KETIKA Perang Sipil Spanyol bergejolak (1936-1939), berbagai gerakan kiri di Spanyol bersatu melawan pemberontakan militer yang dipimpin oleh Fransisco Franco. Kaum anarkis, yang telah lama aktif dalam gerakan buruh Spanyol memiliki peranan penting dalam pertempuran itu.
Perang ini diawali ketika para jenderal Spanyol memulai pemberontakan militer pada Juli 1936. Sejak itu pula, para pekerja dan petani Spanyol telah merespon mereka dengan revolusi sosial. Sebagian besar revolusi sosial inipun bersifat anarkis.
Murray Bookchin dalam To Remember Spain: The Anarchist and Syndicalist Revolution of 1936, menyebut selama beberapa bulan pertama pemberontakan militer, pekerja sosialis di Madrid juga sering bertindak secara radikal seperti yang dilakukan para pekerja anarko-sindikalis di Barcelona.
Baca juga: Aksi Massa yang Disita Polisi
“Mereka mendirikan milisi mereka sendiri, membentuk patroli jalanan, dan mengambil alih sejumlah pabrik strategis, menempatkan mereka di bawah kendali komite pekerja. Demikian pula, para petani sosialis di Castile dan Estramadura membentuk kolektif, banyak di antaranya sama libertariannya dengan yang diciptakan oleh petani anarkis di Aragon dan Levante,” tulis Bookchin.
Bahkan menurut Bookchin, yang membuat Revolusi Spanyol unik adalah kontrol buruh dan kolektifnya yang telah diadvokasi selama hampir tiga generasi oleh gerakan libertarian besar-besaran. Revolusi ini juga menandai puncak dari 60 tahun lebih agitasi dan aktivitas anarkis di Spanyol sejak awal 1870-an, ketika Giuseppi Fanelli seorang anarkis Italia memperkenalkan ide-ide Bakunin kepada kelompok-kelompok pekerja dan intelektual di Madrid dan Barcelona.
David Porter dalam Vision on Fire: Emma Goldman on the Spanish Revolution bahkan menyebut bahwa gerakan anarkis terorganisir di Spanyol menjadi lebih besar dan lebih kuat pada 1930-an dibanding ‘kapanpun dan di manapun di dunia’.
Pada September 1936, Largo Caballero, pemimpin Partai Sosialis Spanyol membentuk pemerintahan ‘kiri’. Ia memobilisasi para pemimpin sosialis, anarko-sindikalis, dan komunis untuk melawan tentara. Pemerintahan ini kemudian diisi menteri-menteri yang mewakili serikat pekerja sosialis UGT (Unión General de Trabajadores) dan serikat pekerja anarko-sindikalis CNT-FAI (Confederación Nacional del Trabajo dan Federacien Anarquista Ibe'rica).
Baca juga: Tiga Abad Anarkisme Eropa
Menurut Peter Marshall dalam Demanding the Impossible, A History of Anarchism empat pemimpin CNT kemudian menjadi menteri dalam pemerintahan sosialis Largo Caballero. Dua nama, Juan López dan Juan Peiró masing-masing menjadi Menteri Perdagangan dan Menteri Industri.
Sedangkan militan FAI Garcia Oliver menerima jabatan Menteri Kehakiman. Oliver kemudian memperkenalkan beberapa reformasi liberal, tetapi dikurangi menjadi membela kamp kerja bagi tahanan politik.
Sementara itu, intelektual anarkis Federica Montseny menjadi Menteri Kesehatan. Montseny adalah orang yang selalu percaya bahwa 'negara tidak dapat mencapai apa pun, bahwa kata ‘pemerintah’ dan ‘otoritas’ berarti meniadakan kemungkinan kebebasan bagi individu dan masyarakat.
Keputusan ini menuai kontroversi karena dianggap telah mematahkan tradisi terhormat pantang dari semua bentuk politik parlementer. CNT juga selalu tegas dalam penolakan terhadap negara dan intrik politik serta independen dari partai politik dan berkomitmen untuk revolusi melalui aksi langsung.
Baca juga: Tentang Bahaya Fasisme
Surat kabar CNT Solidaridad Obrera menyatakan, ketika para pemimpinnya bergabung dengan Caballero, pemerintah 'sebagai instrumen pengatur organisme negara, telah berhenti menjadi kekuatan penindas terhadap kelas pekerja , sama seperti negara tidak lagi mewakili organisme yang membagi masyarakat ke dalam kelas’.
Sementara itu, Emma Goldman feminis anarkis yang juga anggota CNT-FAI menyebut pilihan masuk ke dalam pemerintahan adalah konsesi paling tidak ofensif. Emma tidak mengubah sikapnya terhadap ‘pemerintah sebagai kejahatan’. Ia masih menganggap negara adalah monster yang dingin dan melahap semua orang dalam jangkauan.
“Saya mungkin harus lebih waspada terhadap masa depan CNT-FAI. Tetapi dengan Franco di gerbang Madrid, saya hampir tidak dapat menyalahkan CNT-FAI karena memilih partisipasi yang lebih tidak jahat dalam pemerintahan daripada kediktatoran, kejahatan paling mematikan.,” sebutnya seperti termuat dalam Vision on Fire: Emma Goldman on the Spanish Revolution.
Pemerintahan ‘kiri’ itu ternyata hanya bertahan beberapa bulan. Perombakan-perombakan selanjutnya yang dilakukan pemerintah melangkah ke arah ‘kanan’. Partido Obrero de Unificación Marxista (POUM, Partai Buruh Marxis Bersatu) menjadi yang pertama diusir. CNT dan UGT menyusul tak lama setelah itu.
Baca juga: Spanyol 1936
Meski demikian revolusi masih berjalan. George Orwell dalam Homage to Catalonia mengisahkan pada Desember 1936 – Januari 1937 kaum anarkis masih mengendalikan Katalonia dan Barcelona menjadi kota yang mengejutkan ketika orang mengira periode revolusioner telah berakhir.
“Itu adalah pertama kalinya saya berada di sebuah kota di mana kelas pekerja berada di pelana,” tulis Orwell.
Setiap bangunan, lanjut Orwell, telah direbut oleh para pekerja dan dibalut dengan bendera merah atau bendera merah hitam kaum anarkis. Setiap tembok digambar palu arit dan inisial partai-partai revolusioner. Dan setiap toko dan kafe telah menjadi milik bersama.
Sayangnya, serangkaian kekalahan dalam pertempuran terjadi hingga awal 1939. Sementara itu kaum anarkis terus direpresi. Kemudian pada April 1939, pasukan fasis sepenuhnya mengambil alih Spanyol.