Masuk Daftar
My Getplus

Intel Indonesia Mengejar Perampok Inggris

Salah satu perampokan terbesar di Inggris. Perampoknya diduga melarikan diri ke Indonesia.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 03 Agt 2019
Ulang tahun ke-70 Ronald Arthur Biggs. Kiri-kanan: Biggs, anaknya Michael, Nick Reynolds, dan ayahnya Bruce Reynolds, pemimpin perampokan, (Wikimedia Commons).

POLISI dari Metropolitan Police Service berhasil menemukan tempat persembunyian para perampok di Leatherslade Farm. Mereka mendapatkan sidik jari pada botol kecap. Sidik jari itu milik Ronald Arthur Biggs, salah satu anggota perampokan kereta api pos Royal Mail dari Glasgow menuju London pada 8 Agustus 1963.

Komplotan perampok itu berjumlah 15 orang. Dipimpin oleh Bruce Reynolds yang bertemu Biggs di penjara HM Prison Wandsworth. Mereka menggondol lebih dari £2,6 juta (sekarang setara dengan £53,5 juta). Salah satu perampokan terbesar di Inggris itu disebut The Great Train Robbery.

Baca juga: Kasus Perampokan Kereta Api Terbesar

Advertising
Advertising

Biggs ditangkap di London Selatan pada 4 September 1963. Pada 1964, sembilan dari 15 perampok termasuk Biggs dipenjara dengan hukuman tertinggi selama 30 tahun.

Setelah 15 bulan di penjara HM Prison Wandsworth, Biggs melarikan diri pada 8 Juli 1965. Dia pergi ke Brussel kemudian ke Paris. Istri dan dua anaknya menyusul ke sana. Mereka kemudian pindah ke Australia.

Baca juga: Intel Indonesia Bantu Pelarian Intel Prancis

Menurut Ken Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, surat kabar di seluruh dunia memberitakan cerita tentang Ronald Biggs yang melarikan diri ke Australia, Rhodesia, atau Indonesia.

Pada Maret 1970, Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara) mendapat informasi adanya seorang pria dengan nama belakang Biggs tiba di Indonesia dari Australia. Satsus Intel pun dikerahkan untuk mengintai orang itu.

“Setelah melakukan pengejaran selama tiga minggu, kemudian diketahui bahwa sang pria tersebut bukanlah Ronald Biggs tetapi Donald Biggs, seorang pendeta berusia 56 tahun asal Tennessee,” tulis Ken Conboy.

Baca juga: Operasi Intelijen Caesarea Memburu September Hitam

Pada Oktober 1969, koresponden Reuters melaporkan keberadaan Biggs di Melbourne dan polisi tengah mendekatinya. Lima bulan kemudian, dia melarikan diri ke Brasil. Istri dan anaknya ditinggal di Australia. Mereka kemudian bercerai.

Biggs memilih Brasil karena tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Inggris. Dia tinggal di Brasil sejak 1970. Butuh waktu lama untuk Inggris dan Brasil meratifikasi perjanjian ekstradisi pada 1997. Dua bulan kemudian, pemerintah Inggris secara resmi mengajukan permintaan kepada pemerintah Brasil untuk mengekstradisi Biggs. Biggs menyatakan tidak akan menentang ekstradisi. Namun, permintaan ekstradisi ditolak oleh Mahkamah Agung Brasil dan memberikan hak kepada Biggs untuk tinggal di Brasil selama sisa hidupnya.

Baca juga: Cerita di Balik Pembentukan Badan Intelijen Strategis

Akhirnya, Biggs memutuskan untuk kembali ke Inggris. Pada 7 Mei 2001, dia tiba di Inggris dan ditangkap untuk menjalani hukuman. Setelah beberapa kali permohonannya ditolak, Biggs akhirnya dibebaskan dengan alasan belas kasihan karena kesehatannya memburuk pada 6 Agustus 2009, dua hari sebelum ulang tahun yang ke-80.

Biggs sempat menghadiri pemakaman pemimpin perampokan, Bruce Reynolds, pada Maret 2013. Tak lama kemudian, pada 18 Desember 2013, di usia 84, Biggs meninggal di tempat perawatannya, Carlton Court Care Home di Barnet, London utara. Kematiannya hanya beberapa jam sebelum penayangan perdana serial televisi BBC dua bagian, The Great Train Robbery, di mana Biggs diperankan oleh aktor Jack Gordon.

TAG

intelijen kriminalitas

ARTIKEL TERKAIT

Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Mata Hari di Jawa D.I. Pandjaitan dan Aktivis Mahasiswa Indonesia di Jerman Kota Medan dari Sarang Preman hingga Begal Sepak Terjang Spion Melayu Adam Malik Sohibnya Bram Tambunan Operasi Monte Carlo, Misi Intelijen Koes Bersaudara Satu-satunya Perempuan Amerika yang Dieksekusi Hitler Bapaknya Indro Warkop Jenderal Intel Ali Moertopo Disebut Pernah Jadi Agen Belanda