ADOLF Hitler dikenal sebagai diktator paling tersohor di dunia. Meski Sang Führer penjahat perang, tetapi tak sedikit orang Jerman yang mengaguminya dan ingin mengetahui kehidupan pribadinya. Hal ini dimanfaatkan Konrad Kujau untuk mengeruk keuntungan melalui pemalsuan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Adolf Hitler.
Konrad Kujau lahir pada 1938 di Löbau, Jerman dari keluarga miskin. Ayahnya, Richard Kujau, merupakan seorang pembuat sepatu. Keluarga Kujau dikenal sebagai simpatisan Nazi, hal ini terlihat dari aktivitas Richard yang telah menjadi pendukung aktif Nazi sejak tahun 1933. Keyakinan ini menular kepada putranya, Conny, sapaan akrab Konrad, yang tumbuh dengan mengidolakan Adolf Hitler.
Sejarawan Robert C. Williams menulis dalam The Forensic Historian, pada Juni 1957, Konrad melarikan diri dari Jerman Timur dan menetap di Berlin Barat. Ia kemudian tinggal di serangkaian kamp pengungsian dan tempat penampungan tunawisma di Jerman Barat. Conny memulai kariernya sebagai tukang kunci, pelukis, pekerja konstruksi dan pelayan, tetapi semua pekerjaan itu tak lama dijalankannya. Sejak tahun 1960-an, beberapa kali ia harus berhadapan dengan polisi karena sejumlah kasus kriminal, mulai dari catatan pemalsuan, pencurian, hingga perkelahian di bar. Hukuman yang didapatkannya pun beragam, dari denda hingga kurungan penjara selama beberapa bulan.
Baca juga:
Pada 1970, ketika mengunjungi keluarganya di Jerman Timur, Konrad menemukan banyak orang memiliki memorabilia Nazi, meskipun ada undang-undang yang melarangnya. Melihat adanya peluang, Konrad kemudian membeli barang-barang Nazi di pasar gelap dan membawanya kembali ke Jerman Barat untuk dijual.
“Melalui kerabatnya di Loebau, Kujau memberitahukan bahwa ia tertarik untuk membeli memorabilia militer dengan uang tunai. Iklan dengan kata-kata yang hati-hati dipasang oleh keluarganya atas namanya di koran-koran Jerman Timur: ‘Dicari, untuk tujuan penelitian –mainan tua, helm, pipa, boneka, dan lain-lain’. Kujau mengaku telah ‘dibanjiri’ dengan benda-benda peninggalan sebagai hasilnya,” tulis Robert Harris dalam Selling Hitler: The Story of the Hitler Diaries.
Barang-barang itu mulanya disimpan di rumah, tetapi karena jumlahnya terus bertambah Konrad lalu menyewa sebuah toko di Stuttgart. Di toko itu, Konrad menjajakan berbagai benda yang ia sebut bernilai sejarah. Demi meningkatkan nilai barang tersebut, ia menambahkan sejumlah detail dan semakin terdorong untuk memalsukan benda-benda peninggalan masa lalu, khususnya yang berkaitan dengan Adolf Hitler.
Pada 1978, setelah berminggu-minggu berlatih tulisan tangan Hitler, Konrad menulis entri buku harian pertama, dengan mengambil dari dokumen-dokumen bersejarah, koran, catatan medis, dan buku-buku. Dalam The Crime Book yang diterbitkan oleh DK Publishing disebutkan bahwa Konrad menggunakan buku catatan murah yang dibeli di Berlin dan campuran tinta biru dan hitam yang diencerkan dengan air, sehingga tinta mengalir dengan mudah dari pena modernnya. Untuk menguatkan kisah di balik buku harian itu, Konrad mengarang cerita yang fantastis, tetapi masuk akal tentang bagaimana buku harian tersebut ditemukan dari kecelakaan pesawat Nazi pada 1945 dan disembunyikan selama beberapa dekade di gudang.
Di tahun yang sama, Konrad menjual buku harian Hitler pertama berjudul Political and Private Notes from January to June 1935 kepada seorang kolektor. Pada akhir tahun 1979, berita tentang buku harian itu mulai tersiar ke para kolektor memorabilia Hitler. Selain kolektor, seorang reporter bernama Gerd Heidemann juga mengetahui kabar itu dan tertarik meliputnya. Heidemann yang bekerja pada majalah Jerman, Stern, melaporkan informasi ini kepada perusahaannya dan mulai melakukan penyelidikan hingga ia berkenalan dengan Konrad.
Tak jauh berbeda dengan Heidemann, Stern juga tertarik untuk melihat buku harian Adolf Hitler. Oleh karena itu, mereka memberi Heidemann uang untuk membelinya. Sang reporter menjanjikan Konrad 2,5 juta Deutsch Mark untuk “sisa” buku harian tersebut. Setelahnya, Konrad mulai bekerja untuk menghasilkan 60 jilid lagi. Pada akhir Februari 1981, Stern telah menghabiskan hampir 1 juta Deutsch Mark untuk buku harian itu. Kurang dari setengahnya slot gacor hari ini diberikan kepada Konrad, sementara Heidemann menyimpan sisanya; menipu pihak surat kabar dan Konrad. Setelah pengiriman 12 buku harian, Heidemann mengklaim bahwa harganya telah naik, dan mengatakan kepada Stern bahwa semakin sulit untuk menyelundupkan buku-buku itu keluar dari Jerman Timur.
Baca juga:
Marie Antoinette dan Skandal Kalung Berlian yang Menyulut Revolusi Prancis (Bagian I)
Heidemann terus membeli buku harian Adolf Hitler sepanjang tahun 1981, dan secara berkala memberi tahu Stern tentang kenaikan harga buku tersebut. “Pada akhirnya, Heidemann mengumpulkan 9,3 juta Deutsch Mark dari Stern, di mana Kujau hanya menerima kurang dari sepertiganya. Sang reporter hidup mewah dengan hasil penjualan tersebut, membeli apartemen, mobil mahal, dan lebih banyak memorabilia Nazi dari Kujau,” tulis The Crime Book.
Pada April 1982, manajemen Stern meminta para ahli tulisan tangan untuk memverifikasi buku harian Adolf Hitler, dengan memberikan contoh tulisan Hitler. Tanpa sepengetahuan para ahli, sampel-sampel itu berasal dari koleksi memorabilia Nazi milik Heidemann dan juga telah dipalsukan oleh Konrad. Saat itu, para ahli menyatakan bahwa jurnal-jurnal tersebut asli. Salah satu sejarawan yang memeriksa buku harian Hitler adalah Profesor Hugh Trevor-Roper. Setelah melakukan pemeriksaan, ia menyatakan buku harian yang dimiliki Stern asli, sehingga meningkatkan kepercayaan diri manajemen Stern, tetapi kemudian menodai reputasi sang sejarawan.
Setelah mendapat konfirmasi dari sejarawan, Stern mempublikasikan cerita tentang keberadaan buku harian Hitler pada akhir April 1983, yang menghebohkan publik di berbagai negara. Tak sedikit pihak yang mengatakan bahwa sejarah Reich Ketiga harus ditulis ulang.
Di sisi lain, tak sedikit sejarawan yang mencurigai buku harian Hitler yang dipublikasikan Stern adalah palsu. Ketika kecurigaan akan keaslian buku harian Hitler semakin meningkat, Stern menugaskan para ahli forensik dari Bundesarchiv (Arsip Federal) Jerman untuk menganalisis buku harian tersebut. Sebelum kecurigaan akan keaslian buku harian itu muncul dari berbagai pihak, Louis Ferdinand Werner, ahli kimia negara untuk Markas Besar Kepolisian Jerman Barat di Wiesbaden, bahkan telah lebih dahulu menganalisis kertas, sampul, penjilidan, dan lem pada salah satu buku catatan dan menemukan bahwa kertas itu dibuat setelah tahun 1955. Jilidannya mengandung benang serat poliamida yang hanya diproduksi setelah perang. Yang juga sama modernnya adalah karakteristik optik dari kertas tersebut.
“Werner melaporkan hasil temuannya kepada Heidemann pada 28 Maret 1983, jauh sebelum publisitas atau publikasi buku harian apapun. Satu-satunya masalah adalah bahwa Heidemann terlibat dalam persekongkolan dengan Kujau dan tidak pernah memberi tahu atasannnya di Stern,” tulis Williams.
Kesalahan besar lain yang dilakukan Konrad adalah menempelkan inisial Hitler di bagian depan buku. Ia secara tidak sengaja menggunakan huruf “F” bukannya “A” karena kedua huruf tersebut terlihat sangat mirip dalam aksara Gotik. Menurut Harris, pemalsuan yang dilakukan Konrad sesungguhnya terlalu mencorok karena tidak rapi.
Baca juga:
“Kujau menggunkan kertas modern. Dia menciptakan alat tulis berkepala hanya dengan menggunakan Letraset. Ia pun membuat dokumen-dokumen itu terlihat tua dan lusuh dengan menuangkan teh ke atasnya. […] Pada tahap tertentu, Kujau bahkan melakukan pemalsuan yang ceroboh terhadap perjanjian yang ditandatangani oleh Hitler dan Chamberlain di Munich. Ejaan dan tata bahasa bukanlah keahlian Kujau, bahkan dalam bahasa Jerman; ketika, seperti dalam kasus ini, ia mencoba memalsukan sesuatu dalam bahasa Inggris, hasilnya sangat menggelikan,” tulisnya.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan para ahli forensik kemudian dilaporkan kepada Stern yang akhirnya mengetahui bahwa buku harian Hitler yang mereka dapatkan dari Konrad adalah palsu. Sebelum Stern mengumumkan temuan ini, pemerintah Jerman telah lebih dulu turun tangan dengan menyatakan bahwa buku harian tersebut jelas-jelas palsu. Tak butuh waktu lama hingga kasus ini dibawa ke jalur hukum. Pada 21 Agustus 1984, Heidemann dan Konrad diadili karena menipu Stern sebesar 9,3 juta Deutsch Mark. Keduanya saling menyalahkan selama persidangan. Pada Juli 1985, Heidemann dijatuhi hukuman empat tahun delapan bulan dan Konrad dihukum empat tahun enam bulan.
Heidemann dan Konrad bebas dari penjara pada 1987. Konrad kemudian menjadi selebritas kecil di televisi yang menjajal dunia seni lukis dan menjual salinan karya seni terkenal hingga meninggal karena kanker pada 2000 di usia 62 tahun. Heidemann tidak pernah bekerja sebagai jurnalis lagi. Skandal buku harian Hitler palsu tak hanya menghancurkan reputasi Heidemann tetapi juga Stern, majalah terkenal ini dipermalukan karena jurnalisme yang tidak bertanggung jawab.*