Masuk Daftar
My Getplus

Ketika Hatta Kehabisan Uang

Dalam misi belajar di Norwegia, Hatta dan seorang kawannya menghadapi kesulitan keuangan. Solusinya: mereka rela mengurangi jatah makan hingga harus meminjam uang agar bisa kembali pulang.

Oleh: M. Fazil Pamungkas | 19 Mar 2021
Mohammad Hatta (berdiri sebelah kiri) bersama anggota Perhimpunan Indonesia (Nationaalarchief.nl)

Suatu pagi di pertengahan Agustus 1925. Serangkaian kereta berhenti di jalur antara Oslo dan Bergen, Norwegia. Masinis memberi kesempatan selama setengah jam kepada para penumpang untuk menikmati pemandangan alam yang sangat menakjubkan di area tersebut, terutama melihat keindahan lembah Fjord. Mohammad Hatta menjadi salah seorang penumpang itu. Dia sedang dalam perjalanan menuju Bergen, kota pelabuhan di pantai barat Norwegia.

Bersama seorang kawan dari Perhimpunan Indonesia (PI), Samsi Sastrawidagda, Hatta ditugasi untuk mempelajari sistem kooperasi di Norwegia, Swedia, dan Denmark. Sebagai ekonom andalan organisasi mahasiswa Indonesia di negeri Belanda itu, keduanya harus mempelajari cara orang-orang Skandinavia mengelola keuangannya. Tujuan misi belajar tersebut juga antara lain meningkatkan keuangan di tubuh PI secara efektif, serta menerapkan pengetahuannya kelak di tanah air setelah terbebas dari penjajahan. 

Baca juga: Bung Hatta dan Koperasi

Advertising
Advertising

Setelah melalui perjalanan cukup panjang, kira-kira pukul 4 sore, Hatta tiba di Bergen. Dia segera mencari tempat untuk bermalam. Selesai menaruh barang, keduanya bergegas menuju kantor pos untuk mengambil surat kiriman Nazir Pamontjak dari Belanda. Ketika di Denmark, Samsi sempat mengirim surat kepada Nazir untuk memberitahukan kesulitan yang sedang dihadapi mereka: kehabisan ongkos.

“Sebelum berangkat dari Negeri Belanda, Nazir Pamontjak berkata kepada Samsi, apabila kamu orang kehabisan uang, tulis lekas surat atau telegram. Samsi percaya, bahwa Nazir Pamontjak akan berusaha mencarikan bantuan dari teman-teman,” tulis Hatta dalam otobiografinya Memoir.

Sewaktu bertanya kepada pegawai kantor pos, surat yang dimaksud rupanya sudah sampai. Pengirimnya benar Nazir Pamontjak. Betapa senang Hatta dan Samsi menerimanya. Waktu Samsi membaca isi surat itu, wajahnya tiba-tiba berubah, dia marah. Bukannya bantuan dana yang didapat, Nazir malah menyuruh mereka untuk pulang. Dia mengatakan PI tidak bisa memberikan tambahan uang.

“Tidak perlu kita marah. Kita toh tahu kebiasaan Nazir Pamontjak memudahkan segala hal. Besok kita dapat pergi ke Konsul Belanda di sini, menerangkan kesulitan kita, meminjam uang kepadanya dengan berjanji sekembali kita di Nederland, utang itu akan kita bayar dengan wesel kawat,” kata Hatta mencoba menenangkan Samsi yang tak kunjung reda amarahnya.

Baca juga: Ketika Hatta Merayakan Natal di Jerman

Samsi menerima usul kawannya itu. Keduanya memutuskan kembali ke penginapan. Mereka lalu menghitung sisa uang yang mereka punya untuk bertahan hidup di Bergen. Rupanya uang itu hanya cukup untuk ongkos tinggal selama dua hari. Itu pun sudah berhemat dengan hanya makan dua kali, pagi dan malam saja. Keduanya bisa sarapan agak siang, sementara makan malam bisa lebih awal. Cara itu dilakukan agar tubuh mereka bisa menerima ketiadan asupan di siang hari.

Selama dua hari di Bergen, Hatta dan Samsi banyak menghabiskan waktu di kantor kooperasi perikanan dan pelabuhan. Sebagai daerah penyuplai ikan di Norwegia, Hatta ingin mempelajari cara-cara kooperasi perikanan Bergen mengatur distribusi dari pelabuhan ke pasar-pasar di pedalaman, mengingat waktu yang mereka punya cukup singkat agar kualitas hasil tangkapan tetap baik saat dijual.

Baca juga: Repotnya Membawa Buku Bung Hatta

Selesai mempelajari segala hal tentang kooperasi perikanan Bergen, Hatta mulai memikirkan cara untuk kembali ke Nedeland. Di penginapan, dia menghubungi konsul Belanda honorair, membuat janji untuk bertemu. Tepat pada waktu yang ditentukan, Hatta dan Samsi telah berada di kediaman Si Konsul. Setelah memperkenalkan diri, keduanya menceritakan kesulitan keuangan yang tengah dihadapi. Mereka memberanikan diri meminjam uang untuk ongkos perjalanan pulang ke Nederland. 

Konsul Belanda yang namanya tidak Hatta ingat itu sebenarnya bersedia memberi uang sebesar yang dibutuhkan, tetapi dia terikat oleh aturan dinas. Dia hanya boleh meminjami uang untuk kereta dari Bergen ke Oslo. Baru di ibu kota Norwegia itulah mereka akan mendapat bantuan lengkap dari konsul-jenderal untuk pulang ke Nederland. Maka diberinya mereka uang untuk berangkat menumpang kereta malam menuju Oslo.

“Menurut kebiasaan di Norwegia pada waktu itu tiap orang yang menumpang kereta api malam selalu mengambil kereta tempat tidur, sekalipun ia meumpang kelas 3. Secara itu pula kami diperlakukan oleh konsul honorair. Tetapi esok harinya kami tidak menyewa kereta tidur, kami ambil saja kelas 3 biasa, yang mengherankan pegawai yang menjual karcis di stasiun. Dengan cara begitu kami dapat menghemat beberapa krona,” ujar Hatta.

Baca juga: Di Balik Studi Hatta ke Belanda

Setiba di stasiun Oslo, Hatta dan Samsi segera menuju hotel tempat mereka pernah menginap. Dari hotel keduanya menghubungi Konsul Jenderal, berharap bisa membuat janji bertemu hari itu juga. Tetapi sayang hari itu Si Konsul harus menghadiri rapat sehingga waktu bertemu terpaksa mundur sehari. “Menunggu sehari itu bertambah besar ongkos hidup kami di Oslo. Kami terpaksa makan di hotel, sebab sisa uang yang kami bawa dari Bergen tidak cukup apabila kami makan di luar,” kata Hatta.

Esok paginya Hatta datang pada waktu yang disepakati. Sama seperti di Bergen, mereka menceritakan kesulitan yang menimpa mereka, serta kesediaan meminjami uang. Konsul Jenderal pun bersedia menyediakan uang sebanyak yang diperlukan untuk membayar sewa hotel dan tiket kerata api sampai di Nederland. Keesokan harinya Hatta dan Samsi kembali ke Nederland dengan kereta api pertama. Keduanya sampai dengan selamat di Amsterdam pada malam hari.

TAG

mohammad hatta

ARTIKEL TERKAIT

Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika Hukuman Penculik Anak Gadis Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI