SETELAH tentara Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Korea memerdekakan diri meski akhirnya terpecah menjadi Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel). Negara-negara baru itu memperkuat diri antara lain dengan membangun militernya.
Didirikannya sekolah kadet pertahanan yang belakangan menjadi Akademi Militer Korea merupakan salah satu upaya yang diambil Korsel. Di sekolah itu dua bekas guru masuk: Kim Jae Gyu dan Park Chung Hee.
Kim Jae Gyu merupakan pemuda asal Gumi, Gyeongsang Utara, yang tak setahun jadi guru sekolah menengah. Daripada terus berceloteh di depan kelas, pria kelahiran 1924 ini lebih tertarik masuk sekolah militer pada 1946.
Baca juga:
Park Chung Hee, Guru Gagal Jadi Diktator Korea Selatan
Sementara, Park Chung Hee dulunya guru pada sebuah sekolah dasar di Mungyong, Provinsi Kyongsang Utara. Park, yang lebih tua enam tahun dari Kim, juga sebentar jadi guru dan kemudian masuk sekolah militer. Sebelum bersama-sama di akademi itu, Park sudah pernah belajar di Akademi Militer Manchukuo dan Akademi Militer Jepang di Tokyo. Park juga pernah bertugas di kubu Jepang pada akhir Perang Dunia II. Jadi Park lebih banyak pengalaman dibanding Kim yang lebih muda. Setelah beberapa bulan di sekolah itu keduanya berdinas di Angkatan Darat Korea Selatan.
Park dilantik menjadi kapten pada akhir 1946, tak lama setelah lulus. Kariernya menanjak cepat. Pada 1953 dia sudah brigadir jenderal. Di dekade itu Park sudah menjadi panglima divisi, sementara Kim masih komandan resimen.
Meski tak ikut serta dalam kudeta 16 Mei 1961 yang menaikan Park Chung Hee menjadi presiden, karier Mayor Jenderal Kim Jae Gyu cukup baik di era 1960-an. Ketika Park mulai berkuasa pada 1961, Kim dijadikan panglima Divisi ke-6. Pada 1968 hingga 1971, Kim adalah komandan Komando Keamanan Angkatan Darat, yang juga bertanggung jawab atas keamanan Presiden Park Chung Hee.
Baca juga:
Park Chung Hee, Napoleon dari Korea Selatan
James E. Hoare dalam Historical Dictionary of the Republic of Korea menggambarkan Kim Jae Gyu merupakan perwira yang tidak suka tentara berpolitik. Jadi dia tak suka pada kelompok perwira Angkatan Darat bernama Honahowoe yang dipimpin Mayor Jenderal Chun Do Hwan.
Sebagai orang dekat Park, Kim Jae Gyu pernah menyarankan Park tidak berkuasa lagi setelah 1971, namun Park tetap maju berkuasa. Sebaliknya, Kim Jae Gyu dijadikan menteri kontruksi ketika Presiden Park ingin menggenjot laju perekonomian negerinya. Dua tahun (1974-1976) Kim mengemban jabatan itu sebelum akhirnya dijadikan direktur Korean Central Intelligence Agency (KCIA) dengan pangkat letnan jenderal.
Namun semakin dekat hubungan keduanya, Kim semakin berselisih dengan Park. Apalagi Kim tak cocok dengan kepala pengawal pribadi Park, Letnan Kolonel Cha Ji Chul.
Baca juga:
Presiden Park sendiri berlaku diktator pada tahun-tahun terakhir kekuasaannnya. Kim diminta menindak para demonstran yang menuntut demokrasi di Korsel. Kim tidak nyaman dengan posisinya sebagai kepala intel hingga menjadi frustasi pada Park terkait peredaman demonstrasi. Kim tak ingin kekerasan yang menurutnya berlebihan.
Namun, Park seakan tak menggubrisnya. Pada 26 Oktober 1979, Park mengajaknya makan malam seperti biasa dia mengajak makan malam di sekitar istana dan kantor intelijen. Dalam makam malam di Kompleks Gedung Biru itu, sebut Majalah Time edisi 5 November 1979, hadir pula Cha Ji Chul dan sekretaris Kim Kae Won.
Dalam sebuah kesempatan, Kim meminta agar Park meringankan perlakuannya terhadap para demonstran. Alih-alih mendapat persetujuan Park, Kim malah dikomentari terlalu lembek oleh Cha. Pertengkaran sengit pun terjadi antara keduanya.
Baca juga:
Sekitar pukul 18.50, Kim keluar dari ruang makan. Rupanya dia menemui anak buahnya di KCIA yang setia dan sedang ikut dengannya itu. Kim adalah sosok yang disenangi bawahan. Kepada anak buahnya itu Kim mengatakan hal penting pada malam itu.
“Saya akan menghabisi mereka malam ini, jadi ketika Anda mendengar suara tembakan di dalam, habisi pengawal presiden di luar,” kata pada anak buahnya dan anak buahnya menuruti perintah yang penuh risiko itu.
Sekira lima menit kemudian, Kim kembali ke ruang makan dengan pistol yang sudah siap di tangan. Presiden Park dan Kepala Keamanan Cha lalu jadi sasaran tembak Kim. Satu pelurunya mengenai dada Park dan menembus tulang belakangnya. Satu peluru lainnya mengenai kepala. Sementara, Cha terluka parah lalu tewas seperti Park juga.
Setelah adanya tembakan Kim itu, anak buah Kim pun bertindak sesuai perintah yang diberikan padanya. Baku tembak terjadi antara personel KCIA melawan pengawal presiden. Kim Kae Won lalu mengurus presidennya yang terbunuh itu.
Setelah penembakan itu, Kim Jae Gyu ditangkap dan diperiksai dengan ganas. Kematian Park jauh lebih menguntung kelompok politik lain ketimbang Kim sebagai pembunuhnya. Kim akhirnya dijatuhi hukuman mati pada 24 Mei 1980. Sebagian menganggapnya pengkhinat dan sebagian lain menganggapnya pahlawan.*