Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Cinta Tragis di Masa Pendudukan Nazi

Nazi memaksa orang Jerman yang menikah dengan orang Yahudi bercerai. Aktor populer Jerman, Joachim Gottschalk memilih bunuh diri bersama istri dan putranya.

Oleh: Amanda Rachmadita | 10 Jun 2024
Aktor Jerman Joachim Gottschalk bersama istri, Meta Wolff. (Rosentrasse Foundation/goethe.de).

SELAMA dekade awal abad ke-20, seiring meningkatnya asimilasi Yahudi di Jerman, proporsi orang Yahudi yang menikah dengan non-Yahudi mencapai hampir 50 persen saat Nazi berkuasa. Jumlah ini membuat rezim yang dipimpin Adolf Hitler melakukan tekanan dengan propaganda, pengucilan sosial, hingga memiskinkan orang-orang Jerman yang menikah dengan orang Yahudi.

Menurut Nathan Stoltzfus dalam Hitler’s Compromises: Coercion and Consensus in Nazi Germany, orang Yahudi yang menikah dengan pria maupun wanita berdarah Jerman dipandang lebih berbahaya karena memberikan ancaman yang lebih besar bagi tujuan Nazi dibandingkan dengan orang-orang Yahudi lainnya. Bahkan, bagi sejumlah pemimpin Nazi, orang-orang Jerman yang terlibat dalam pernikahan campur dengan orang Yahudi juga sama berbahayanya hingga dipandang sebagai musuh negara.

“Goebbels berpikir bahwa perkawinan campur dapat menghancurkan karakter nasional, seperti yang ditulisnya pada Maret 1942, tak lama sebelum meminta persetujuan Hitler untuk mendeportasi semua orang Yahudi di Berlin,” tulis Stoltzfus. “Sementara itu, Himmler mengeluh bahwa melalui perkawinan campurlah orang-orang mengembangkan perasaan terhadap orang Yahudi.”

Advertising
Advertising

Baca juga: Ibunya Dieksekusi, Alfa Balas Dendam kepada Wali Kota

Pada 20 Agustus 1942, Heinrich Himmler, komandan Schutzstaffel (SS) Nazi, menerima peringatan dari Gottlob Berger, kepala kantor pusat SS, yang menyatakan pendapatnya dan pendapat Walter Dickwach dari Front Buruh Jerman, bahwa orang-orang non-Yahudi yang menikah dengan orang Yahudi adalah “pengkhianat”. “Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Sosialias Nasional dalam perjuangan untuk mengamankan hak-hak hidup orang Jerman... Kami tidak ingin berurusan dengan orang-orang yang tidak mengetahui arti kekotoran rasial,” kata mereka.

Sejak tahun 1938, Gestapo, polisi rahasia Nazi, memaksa pasangan-pasangan perkawinan campur agar bercerai. Bahkan, untuk memudahkan proses perceraian, Nazi memberlakukan aturan yang memungkinkan setiap orang Jerman yang menikah dengan orang asing dapat bercerai hanya dengan memintanya. Sementara itu, pada Desember 1938, Hitler mengeluarkan dekrit yang membagi pernikahan campur menjadi dua kategori, yakni “diistimewakan” dan “tidak diistimewakan”.

Pada April 1939, Nazi memerintahkan orang-orang Yahudi dari perkawinan campur yang “tidak diistimewakan” untuk pindah ke lokasi yang disebut “rumah-rumah Yahudi”. Mereka juga diwajibkan mengenakan lencana Bintang Daud di depan umum. “Goebbels menulis pada November 1941 bahwa orang-orang yang mengenakan lencana itu ditandai sebagai penjahat –musuh rakyat– dan harus disingkirkan dari Jerman,” tulis Stoltzfus.

Meski begitu stigma sosial serta ancaman terhadap orang-orang Jerman yang menikah dengan orang Yahudi tak membuat mereka menceraikan pasangannya. Selama tahun-tahun pendudukan Nazi, kurang dari 10 persen pasangan kawin campur memilih untuk bercerai.

Baca juga: “Winston Churchill” Tewas dalam Kecelakaan Pesawat

Penolakan terhadap kebijakan Nazi muncul dari sejumlah pihak. Apa yang terjadi pada Joachim Gottschalk, aktor populer Jerman, memberikan gambaran mengenai tantangan yang dihadapi pasangan kawin campur.

Gottschalk begitu dicintai masyarakat Jerman berkat kepiawaiannya beradu peran. Ia membintangi film-film seperti Aufruhr in Damaskus (1939) karya Gustav Ucicky, Ein Leben Lang (1940), dan Du und Ich (1939) karya Liebeneiner. Kemampuan akting pria kelahiran 1904 itu bahkan membuat Goebbels terkesan hingga menyebutnya sebagai “Clark Gable-nya Jerman” –Clark Gable adalah aktor terkenal Amerika Serikat. Namun, pujian Goebbels berubah menjadi ancaman karena Gottschalk menikah dengan wanita keturunan Yahudi bernama Meta Wolff.

Michael Munn dalam Hitler and the Nazi Cult of Celebrity menyebut Gottschalk dan Meta menikah sebelum Hitler berkuasa. Pada satu waktu di tahun 1941, Gottschalk mengajak istrinya ke sebuah acara di Pusat Kesenian dan memperkenalkannya kepada beberapa tokoh Nazi. Mulanya beberapa tokoh Nazi tersebut, termasuk Goebbels, terpesona oleh Meta. Namun, ketika mengetahui wanita itu seorang Yahudi, Goebbels mendesak Gottschalk menceraikannya jika ingin melanjutkan karier aktingnya.

Baca juga: Misteri Kematian Aktor Inggris yang Dibenci Nazi

Gottschalk menolak menceraikan Meta karena telah dikaruniai seorang putra yang masih kecil. Namun, Goebbels tak main-main dengan ancamannya. Ia segera melarang Gottschalk tampil di pertunjukan teater maupun film.

 

Gottschalk pernah berniat untuk meninggalkan Jerman bersama keluarganya tak lama setelah Nazi berkuasa. Namun, menurut Anne Nelson dalam Red Orchestra, rencana ini sulit terlaksana karena Gottschalk terikat kontrak dengan UFA, perusahaan film Jerman. “Gottschalk terus tampil dalam film-film yang sangat populer, sementara istrinya menghilang dari pandangan publik,” tulis Nelson.

Penolakan Gottschalk menceraikan istrinya membuat Goebbels memerintahkan agar Meta dan putranya, Michael, dibawa ke kamp konsentrasi Theresienstadt. Gottschalk bersikeras menemani istri dan putranya ke kamp konsentrasi tersebut, tetapi Goebbels memerintahkan agar Gottschalk dilantik menjadi anggota Wehrmacht (angkatan bersenjata Nazi). “Dengan sedikit waktu yang tersisa sebelum mereka dipisahkan, pada November 1941, Gottschalk dan Meta membius putra mereka, kemudian mereka menyalakan gas, dan ketiganya meninggal,” sebut Munn.

Baca juga: Joseph Goebbels, Setia Nazi Sampai Mati

Menurut Stoltzfus, kematian Gottschalk dan keluarga kecilnya cukup mengejutkan Goebbels yang kemudian memandangnya sebagai kesalahan yang “agak memalukan”. Goebbels beralasan, “Gottschalk tidak dapat lagi menemukan cara untuk menghindari konflik antara negara dan keluarga. Oleh karena itu, saya akan segera memastikan bahwa kasus ini...tidak digunakan untuk membangun rumor yang mengkhawatirkan.”

Seperti biasa, ketika rezim telah membuat kesalahan perhitungan, mereka akan menutupi bukti-bukti dan menyangkal bahwa sesuatu yang “memalukan” telah terjadi. Untuk mencegah kabar kematian Gottschalk bocor ke publik, Goebbels melarang kabar kematiannya dipublikasikan di surat kabar. Tak hanya itu, ia juga melarang siapa pun menghadiri pemakaman Gottschalk.

Kabar kematian Gottschalk akhirnya bocor ke publik. Sejumlah bintang yang pernah menjadi lawan main maupun rekan Gottschalk semasa hidup ramai-ramai menghadiri prosesi pemakaman sang aktor di Stahnsdorf Friedhof, tepi barat daya Berlin.

Sementara itu, mengutip Time, 9 Maret 1942, Joachim Gottschalk yang sering bermain sebagai Hamlet di Deutsches Theater di Berlin mewariskan tengkoraknya kepada Deutsches Theater untuk digunakan dalam adegan penggali kubur di Hamlet, “agar saya dapat terus berakting dalam drama ini, meskipun dalam peran yang berbeda, dan dengan kehadiran saya secara pribadi dapat mengilhami para pengganti saya untuk melakukan yang terbaik.”*

TAG

nazi jerman

ARTIKEL TERKAIT

Ketika Jepang Tertipu Mata-mata Palsu Presiden Korea Selatan Park Chung Hee Ditembak Kepala Intelnya Sendiri Aksi Spionase Jepang Sebelum Menyerang Pearl Harbor Mimpi Pilkada Langsung Keluarga Jerman di Balik Serangan Jepang ke Pearl Harbor Insiden Perobekan Bendera di Bandung yang Terlupakan Memburu Kapal Hantu Perdebatan Gelar Pahlawan untuk Presiden Soeharto Paris Palsu di Masa Perang Dunia I Arsip Foto Merekam Jakarta di Era Bung Karno