Masuk Daftar
My Getplus

Alkisah Kertas Tua dari Kastil Batavia

Ribuan lembar arsip dari zaman VOC tersimpan di Kantor Arsip Nasional di Jakarta. Telah diakui Unesco sebagai warisan sejarah dunia.

Oleh: Bonnie Triyana | 17 Feb 2016
Seorang petugas di Arsip Nasional RI sedang memeriksa kotak-kotak penyimpanan arsip VOC. Foto: Micha Rainer Pali/Historia

Selembar kertas tua tampak diletakkan di atas alat pemindai. Sejurus kemudian alat tersebut bekerja, merekam lembaran kertas tua menjadi sebuah gambar digital yang tersimpan di dalam komputer. Tak hanya selembar, ada ribuan lembar kertas tua yang sedang dan telah didigitalisasi oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Ribuan lembar kertas tua rapuh itu berasal dari abad 17 sampai dengan 18, berbahasa Belanda lama dan ditulis tangan. Hampir semua informasi di dalamnya memuat keterangan tentang aktivitas Vereeniging Oostindie Compagnie (VOC), kompeni dagang Belanda di wilayah Nusantara.

Sebagai bekas wilayah pusat kegiatan VOC yang terluas, Indonesia mewarisi berlimpah arsip yang apabila diletakkan dalam posisi berdiri berjajar, panjangnya bisa mencapai 2,5 kilometer. Direktur Pengolahan Arsip ANRI Azmi mengatakan kekayaan arsip VOC di Indonesia melebihi jumlah arsip VOC ada di Belanda.

Advertising
Advertising

“Arsip Nasional ini memiliki khazanah arsip VOC yang cukup besar, bahkan melebihi yang dimiliki oleh negara asalnya sendiri dan negara yang pernah diduduki oleh VOC, baik di Afrika Selatan maupun Srilangka,” ujar Azmi kepada Historia pertengahan Februari lalu.

Baca juga: Dokumen Saham Tertua VOC Ditemukan

Sejarawan-cum-arsiparis Mona Lohanda mengatakan sebetulnya dokumen arsip VOC juga dimiliki oleh beberapa negara lain di mana VOC pernah berkuasa seperti di Capetown di Afrika Selatan, Chennai di India, Kolombo di Srilangka dan di Nagasaki, Jepang. Menurut Mona, Batavia sebagai pusat administrasi VOC di Timur menjadikannya titik silang arus korespondensi antara berbagai pos dagang VOC di Asia dan Afrika.

“Waktu Batavia dijadikan ibukota pemerintah kolonial Hindia-Belanda, maka semua dokumen VOC sampai dengan periode Hindia Belanda juga terdapat di Jakarta,” kata dia yang ditemui Historia di kantor ANRI, Jl. Ampera Raya No. 7, Cilandak, Jakarta Selatan awal Februari lalu.

Secara umum, arsip VOC yang tersimpan di ANRI itu dibagi ke dalam dua kategori: pertama, arsip yang diciptakan dan dahulu disimpan di Kastel Batavia, bekas kantor pusat VOC di Asia. Bagian ini meliputi arsip Pemerintah Agung (Gubernur-Jenderal serta para Anggota Dewan Kotapraja Belanda di Asia). Kedua, arsip pribadi maupun lembaga-lembaga publik di Batavia.

Pelestarian Arsip

Merawat arsip dari abad ke-17 dan 18 di negara beriklim tropis seperti Indonesia bukan perkara mudah. Usia kertas yang tak lagi muda sulit bersahabat dengan kelembaban tinggi. Menurut Azmi, keseluruhan berkas asli arsip VOC tersebut disimpan di dalam ruangan khusus bersama kelompok arsip kolonial Hindia Belanda.

“Kita (ANRI) mempunyai ruang sendiri yang disebut depo, khusus untuk menyimpan arsip kolonial. VOC kita kategorikan termasuk arsip kolonial, bersama Hindia Belanda,” ujarnya.

Penggandaan arsip secara digital juga dilakukan oleh ANRI untuk menyelamatkan kisah sejarah VOC yang termuat dalam jutaan lembar kertas tua itu. Sejak 2011 ANRI menggandeng Yayasan Corts, sebuah organisasi non-pemerintah dari Belanda yang bergerak dalam bidang kebudayaan. Yayasan Corts tertarik melakukan digitalisasi arsip-arsip VOC abad ke 17 dan 18 yang tersimpan di ANRI.

Baca juga: Arsip-Arsip yang Tercecer

Bukan sekadar tertarik, Yayasan Corts juga menggelontorkan sejumlah dana untuk proyek digitalisasi arsip. Menurut Azmi, ANRI memiliki keterbatasan dana untuk mengerjakan kegiatannya. “Dalam hal ini, selain recovery arsip rusak dengan cara memperbaiki kerusakan fisik, itu dilakukan oleh Arsip Nasional. Nah untuk digitalisasi karena (dana) terbatas ya, jadi kita kerjasama dengan Corts,” ujarnya.

Risma Manurung arsiparis yang terlibat di dalam proyek digitalisasi arsip VOC menerangkan beberapa jenis arsip yang telah dan sedang didigitalisasi, antara lain koleksi hoge regering (pemerintahan agung, pusat administrasi VOC di Batavia), seri dagregister (catatan harian), resolutie boeken (buku-buku keputusan) dan bijlagen resolutie boeken (buku-buku lampiran keputusan).

“Sekarang kita sedang proses resolutie boeken, scan sudah selesai tinggal menunggu proses mungkin pertengahan tahun ini sudah bisa online. Sedangkan bijlagen masih scanning, mungkin tahun depan bisa online,” ujar Risma.

Atas bantuan Yayasan Corts, memungkinkan ANRI menggunakan alat pemindai super canggih bermerk Zeutsche OS 14000 A1 buatan Jerman yang sering digunakan untuk memindai jilid-jilid tebal dengan baik. Alat tersebut dikalibrasi secara sempurna di pabrik Zeutsche di Thubingen, Jerman. Dengan alat itu diperoleh hasil pemindaian 3D berwarna yang berkualitas tinggi.

Publikasi Arsip

Sebagian arsip VOC yang telah dialihbentuk digital dan diterjemahkan diunggah ke laman sejarah-nusantara.go.id. Koleksi yang diberi judul “Harta Karun” itu terbuka diakses secara online oleh publik. Laman itu menyajikan banyak informasi berkaitan dengan arsip VOC. Tak hanya memuat makalah karya para sejarawan pakar VOC, tapi juga memuat berkas arsip digital berikut penjelasannya dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris dan Belanda.

Dari informasi yang dimuat dalam laman sejarah-nusantara.anri.go.id disebutkan ada empat tujuan utama penyusunan koleksi “Harta Karun” tersebut: pertama berdasarkan pembuat dokumen, apakah ia seorang pejabat perusahaan Eropa; pedagang swasta atau warga yang bermukim di wilayah jajahan Belanda.

Kedua, arsip yang dibuat oleh orang-orang Asia, termasuk karya para sultan, penguasa dan raja setempat serta juga hasil kerja para warga biasa seperti pedagang dan penduduk. Dalam kelompok arsip ini, sebagian besar dokumen merupakan hasil terjemahan para kerani Belanda di Kastel Batavia. Mereka menerjemahkan semua surat-surat yang aslinya ditulis dalam bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Timor, Madura, Cina dan bahasa-bahasa Asia lain.

Baca juga: Arsip KAA Menjadi Warisan Ingatan Dunia

Ketiga, dokumen-dokumen yang menyediakan informasi terkait interaksi Asia-Eropa, kegiatan maritim, interaksi diplomatik serta pertempuran bersenjata dan kerjasama ekonomi; yaitu semua hal yang berhubungan dengan ekspansi kolonial di masa awal modern dan berlangsung dalam kurun waktu perdagangan global.

Keempat, untuk menemukan kembali sejarah terkait salah satu kota pelabuhan maritim kolonial besar di Asia, yakni Batavia. Dengan publikasi arsip VOC secara online, ANRI berharap bisa menyumbangkan bagi upaya penemuan kembali Batavia sebagai sebuah kota yang penduduknya terutama adalah orang-orang Asia.

Menurut Kepala ANRI Mustari Irawan arsip VOC yang dimiliki ANRI sudah didaftarkan ke Unesco. “Pada Maret 2004, khazanah arsip VOC telah diakui oleh UNESCO dan dimasukkan dalam Memory of the World Register,” kata Mustari dalam sambutannya di laman sejarah-nusantara.anri.go.id.

Dengan demikian, “khazanah arsip tersebut telah dilindungi serta diakui secara internasional sebagai warisan sejarah dunia,” kata dia menambahkan.

TAG

arsip voc

ARTIKEL TERKAIT

Serdadu Württemburg Berontak di Semarang Cikal Bakal Bursa Saham Orang Pertama yang Menjual Saham VOC Asisten Rumah Tangga Jadi Pemilik Saham Pertama VOC VOC Sebagai Perusahaan Saham Gabungan Tiga Negara Berbagi Sejarah lewat Dokumenter Kunjungan Nehru Kemaritiman Era Sukarno Bataha Santiago Digantung Akibat Lawan VOC Produk Hukum Kolonial Terekam dalam Arsip Tak Bisa Bayar Utang Dipenjara di Ruang Bawah Tanah