Masuk Daftar
My Getplus

Cerita di Balik Pembentukan Badan Intelijen Strategis

Badan Intelijen Strategis dibentuk dengan menggabungkan beberapa satuan intelijen militer. Dipicu seorang intel yang ingin naik pangkat.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 26 Jul 2019
Laksamana Madya TNI Soedibyo Rahardjo (tengah) ketika menjabat Kasum ABRI. (Repro The Admiral).

Indonesia memiliki dua lembaga intelijen: BIN (Badan Intelijen Negara) dan Bais (Badan Intelijen Strategis), selain satuan intelijen di internal lembaga penegakan hukum. BIN berakar pada Badan Istimewa yang dibentuk Zulkifli Lubis di awal Indonesia merdeka. Sedangkan Bais merupakan hasil penggabungan beberapa satuan intelijen militer.

Selain pertimbangan strategis, ternyata ada cerita menarik di balik pembentukan Bais.

Suatu hari, Kolonel Soedibyo Rahardjo mengeluh kepada temannya, Kolonel M. Arifin. Dia ingin keluar dari Sintel Hankam/ABRI yang dipimpin oleh Mayjen TNI Benny Moerdani.

Advertising
Advertising

“Kenapa Dib?” tanya Arifin.

“Kalau begini terus, kapan kita bisa dapat bintang? Jabatan kita kan hanya Paban, pangkat tidak bisa lebih dari Kolonel,” kata Soedibyo dalam memoarnya, The Admiral.

Baca juga: Soedibyo Rahardjo Melawan Bisnis Senjata Keluarga Cendana

Soedibyo direkrut oleh Benny Moerdani sebagai Paban (Perwira Diperbantukan) VII untuk urusan luar negeri. Selain memimpin Sintel Hankam/ABRI, Benny juga memimpin Sintel Kopkamtib (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) dan Pusintelstrat (Pusat Intelijen Strategis) yang memiliki kewenangan dan staf untuk melakukan operasi.

Benny sangat mengandalkan Soedibyo. Dia berhasil melaksanakan tugas-tugas penting, seperti menangani pengungsi asal Vietnam yang ditampung di Pulau Galang, pengadaan peluru kendali Harpoon dalam kapal perang bekas Angkatan Laut Kerajaan Belanda, pembajakan pesawat Garuda Woyla, dan terlibat perundingan menolak ASEAN memberikan bantuan senjata kepada Khmer Merah.

Kendati demikian, Soedibyo merasa karier di Sintel Hankam/ABRI mentok, tidak akan naik pangkat. Sehingga dia mengutarakan keinginannya untuk mundur.

Dalam suatu rapat dengan Benny, Arifin nyeletuk, “Pak, ini Dibyo mau keluar dari intel.”

“Kenapa Dib?” tanya Benny.

Soedibyo menjelaskan bahwa para staf Benny sebagai Paban dengan pangkat Kolonel, padahal pekerjaannya melampaui tugas dan wewenang seorang Paban, bahkan setingkat asisten. “Karena saya punya cita-cita naik pangkat ke Laksamana, saya otomatis harus keluar dari Sintel,” kata Soedibyo.

Baca juga: Cara Soedibyo Rahardjo dapat Kapal Perang Gratis dari Amerika Serikat

Benny terdiam sebentar lalu memanggil Paban yang lain, Teddy Rusdi. “Ted, tolong Sintel itu dikembangkan.”

Akhirnya, bersamaan dengan reorganisasi ABRI pada 1986, Sintel Hankam/ABRI, Sintel Kopkamtib, dan Pusintelstrat dihapus, diganti menjadi Badan Intelijen Strategis (Bais). Statusnya dinaikkan menjadi salah satu Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) dari Panglima ABRI. Sehingga dalam struktur Mabes ABRI, Kepala Bais bertanggung jawab langsung kepada Panglima ABRI.

Di dalam Bais, kata Soedibyo, dimasukkan unsur-unsur Sintel, dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang lebih besar. Yang penting, fungsi Paban diangkat menjadi jabatan direktur. Dengan demikian pejabatnya setara dengan perwira tinggi bintang satu.

“Saya tidak jadi keluar, pangkat saya naik jadi Laksamana Pertama TNI. Enam tahun setelah naik jadi Kolonel Laut,” kata Soedibyo yang menjabat Direktur B/Luar Negeri Bais.

Karena pertimbangan tertentu, Kepala Bais pernah dirangkap oleh Panglima ABRI. Itu terjadi pada era Benny Moerdani dan Try Soetrisno. Untuk tugas sehari-hari dijalankan oleh Wakil Kepala Bais.

Baca juga: Intel Indonesia Bantu Pelarian Intel Prancis

Soedibyo tak lama menjabat Direktur B/Luar Negeri Bais. Pada 1986, dia diangkat menjadi Asisten Operasi Kasum ABRI. Dua tahun kemudian, dia naik menjadi Kasum ABRI, orang nomor dua di ABRI. Pangkatnya naik menjadi Laksamana Madya. Dia pun menjadi orang pertama dari TNI AL yang menjabat Kasum ABRI, mematahkan tradisi yang biasanya dipegang oleh TNI AD.

Pengangkatannya sebagai Kasum ABRI bertepatan dengan pembubaran Kopkamtib yang digantikan Badan Koordinasi Stabilitas Nasional (Bakorstanas). Organisasi ini dipimpin oleh Panglima ABRI dan kegiatan sehari-harinya dipegang oleh Sekretaris Bakorstanas yang dijabat oleh Kasum ABRI.

Selesai menjabat Kasum ABRI, Soedibyo diangkat menjadi Duta Besar untuk Singapura pada 1992. Setelah pensiun, dia berkegiatan dalam bisnis, sosial, dan budaya.

TAG

Intelijen

ARTIKEL TERKAIT

Mata Hari di Jawa D.I. Pandjaitan dan Aktivis Mahasiswa Indonesia di Jerman Sepak Terjang Spion Melayu Adam Malik Sohibnya Bram Tambunan Operasi Monte Carlo, Misi Intelijen Koes Bersaudara Satu-satunya Perempuan Amerika yang Dieksekusi Hitler Bapaknya Indro Warkop Jenderal Intel Ali Moertopo Disebut Pernah Jadi Agen Belanda Roebiono Kertopati, Bapak Persandian Indonesia Kiprah Putin di KGB