Masuk Daftar
My Getplus

Piala Super Spanyol Sarat Drama

Tahun ini untuk pertama kalinya Piala Super Spanyol digelar di luar Spanyol. Mendobrak tradisi berusia 80 tahun.

Oleh: Randy Wirayudha | 11 Jan 2020
Trofi Supercopa de España untuk kali pertama bakal menghadirkan El Derbi Madrileño, namun bukan itu sorotan utamanya (Foto: realmadrid.com)

AHAD (12 Januari 2020) malam, duel tim sekota antara Real Madrid kontra Atlético Madrid bakal tercipta di final Supercopa de España alias Piala Super Spanyol. Trofi itu sebelumnya diperebutkan oleh tim jawara La Liga dan kampiun Copa del Rey atau Piala Raja.

Gelaran musim ini akan menandai untuk pertamakalinya laga Piala Super dimainkan di luar Spanyol, yakni di Arab Saudi. Itu mengikuti jejak Piala Super Italia 2018 yang dimainkan di King Abdullah Sport City, Jeddah, negeri yang sama.

Mengutip Daily Mail, Rabu (8/1/2020), kesepakatan antara federasi sepakbola Spanyol (RFEF) dan pemerintah Saudi terjadi pada November 2019. Deal kedua pihak dimuluskan dengan “fulus” senilai total 120 juta euro yang berlaku tiga tahun. Selain soal jumlah partisipan yang ditambah menjadi empat, jadwal pun diubah dari Agustus, saat jeda kompetisi musim panas, ke Januari saat jeda liburan musim dingin.

Advertising
Advertising

“Uang yang kami dapatkan bukan untuk membangun vila mewah. Uangnya akan disalurkan ke sepakbola putri dan klub-klub di Segunda B dan Tercera (dua kasta bawah sepakbola Spanyol, red.). Tentu uang itu penting, siapa yang menyangkal? Uang sangat penting namun uangnya akan mengalir pada kebutuhan yang tepat,” ujar Presiden RFEF Luis Rubiales.

Kendati empat partisipan, yakni Real Madrid, Atlético Madrid, Valencia, dan Barcelona tutup mata dan mulut, sejumlah kritik mencuat. Selain soal mendobrak tradisi, kritik menganggap kesepakatan itu sebagai bentuk dukungan pada kebijakan diskriminatif pemerintah Saudi terkait sejumlah isu politik, mulai dari kebebasan berpendapat dan pers, hingga soal isu hak-hak perempuan.

Sementara Presiden La Liga Javier Tebas mengkritik soal hak siar yang diambil pihak Saudi, kolumnis Joan Poqui mengecam lewat tulisannya di suratkabar El Mundo (6/1/2020). “Ini turnamen yang mestinya hanya dipertandingkan Barcelona dan Valencia sebagai pemenang liga dan Piala Raja. Ini bukan Supercopa dan laganya bukan di Spanyol. Ini kejuaraan yang telah dilacurkan demi uang,” tulisnya.

Baca juga: Teror di Negeri Matador

Amnesti Internasional mengkritik bungkamnya para bintang lapangan hijau yang jauh-jauh terbang lebih dari 4.000 mil dari Spanyol ke Saudi demi mendongkrak imej Saudi, terutama soal imej pemerintah yang gemar menangkapi aktivis HAM.

“Di bawah Mohammed bin Salman (putra mahkota dan wakil perdana menteri, red.), giat-giat olahraga bertaraf internasional digalakkan dengan kencang, bahkan saat putra mahkota memimpin sendiri pemadaman pergolakan HAM terhadap aktivis hak perempuan, aktivis hukum dan kaum minoritas Syiah. Tidak ada keadilan terhadap pembunuhan Jamal Khashoggi (wartawan Saudi, red.) dan koalisi militer di Yaman pimpinan Saudi masih menyasar pasar-pasar, permukiman sipil, dan rumahsakit,” ujar Ketua Kampanye Amnesti Internasional Inggris Felix Jakens.

Kendati dihujani kritik, Piala Super Spanyol tetap bergulir dan resmi akan dihelat dua edisi berikutnya. Toh, sejarah Piala Super Spanyol juga sarat drama sejak awal.

Pentas Adu Jawara di Masa Lampau

Kendati kompetisi adu kampiun liga dan Piala Raja bernama resmi Supercopa de España hadir baru pada 1982, pentas sejenis sudah eksis sejak 1940 kala Spanyol masih dipimpin diktator fasis Generalísimo Francisco Franco. Kompetisi di luar liga itu dinamai Copa del Generalísimo.

Mengutip situs RFEF, ajang itu merupakan buah gagasan Leopoldo García Durán, presiden RFEF periode 1931-1936. Durán mencanangkannya untuk digulirkan pada 1936. Namun, Perang Saudara Spanyol (1939-1939) menunda rencana itu. 

Gagasan yang tertunda itu baru terwujud pada 1940. Laga yang memperebutkan trofi Copa de los Campeones de España itu berformat dua leg atau tandang-kandang.

Atlético Aviación (kini Atlético Madrid) merebut trofi pertama laga para jawara antarkompetisi, Copa Campeones 1940. (El Mundo, 28 Agustus 1940).

Atlético Aviación (kini Atlético Madrid) jadi juara pertamanya. Sebagai juara liga musim 1939-1940, Atletico meladeni RCD Espanyol yang merupakan jawara Copa del Generalisimo. Pertandingan dihelat pada 1 September 1940, di markas Espanyol, Estadio de Sarriá, dan pada 14 September di Campo de Fútbol de Vallecas, stadion pengganti darurat karena markas Atlético Estadio Metropolitano rusak berat akibat perang. Dalam drama dua laga final itu tercipta 14 gol. Atletico keluar sebagai kampiun setelah menang agregat 10-4.

Baca juga: Stadion Metropolitano dan Warisan Masa Lalu

Akan tetapi Copa Campeones hanya sekali bergulir dan bahkan panggung sejenis sempat vakum hingga 1945. Usai Perang Dunia II, baru perebutan trofi antara jawara liga dan copa digagas dengan tajuk Copa de Oro Argentina, merujuk pada persahabatan antara pemerintahan Francisco Franco dengan Argentina.

“Pertandingannya diinisiasi federasi sepakbola Katalan dan Konsul Argentina di Barcelona, Don Alfredo de Molina, pada 1945. Trofinya sendiri disediakan atas sumbangan orang-orang Argentina yang bermukim di Katalan,” sebut Juan Expósito Bautista dalam Organización del Fútbol Mundial.

Dalam duel di stadion Camp de Les Corts, 23 Desember 1945, itu FC Barcelona, kampiun liga musim 1944-1945, menang 5-4 atas jawara copa Athletic Bilbao. Tetapi seperti pendahulunya, event itu hanya sekali itu saja dihelat.

Baca juga: AS Roma,Darah Daging Fasisme Italia Menggebrak Eropa

Pentas anyar hadir pada 1947. Mengutip Heinz Duthel dalam biografi klub, FC Barcelona, kompetisinya cenderung lebih berbau politis meski masih ada benang merahnya dengan Argentina yang kebetulan saat itu Franco bersahabat dekat dengan pemimpin sayap kanan Argentina, Juan Perón.

“Turnamennya Copa Eva Duarte de Perón yang digulirkan RFEF secara rutin, sebagai penghormatan kepada Presiden Argentina Juan Perón dan istrinya Eva Perón. Sejak 1947 hingga 1953 digelar antara bulan September dan Desember,” tulis Duthel.

María Eva Duarte 'Evita' de Perón saat tiba di Spanyol pada Juni 1947. (Wikimedia).

Bukan sembarang persahabatan yang tercipta antara Argentina dan Spanyol saat itu. Spanyol dengan pemerintahan fasisnya tengah diembargo ekonomi oleh Amerika dan negara-negara sekutunya di Eropa. Krisis pangan pun melanda Spanyol.

“Banyak rakyat Spanyol yang kelaparan. Peron datang membantu dan mengirim 400 ribu ton gandum, 120 ribu ton jagung, 20 ribu ton daging beku, hingga 50 ribu peti telur ke Spanyol. Oleh karenanya segenap pelosok Spanyol menganggap pasangan Perón sebagai penyelamat mereka,” ujar Joanne Mattern dalam biografi Eva Peron.

Trofi turnamen Copa Eva Duarte de Perón disumbangkan langsung oleh Evita Perón saat mengunjungi Spanyol guna memenuhi undangan pemerintah setempat yang sangat berterimakasih, 8 Juni 1947. Sistem turnamennya, semua menampilkan satu laga, kecuali pada 1950 yang menampilkan dua leg. Pada 1952 dan 1953, Barcelona meraih trofi secara otomatis tanpa bertanding lantaran di dua musim itu memenangi double winners (liga dan copa).

Baca juga: Mula Turnamen Para Juara

Turnamen itu mati seiring wafatnya Evita Perón, yang membuat rakyat Spanyol juga berduka. Turnamen serupa baru dibuat RFEF kembali pada 1982, yang diajukan Presiden FC Barcelona Luís Nuñez. Baik regulasi maupun format, tiada berubah dari turnamen sebelumnya. Trofi yang diperebutkan pun masih menggunakan trofi yang sama, meski kemudian menggunakan nama baru: Supercopa de España.

Aturan yang diubah sekadar pemenang double winners. Sebelumnya, pemenang La Liga dan Copa del Rey otomatis mendapatkan trofi Supercopa. Namun mulai 1996, pemenang double winners akan tetap diadu lagi dengan runner-up Copa del Rey. Aturan itu masih berlaku hingga sekarang.

TAG

spanyol sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion