Masuk Daftar
My Getplus

Misteri Kematian Aktor Inggris yang Dibenci Nazi

Leslie Howard, aktor terkenal Inggris, menjadi propagandis Sekutu yang kuat dan efektif. Ia masuk daftar hitam Nazi akibat film-filmnya.

Oleh: Amanda Rachmadita | 27 Mei 2024
Leslie Howard, aktor Inggris yang juga seorang propagandis Sekutu di masa Perang Dunia II. (Photofest/Wikimedia Commons).

PESAWAT komersial Flight 777 rute Lisbon, Portugal-London, Inggris ditembak jatuh pesawat Jerman di atas Teluk Biscay pada 1 Juni 1943. Keberadaan Alfred Chenhalls yang dikira Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dianggap sebagai penyebab pesawat Kerajaan Belanda yang dipinjamkan kepada British Overseas Airways Corporation itu diburu pesawat Jerman.

Namun, insiden di masa Perang Dunia II itu menyisakan misteri. Tak sedikit yang beranggapan bahwa target sesungguhnya adalah Leslie Howard, aktor Inggris yang tersohor di Hollywood berkat perannya sebagai Ashley Wilkes dalam film box office, Gone With the Wind (1939).

Mengapa Leslie Howard menjadi target pembunuhan agen Nazi?

Advertising
Advertising

Hal ini bermula pada akhir tahun 1930-an, ketika pria kelahiran Forest Hill, London, 3 April 1893 itu tengah mengembangkan kariernya di Hollywood. Kesuksesan Leslie memberinya kehidupan yang glamor dan nyaman di Los Angeles dan New York. Namun, seminggu sebelum Perang Dunia II pecah di Eropa pada 1939, ia kembali ke Inggris di mana kegiatan seninya dibentuk dan ditentukan oleh aktivisme politiknya.

Baca juga: “Winston Churchill” Tewas dalam Kecelakaan Pesawat

Leslie memiliki keyakinan yang besar terhadap keampuhan propaganda film dan radio. Oleh karena itu, pada awal perang, ia menawarkan jasanya untuk membantu perjuangan dan mempertahankan moral masyarakat Inggris melalui siaran radio. Sejak tahun 1940 hingga 1941, Leslie bergabung dengan program radio BBC milik J.B. Priestly, “Britain Speaks”, untuk menyiarkan dua puluh tujuh siaran ke Amerika Serikat dan Kanada. Melalui siaran tersebut, Leslie tak hanya mengabarkan kondisi Eropa di tengah perang dan rencana Nazi menguasai berbagai wilayah dunia, tetapi juga memohon dukungan kepada orang-orang di seberang Atlantik.

Di sisi lain, pertemuan Howard dengan seniman Austria, Alfons Walde, menginspirasi pembuatan film tentang kisah pelarian di tengah pendudukan Nazi. Ronald Howard, putra Leslie Howard, menulis dalam In Search of My Father bahwa Walde menceritakan kepada Leslie mengenai nasib teman-temannya yang disingkirkan oleh Nazi. Nasib Walde dan banyak orang seperti dia membuat Leslie khawatir. Dia sudah mengetahui sejumlah besar profesor, dokter, guru, dan pemuka agama telah diberhentikan dari jabatan mereka karena “penyimpangan” intelektual, ketidakmurnian rasial, atau sekadar menolak untuk sependapat dengan kebijakan yang dipaksakan.

Leslie Howard (dua dari kanan) bersama Alfred Chenhalls (dua dari kiri) menghadii sebuah acara jamuan di Lisbon, Portugal. (Ronald Howard, In Search of My Father).

“Meskipun pertemuan kebetulan ini tidak menghasilkan kontak lebih lanjut antara Walde dan Leslie, dan Austria dianeksasi enam minggu kemudian oleh Partai Pekerja Nasionalis-Sosialis Jerman, Leslie tidak melupakan pertemuannya dengan Alfons Walde. Bahkan berniat menjadikan kisah itu sebagai film Pimpernel Smith,” tulis Ronald.

Dalam World War II Goes to the Movies and Television Guide Volume II L-Z, Terry Rowan menerangkan film Pimpernel Smith (1941) yang diproduksi dan diperankan oleh Leslie Howard, berkisah tentang arkeolog eksentrik bernama Horatio Smith (Leslie) yang membawa mahasiswa arkeologi Inggris dan Amerika ke Jerman sebelum perang untuk membantu proses ekskavasi. Penelitian ini didukung oleh Nazi karena sang profesor dan mahasiswanya tengah mencari bukti asal-usul peradaban Jerman yang berasal dari bangsa Arya. Namun, misi sesungguhnya sang profesor adalah membebaskan tahanan dari kamp konsentrasi. Rencana Smith diketahui oleh Jenderal von Graum yang menggunakan agen wanita sebagai sandera untuk menangkap Smith. Pada akhirnya Smith berhasil melarikan diri ke dalam kabut dan berjanji untuk kembali.

Baca juga: Bukan Churchill Biasa

Film Pimpernel Smith tak hanya menuai sorotan dari publik Inggris, tetapi juga dari pihak Jerman yang memandang film ini sebagai provokasi. Badan Sensor Film Swedia melarang film ini karena khawatir penggambaran kritis terhadap Nazi dapat merusak hubungan Swedia dengan Jerman dan membahayakan kenetralan Swedia selama Perang Dunia II.

Barry Norman dalam The Movie Greats menyebut film Pimpernel Smith yang beberapa karakternya menggambarkan sosok petinggi Nazi berdampak pada Leslie Howard. “Jerman membenci film ini, terutama parodi Francis L. Sullivan tentang Goering, dan Howard segera masuk dalam daftar hitam Nazi. Keberhasilan Howard dalam menyebarkan propaganda pihak Sekutu turut dibuktikan dengan fakta bahwa ia dibenci menteri propaganda Jerman, Joseph Goebbels, dan dikecam oleh pembelot Inggris, William Joyce yang dikenal dengan panggilan Lord Haw-Haw, yang menyatakan dalam siarannya sendiri bahwa setelah Inggris ditaklukkan, Howard akan menjadi salah satu orang pertama yang dieksekusi oleh Nazi,” sebut Norman.

Tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut, Leslie terus memproduksi film untuk menghibur serta meningkatkan semangat dan membela kepentingan Inggris. Kesuksesan film Pimpernel Smith diikuti 49th Parallel yang disutradarai oleh Michael Powell, dan kemudian The First of the Few yang disutradarai oleh Leslie yang berperan sebagai R.J. Mitchell, penemu Spitfire. Pria berdarah Yahudi Hungaria ini juga memproduksi dan menyutradarai The Gentle Sex, sebuah film untuk menghormati tentara wanita, ATS.

Leslie Howard berperan sebagai Profesor Horatio Smith dalam film Pimpernel Smith (1941). (Ronald Howard, In Search of My Father).

Peran besar Leslie dalam propaganda Sekutu membuat Jerman mencurigainya sebagai agen khusus Inggris dan mengawasi pergerakannya. Menurut Ian Colvin dalam Flight 777: The Mystery of Leslie Howard, ketika Leslie diundang tur propaganda di Portugal dan Spanyol, Jerman menugaskan seorang agen untuk mengawasinya di Madrid. “Agen itu adalah seorang wanita cantik keturunan Amerika Latin. Selain itu, mereka menempatkan agen lainnya di hotel tempat Leslie menginap di Estoril,” tulis Colvin.

Menurut Ronald, agen yang ditempatkan oleh Abwehr (dinas intelijen militer Jerman) di dekat hotel tempat Leslie menginap di Madrid adalah wanita muda keturunan Polandia dan Prancis. Ia ditugaskan untuk mengamati gerak-gerik Leslie dan para pengunjung asing yang datang ke hotel tersebut. Aksi spionase ini dikonfirmasi oleh Nevile Kearney, direktur film British Council, yang bertemu dengan wanita tersebut di Madrid setelah insiden pesawat jatuh yang menewaskan Leslie.

Baca juga: Propaganda Sekutu di Indonesia

“Ketika koran-koran Madrid menerbitkan komunike Jerman pada 2 Juni yang mengumumkan bahwa pesawat tersebut telah ditembak jatuh dengan Leslie Howard di dalamnya, wanita itu mendatangi Nevile Kearney dalam keadaan yang sangat tertekan. Dia jatuh ke lantai sambil terisak dan mengaku bahwa ia adalah seorang agen musuh yang ditugaskan secara khusus untuk mengawasi gerak-gerik sang aktor di ibu kota Spanyol... dan meskipun ia telah melaporkan kegiatannya, ia bersumpah bahwa ia tidak pernah bermaksud untuk mencelakainya. Orang lain yang bertugas di Portugal juga melakukan hal yang sama, katanya, dan ia dengan penuh emosi menyalahkan mereka (Jerman, red.) atas kematian Leslie,” tulis Ronald.

Ronald mengungkapkan bahwa ayahnya sempat menulis surat kepada agen wanita di Madrid dari Lisbon sebelum ia kembali ke Inggris. Dalam surat itu, Leslie berharap “sang agen wanita dapat segera sampai di Inggris” yang seakan menjadi bukti untuk mendukung teori pelarian agen wanita tersebut.

Leslie Howard (kiri) berbincang dengan aktor Spanyol Hierro Nieto saat menghadiri sebuah acara di Madrid. (Ronald Howard, In Search of My Father).

“Dari sudut pandang Jerman hal ini dapat menjadi pembenaran bahwa kegiatan British Council yang diikuti Leslie hanyalah kedok untuk kegiatan Kementerian Luar Negeri dan Intelijen Inggris, dan mereka memiliki alasan untuk percaya bahwa Leslie telah mencoba ‘memikat’ salah satu agen mereka,” tulis Ronald.

Meski begitu, Ronald memandang kecelakaan pesawat Flight 777 tak semata akibat aktivitas Leslie sebagai propagandis Inggris. “Saya rasa mereka tidak hanya mengincar Leslie. Itu mungkin nilai tambah bagi mereka, saya tidak tahu. Tetapi mereka tentu saja mengincar tiga orang lain, yang menurut saya, mungkin lebih penting daripada Leslie,” ungkapnya. Ketiga orang itu adalah kepala perusahaan minyak Shell yang dikabarkan bertugas sebagai kepala Dinas Rahasia Inggris di Lisbon, kepala Badan Yahudi untuk Palestina cabang London yang telah banyak membantu orang Yahudi melarikan diri dari Eropa; dan seorang eksekutif penting di industri baja Inggris.

Terlepas dari berbagai teori dan intrik intelijen di balik jatuhnya pesawat Flight 777, kematian Leslie menjadi duka yang mendalam bagi masyarakat Inggris dan Amerika. “Popularitas Leslie Howard yang begitu besar membuat kepergiannya ditangisi secara lebih luas dan lebih mendalam daripada bintang Inggris lainnya. Pada 1945, Buku Tahunan Film Inggris menggambarkan kehadirannya di Inggris pada masa perang sebagai ‘salah satu aspek propaganda Inggris yang paling berharga’ dan propaganda, seperti yang pertama kali dihargai oleh Nazi, merupakan senjata yang sangat penting,” sebut Norman.*

TAG

leslie howard nazi jerman perang dunia ii film inggris

ARTIKEL TERKAIT

Heroisme di Tengah Kehancuran dalam Godzilla Minus One House of Ninjas dan Bayang-Bayang Masa Lalu Ninja Hattori Ibu dan Kakek Jenifer Jill Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ada Rolls-Royce di Medan Laga Rolls-Royce Punya Cerita Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Benshi, Suara di Balik Film Bisu Jepang Seputar Deklarasi Balfour Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee