sukarelawan Spanyol

Franco pada akhirnya tak secara resmi bergabung ke Blok Poros. Sebagai balas budinya atas bantuan Jerman dalam Perang Saudara, Franco memberi restu dibentuknya satu divisi sukarelawan, División Azul (Divisi Biru).

Divisi yang dibentuk pada Juni 1941 itu berisi 18 ribu personel. Mayoritas merupakan kader Falange (Fasis Spanyol) dan para kadet Sekolah Militer Zaragoza, ditambah kekuatan udara Escuadrilla Azul (Skadron Biru). Divisi ini dikomandani Jenderal Agustín Muñoz Grandes.

“Gagasan sebuah unit sukarelawan itu diajukan Suñer, menteri luar negeri yang juga presiden Komite Sentral Politik Falange. Pembentukannya punya dua tujuan: memerangi komunisme dan di saat yang sama, meningkatkan pengaruh Falange di Eropa,” ungkap Carlos Caballero Jurado dalam Blue Division Soldier 1041-1945: Spanish Volunteer on the Eastern Front.

Baca juga: Laskar Muslim Hitler di Afrika Utara

Sesuai tujuan awal pembentukannya, Súñer menegaskan ke pihak Jerman bahwa divisi ini khusus untuk memerangi Uni Soviet dan bukan Sekutu, karena Spanyol masih punya hubungan dagang dengan Amerika dan Inggris. Divisi berjuluk “Banderas” itu diberangkatkan dari Madrid ke Grafenwöhr, Jerman pada 13 Juli 1941.

“Kawan-kawan seperjuangan! Menjelang keberangkatan kalian, kami datang untuk perpisahan ini dengan rasa bahagia dan iri, karena kalian akan membalas kematian para saudara kita; karena kalian akan mempertahankan nasib peradaban; karena kalian akan menghancurkan sistem barbar jahat dan tidak manusiawi dari komunisme Rusia… Heroisme Divisi Biru akan menumbuhkan lima mawar (Falange) di tanah Rusia yang gersang. Arriba España! Viva Franco!” seru Súñer dalam pidatonya, dikutip Jurado.

Pemberangkatan División Azul untuk dilatih di Jerman. (Kutxa Fototeka).

Setibanya di Grafenwöhr, “Banderas” dilatih selama lima pekan sebelum dilebur ke Divisi Infantri ke-250 Angkatan Darat Jerman, yang jadi bagian Grup AD Tengah. Mereka mulanya akan diikutsertakan ke Pertempuran Moskow, namun pada September 1941 mereka “dimutasi” ke pasukan AD ke-16 yang jadi bagian Grup AD Utara, untuk diperbantukan dalam Pengepungan Leningrad (8 September 1941-27 Januari 1944).

Seiring waktu, Divisi Biru terus ketambahan pasukan dari Madrid hingga puncaknya punya 45 ribu personel. Namun mulai musim semi 1943, mereka terpaksa dipulangkan Franco. Selain karena tekanan dari para jenderalnya yang telah disuap Inggris, keputusan Franco itu juga merupakan kulminasi dari desakan Vatikan, serta ancaman Amerika dan Inggris yang akan mengembargo Spanyol.

Baca juga: Badai Tentara Merah Menyapu Pasukan Baja Jerman

Surat edaran resmi pemerintah Spanyol untuk menarik mundur Divisi Biru baru keluar pada 3 November 1943. Kendati begitu, tak semua prajurit di Divisi Biru mau dipulangkan.

Dari sekira 45 ribu personel miliknya, Divisi Biru kehilangan hampir lima ribu personil karena tewas di pertempuran. Sekira tiga ribu di antaranya yang merupakan simpatisan Falange, tetap bertahan dengan rekan-rekan Jerman mereka.

Pasukan sukarelawan Spanyol dalam Pengepungan Leningrad. (Biblioteca Virtual de Defensa).

Tiga ribu yang tersisa itu lantas membentuk unit baru, Legión Azul (Legiun Biru), dan ditempatkan di bawah Waffen-SS (paramiliter Jerman). Para anggota di masing-masing peleton lalu disebar lagi ke Latvia. Di sana mereka bertempur bersama Resimen Brandenburger, unit bentukan Abwehr (intelijen Jerman), Divisi Infantri ke-121, dan Divisi Grenadier SS ke-28 “Wallonien”. Sementara yang lainnya tetap di Leningrad bersama Divisi Gunung ke-3.

Tak hanya para jenderal Jerman, Hitler pun terkesan dengan kegigihan para sukarelawan Spanyol yang tersisa itu. Pada Januari 1944, Hitler menganugerahkan mereka Erinnerungsmedaille für die Spanischen Freiwilingen im Kampf gegen den Bolschewismus (Medali Sukarelawan Spanyol).

Baca juga: Neraka Hitler di Stalingrad

“Serdadu Spanyol tak pernah mundur satu inci pun dari tanah yang mereka pertahankan. Tak terbayangkan betapa pemberaninya mereka. Mereka jarang bersembunyi, mereka menjemput maut. Saya tahu bahwa pasukan kami selalu senang memiliki saudara Spanyol di sektor mereka masing-masing,” puji Hitler, dikutip Heinrich Heim, Henry Picker, dan Martin Borman dalam Tischgespräche im Führerhauptquartier (terj. Hitler’s Table Talk).

Hingga akhir perang, dari tiga ribu sukarelawan Spanyol itu hanya tersisa 372 serdadu hidup. Sebanyak 286 di antara mereka sempat ditawan Uni Soviet, sebelum akhirnya dipulangkan pada 2 April 1954.

TAG

francisco franco spanyol perang-dunia adolf hitler hitler

ARTIKEL TERKAIT

Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis Ada Rolls-Royce di Medan Laga Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Merpati Terbang untuk Perang Sebuah Keluarga Ambon Setelah KNIL Berontak di Jatinegara Jenderal Patton Tampar dan Cekik Anak Buah Hari-Hari Terakhir Mussolini Lima Selebritis yang Terjun ke Perang Dunia Tragedi Tiga Belas Mawar di Madrid Hjalmar Schacht Melawan Hitler