Masuk Daftar
My Getplus

House of Ninjas dan Bayang-Bayang Masa Lalu Ninja Hattori

Dramatisasi sepak-terjang keturunan terakhir Hattori Hanzō yang dikemas dengan drama keluarga, aksi seni beladiri Jepang, hingga intrik politik.

Oleh: Randy Wirayudha | 28 Mei 2024
Film seri "House of Ninjas" yang mengungkit lingkaran dunia hitam kehidupan keturunan shinobi alias ninja (Netflix)

SEGALA perilaku nenek dan dua kakaknya yang sering menyelinap dalam kesunyian bak shinobi atau ninja menjadi pertanyaan yang memenuhi benak Riku Tawara (diperankan Tenta Banka). Bocah 10 tahun itu lama-lama tak tahan karena merasa sudah terlalu banyak misteri yang mengganggu pikirannya.

Maka pada suatu hari ketika rumahnya sedang sepi, Riku diam-diam membuka kunci pintu rahasia yang selama ini membuatnya penasaran. Tak dinyana, pintu itu membawanya ke ruang bawah tanah yang sudah seperti kuil dan dojo. Di ujung ruangan itu Riku terpaku saat menengok sebuah lukisan besar sesosok samurai dari masa feodal Jepang.

“Itu (lukisan) moyang keluarga kita, Hattori Hanzō,” celetuk suara perempuan tua dari belakang yang mengagetkan Riku.

Advertising
Advertising

Rupanya sang nenek, Taki Tawara (Nobuko Miyamoto), menguntit cucunya sedari tadi. Nenek Taki terpaksa membuka semua rahasia tentang keluarga mereka. Keluarga keturunan terakhir Hattori Hanzō dengan nama samaran keluarga Tawara.

Baca juga: Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee

Riku sengaja tak diberitahu tentang itu karena ayahnya, Soichi Tawara (Yōsuke Eguchi), berharap keluarganya bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu sebagai shinobi dan menjadi keluarga “normal”.

Demikian duet sutradara Dave Boyle dan Kento Kaku mengemas pembuka episode ke-4 film seri House of Ninjas. Film ini mengungkap lingkaran dunia ninja atau shinobi yang dipenuhi intrik dan misteri yang kini hampir punah bahkan di Jepang sendiri.

Si bungsu Riku (kanan) yang akhirnya dilatih skill ninja (Netflix)

Akan tetapi masa lalu dari dunia shinobi itu pula yang membuat keluarga Tawara terancam karena kelompok Fūma dari klan Hōjō kembali beraksi. Mereka merencanakan bencana yang membahayakan kehidupan masyarakat Jepang. Di medio abad ke-16 era shogun Ieyasu Tokugawa, klan Hōjō pimpinan Kotarō Fūma ke-5 sempat berperang dengan klan Hanzō pimpinan Hattori Hanzō di Kastil Odawara.

Hal itu membuat Biro Manajemen Ninja (BNM) di bawah Kementerian Kebudayaan Jepang memaksakan perintah untuk keluarga Tawara yang punya kemampuan ninjutsu kembali beraksi untuk menyelidiki dan menangkalnya. Mulai dari sang ayah, sang ibu Yoko Tawara (Tae Kimura), serta kedua putra-putrinya, Haru Tawara (Kento Kaku) dan Nagi Tawara (Aju Makita). Belakangan, Riku pun ikut dilatih sang nenek karena rumah keluarga mereka pun mulai terancam serangan klan Hōjō pimpinan Yosuke Tsujioke alias Kotarō Fūma ke-19 (Takayuki Yamada).

Baca juga: Sri Asih, Adisatria Pertama Indonesia dalam Komik dan Film

Situasinya makin pelik lantaran Gaku Tawara (Kengo Kora), anak tertua keluarga Tawara yang sempat hilang dalam misi menyelamatkan seorang politikus Jepang enam tahun sebelumnya, telah kembali. Masalahnya kini Gaku sudah membelot setelah direkrut Kotarō Fūma ke-19.

Bagaimana kelanjutan ceritanya yang seru dan menegangkan itu? Baiknya Anda saksikan sendiri di platform layanan daring Netflix yang sudah diputar sejak 15 Februari 2024. 

Keluarga Tawara yang menjadi keturunan terakhir Hattori Hanzō (Netflix)

Esensi Ninja dan Sepakterjang Hattori Hanzō 

Sinematografi House of Ninjas dikemas dengan modern namun tak meninggalkan sejumlah elemen historisnya. Tone atau warna filmnya dominan gelap untuk memberikan nuansa lebih kuat akan misteri keluarga ninja. Namun iringan music scoring-nya begitu variatif antara irama-irama komikal untuk menghiasi adegan-adegan komedi ringannya, dan irama-irama rock dalam beberapa adegan action-nya.

“Misterinya juga sebenarnya tak terlalu sulit diprediksi dan alur ceritanya juga sedikit memakan waktu lebih untuk memperlihatkan konsep-konsep ninja dengan karakter-karakter pahlawan yang klise. Akan tetapi serial ini masih laik ditonton karena dramatisasi-dramatisasi yang ceritanya bisa di-strecth (pengembangan karakter) sangat enak ditonton. Belum lagi ditambah drama keluarga modern yang di-twist dengan genre seni beladiri Jepang, konteks historis, intrik-intrik politik, romansa, hingga fanatisme aliran agama (sekte, red).,” tulis kritikus Bob Strauss di kolom Datebook, 13 Februari 2024.

Terkait konteks historis, kehidupan keluarga Tawara yang dikatakan sebagai keturunan ninja Hattori Hanzō memang fiktif adanya. Toh praktik-praktik kehidupan shinobi sudah nyaris punah di era Jepang modern. Salah satu yang masih berusaha hidup dengan tradisi itu adalah Jinichi Kawakami, keturunan terakhir dari klan Koga kelahiran 1950.

Baca juga: Wakanda Forever dan Warisan Penerus Black Panther

Saat diwawancara Hiroko Imai di program “Everyday Bosses: Japan’s Last Ninja Explains The Naruto Run” di akun Youtube Asian Boss, 6 Mei 2019, Kawakami mengungkapkan, shinobi adalah siapa saja yang mempraktikkan seni ninpo atau ninjutsu secara turun-temurun sebagai teknik-teknik survival-nya di era feodalisme kuno Jepang. Jika dielaborasikan, Hattori Hanzō yang notabene seorang samurai pun disebut shinobi karena mempraktikkan teknik-teknik itu di eranya. 

“Ninjutsu yang otentik eksis di Zaman Edo (1603-1868) dan diturunkan ke beberapa pengikutnya tapi saat ini para pengikutnya sudah menghilang. Dan karena saya satu-satunya yang tersisa, banyak orang memberikan saya gelar (master ninja) itu,” ujar Kawakami.

Adegan Gaku Tawara (kanan) berkhianat pada keluarganya sendiri (Netflix)

Kawakami juga menguraikan bahwa selama ini banyak yang salah kaprah tentang ninja, utamanya penggambarannya dengan beragam senjata nyentrik seperti nunchaku atau stik ganda berantai dan shuriken atau pisau lempar berbentuk bintang. Faktanya, ninja hanya membawa senjata yang tak merepotkan mereka saat menyusup karena tugas mereka ibarat intelijen atau mata-mata, yakni menyelinap, mencari informasi, bersembunyi, hingga menyabotase tanpa suara dan tanpa terlihat.

“Orang Barat hanya berpikir ninja tak lebih dari bertarung. Padahal ninja sejati menghindari semua macam pertarungan karena tugas mereka adalah bertahan hidup dan menyampaikan informasi intelijen. Anda mempelajari seni bela diri ninjutsu untuk membela diri jika tidak bisa menghindari pertarungan di setiap misi. Peran mereka esensial dalam setiap peperangan sehingga banyak wilayah (provinsi) merekrut ninja yang punya spesialisasi spionase,” tambahnya.

Baca juga: Yasuke Si Samurai Hitam

Kawakami juga memaparkan transformasi penyebutannya. Penyebutan “ninja” justru merupakan istilah modern yang populer sejak 1960-an. Sebelumnya, mereka disebut “shinobi-no-mono” yang artinya orang yang menyelinap diam-diam. 

“Dalam berbagai taktik kami juga diajarkan banyak cara membunuh orang (target). Tapi dari beberapa senjata, kami tidak menggunakan shuriken. Itu justru senjatanya para samurai, bukan ninja. Dalam ninjutsu, shuriken itu tak berguna karena repot membawanya dan bisa menimbulkan bunyi jika dibawa-bawa. Lagipula bahannya dari besi dan sayang jika hanya untuk dilempar karena dahulu besi sangat mahal harganya,” tukas Kawakami.

Jinichi Kawakami (kiri) yang masih mempertahankan tradisi ninja (Youtube Asian Boss)

Sebagaimana yang diungkapkan Kawakami, para pemimpin dari suatu kelompok atau klan ninja adalah samurai pula dengan para pengikutnya yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Mereka biasanya direkrut shogun atau panglima perang dari suatu wilayah yang dikuasai klan samurai terpandang lain. Seperti halnya Hattori Hanzō, yang dirangkul klan Matsudaira dan kemudian klan Tokugawa. 

Sepak-terjangnya selama tiga dekade pada abad ke-16 begitu populer di kalangan masyarakat Jepang. Hingga di era modern pun nama Hattori Hanzō banyak diadaptasi atau jadi inspirasi di berbagai pop-culture, mulai dari manga dan anime Ninja Hattori-kun sejak 1960-an, karakter Hasashi Hanzo alias Scorpion dalam gim dan film Mortal Kombat (2021), hingga film seri House of Ninjas di atas.

Baca juga: Yōkai, Amabie, dan Pandemi

Hattori Hanzō awalnya merupakan putra dari samurai bernama Yasuna Hattori yang lahir dengan nama Masanari Hattori. Sebagaimana ayahnya, pria kelahiran Mikawa (kini Prefektur Aichi) tahun 1542 itu sejak muda sudah ikut mengabdi di klan samurai Matsudaira. Lantaran taktik-taktik operasinya yang beringas, ia acap dijuluki Oni no Hanzō alias “Iblis Hanzō”.

“Sebelumnya ayahnya memimpin sebuah garnisun pasukan ninja yang kemudian beralih mengabdi kepada seorang panglima samurai muda, Ieyasu Tokugawa. Pada usia 16 tahun, Hanzō melakoni debutnya seagai ninja dengan memimpin 60 anak buahnya dalam serangan dengan menyelinap ke kastil musuh (Kastil Udo),” tulis Hiroko Yoda dalam Ninja Attack! True Tales of Assassins, Samurai, and Outlaws.

Lukisan Hattori Hanzō di rubanah keluarga Tawara (Netflix)

Sesudah menggantikan ayahnya sebagai Hanzō ke-2, Hanzō dipercaya shogun Ieyasu Tokugawa sebagai salah satu penasihat militer dan salah satu dari 16 jenderal kepercayaan Tokugawa dalam berbagai misi dan pertempuran hingga hari kematiannya pada 2 Januari 1597. Termasuk saat menjalani misi penyelamatan istri dan putra Ieyasu Tokugawa yang disandera musuh, daimyo Imagawa Ujizane, di Kastil Kaminogo pada 1562.

“Ada beberapa teori kematiannya. Salah satunya menyebutkan ia dibunuh klan saingannya, Fūma di Pulau Seto. Teori lainnya menyebutkan Hanzō pensiun dan menjadi biksu di pedalaman Edo sampai ia wafat karena sakit,” tandas Stephen Turnbull dalam Ninja AD 1460-1650.

Deskripsi Film:

Judul: House of Ninjas | Sutradara: Dave Boyle, Kento Kaku | Produser: Dave Boyle, Kento Kaku, Akira Kanbe, Toru Mori, Yoshihiro Sato | Pemain: Kento Kaku, Yōsuke Eguchi, Tae Kimura, Kengo Kora, Aju Makita, Riho Yoshioka, Nobuko Miyamoto, Bambi Naka, Takayuki Yamada, Tenta Banka | Produksi: Netflix | Distributor: Netflix | Genre: Action | Durasi: 51-55 menit/episode | Rilis: 15 Februari 2024/Netflix.

Baca juga: Samurai dalam Pembantaian Banda

TAG

film jepang samurai

ARTIKEL TERKAIT

Jalan Perjuangan Tak Berujung dalam Perang Kota Empat Film Korea Selatan yang Menggambarkan Darurat Militer Senna Si Raja Lintasan Basah The Children’s Train dan Nasib Anak-anak Korban Perang di Italia Mengenal Tang Soo Do dari Cobra Kai Munculnya Si Doel (Bagian III – Habis) Munculnya Si Doel (Bagian II) Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier Yok Koeswoyo yang Tinggal dari Koes Plus Potret Pribumi Ainu di Balik Golden Kamuy