Masuk Daftar
My Getplus

Momentum Bayer Leverkusen

Berawal dari tim buruh pabrik, kini Bayer Leverkusen kembali di ambang torehan “treble”. Sempat diejek dengan julukan “Neverkusen”.

Oleh: Randy Wirayudha | 20 Mar 2024
Kegemilangan Bayer Leverkusen yang membuka kans merebut treble winners musim 2023/2024 (bayer04.de)

MENJELANG jeda jadwal internasional, Bayer Leverkusen mengukuhkan kedigdayaannya untuk memperbesar peluang meraih treble winners (juara di tiga kompetisi tak) sekaligus memecahkan rekor di musim 2023/2024. Hebatnya, itu dicapai klub yang acap dianggap medioker tersebut tanpa pemain bintang.

Kemenangan laga tandang 3-2 atas tuan rumah SC Freiburg di pekan ke-26 Bundesliga pada Minggu (17/3/2024) membuat Leverkusen yang dibesut Xabi Alonso memetik kemenangan ke-22 di Bundesliga sekaligus mengukir rekor 38 laga tak terkalahkan di semua kompetisi musim ini: Bundesliga, DFB Pokal, dan UEFA Europa League. Sebelumnya, rekor 37 laga tanpa terkalahkan dipegang Bayern Munich saat ditukangi Hans-Dieter Flick pada 2020 dan 2021. Leverkusen meraihnya hanya dalam satu musim ini.

Hasil gemilang itu juga kian membuka peluang juara Bundesliga. Hingga detik ini, Leverkusen mempertahankan keunggulan 10 poin di puncak klasemen dari tim raksasa Bayern Munich di urutan kedua dengan menyisakan delapan partai lagi. Leverkusen yang di kompetisi domestik acap di bawah bayang-bayang Bayern Munich dan Borussia Dortmund, terakhir kali mengecap titel juara Bundesliga pada musim 2010/2011.

Advertising
Advertising

Baca juga: Penantian Partenopei dan Memori Maradona

Selebrasi skuad Leverkusen usai menekuk Freiburg, 3-2 (bayer04.de)

Meski begitu, Xabi Alonso belum jumawa. Eks-pemain bintang Liverpool, Real Madrid, dan Bayern Munich itu berharap para punggawa andalannya takkan “kehabisan bensin” saat comeback dari jeda internasional April mendatang.

Terlebih klub berjuluk Die Werkself itu punya kans mengakhiri momentum gemilang musim ini dengan raihan treble. Lepas jeda internasional, April mendatang Leverkusen tinggal menyisakan delapan laga di Bundesliga, melakoni laga semifinal DFB-Pokal, dan perempatfinal Europa League.

“Itu yang menjadi perhatian utama saya, bahwa para pemain semuanya bisa kembali fit (usai jeda internasional) dari tim nasional mereka masing-masing tanpa problem. Kami akan menghadapi April yang brutal dan kami akan siap menjalaninya,” tukas Alonso, dilansir Reuters, Senin (18/3/2024).

Baca juga: Kisah Klopp dan Liverpool yang Klop

Ilustrasi rekor Leverkusen di bawah besutan Xabier 'Xabi' Alonso Olano (bundesliga.com)

Berawal dari Surat

Dari sekian klub sepakbola Jerman, Bayer Leverkusen kondang dengan sejarah yang unik. Kisahnya mirip dengan sejarah klub bulutangkis PB Djarum di Indonesia. Leverkusen lahir 120 tahun lampau juga berawal dari keinginan para pekerja pabriknya agar hobi olahraga mereka diwadahi dan disponsori perusahaan industri kimia tempat mereka bekerja, Friedrich Bayer and Co. (kini Bayer AG).

“Sejak lama Leverkusen dianggap (tim) aneh karena mereka satu dari sedikit klub Jerman yang terkoneksi secara langsung dengan perusahaan komersial,” tulis jurnalis olahraga senior Ulrich ‘Uli’ Hesse dalam Tor! The Story of German Football.

Kisahnya, lanjut Hesse, berawal dari sebuah surat berisi petisi yang dibuat Wilhelm Hauschild, pekerja yang juga mantan sekretaris perkumpulan olahraga Wuppertal Gymnastics Association. Surat itu berisi tuntutan agar pihak perusahaan mau mensponsori perkumpulan olahraga bagi para buruhnya.

Setelah ditandatangani 170 rekan pekerja, Hauschild mengirimkannya kepada dewan direksi Friedrich Bayer and Co. medio Februari 1903. Namun butuh waktu hingga 1 Juli 1904 pihak perusahaan menyetujuinya hingga berdirilah Turn- und Spielverein (TuS) Bayer 04 Leverkusen. Meski perkumpulan ini mewadahi berbagai cabang olahraga, tanggal tersebut –1 Juli 1904– kelak diakui sebagai momen kelahiran Bayern Leverkusen di kota Leverkusen, negara bagian Nordrhein-Westfalen.

Baca juga: Sevilla Jawara Sepakbola dari Andalusia

Tim Sportvereinigung Bayern 04 Leverkusen pada 1907 (bayer04.de)

Menilik , departemen sepakbola di internal TuS Leverkusen baru eksis pada 31 Mei 1907, usai rapat 23 pemain dan empat pendukungnya di Restoran Wiesdorfer Hof. Pada 8 Juni 1928, klub sepakbolanya baru benar-benar memisahkan diri dari TuS Leverkusen dengan menyandang nama Sportvereinigung Bayern 04 Leverkusen (SV Bayer 04).

“Fakta bahwa SV Bayer 04 tetap disokong perusahaan swasta menjadi buah bibir di kalangan tradisionalis. Awalnya karena mereka menyebut diri mereka sebagai Bayer 04 dan sebutan itu terus melekat. Kelak baru pada 1980-an mereka mulai dikenal sebagai Bayer Leverkusen,” sambung Hesse.

Sebagai Werkself atau “Tim Pabrik”, SV Bayer 04 mulai ikut kompetisi kompetitif pada 1930 di kasta keempat atau liga Distrik Köln. Basis suporternya juga dipupuk dari kalangan sesama pekerja pabrik dengan markas pertamanya di Lapangan Dhünnaue di Leverkusen-Wiesdorf.

Sebagaimana diuraikan dalam laman resmi klub, perubahan nama sempat terjadi kala Perang Dunia II (PD II), yakni menjadi Betriebssportgemeinschaft der I.G. Farbenindustrie AG. Itu terkait dengan merger Bayer AG dengan beberapa perusahaan lain sejak 1925 untuk membentuk industri besar IG Farben. Baru pada Januari 1943, “identitasnya” dikembalikan menjadi SV Bayer 04 lagi.

Saat PD II pula kompetisi sepakbola terhenti. Sejumlah pemain Bayer lalu “dikaryakan” ke unit-unit meriam antipesawat meskipun mereka masih melakoni laga-laga persahabatan dan hiburan dengan tim lain.

Baca juga: Sejarah di Balik Dongeng Tim Pasukan Rubah

Skuad SV Bayer 04 era 1930-an (bayer04.de)

Kutukan Neverkusen?

Sejurus bergantinya penyebutan menjadi TSV Bayer Leverkusen e.V pada 1980-an setelah reunifikasi manajemen dengan perkumpulan olahraganya, klub mulai banyak berbicara soal prestasi. Uniknya, gelar pertama Leverkusen diraih di kompetisi Eropa, yakni UEFA Cup (kini UEFA Europa League) musim 1987/1988. Pada awal 1990-an pasca-reunifikasi Jerman, Leverkusen makin memupuk reputasi dari tim medioker menjadi salah satu penantang gelar juara karena sukses merekrut beberapa pemain bintang eks-Jerman Timur: Ulf Kirsten, Andreas Thom, dan Jens Melzig. Mereka bergabung bersama sejumlah punggawa andalan, seperti Cha Du-ri, Bernd Schuster, dan Rudi Völler.

“Di era itu prestasi Leverkusen memang belum melimpah karena baru pada UEFA Cup (1988) mereka mengukir gelar pertama bagi klub dan kemudian German FA Cup (DFB-Pokal, red) pada 1993. Akan tetapi Leverkusen terus menjadi bagian vital dari bisnis perusahaan dan pada masa itu menjadi satu-satunya tim Bundesliga yang nama pemilik (perusahaan) terintegrasi di dalam tim,” tulis Gary Armstrong dalam Football Cultures and Identities.

Di musim 2001/2002, Leverkusen jadi salah satu penantang gelar Bundesliga, memijak final DFB-Pokal, sekaligus partai puncak Liga Champions. Kala itu diperkuat pemain-pemain mentereng seperti Hans-Jörg Butt, Michael Ballack, Carsten Ramelow, Bernd Schneider, dan Oliver Neuville.

Baca juga: Dua Kaki Andreas Brehme

Tetapi sialnya, di akhir musim Leverkusen mesti gigit hari lantaran lemari gelar mereka tak satupun bertambah koleksi trofi. Selain pasrah menjadi runner-up Bundesliga, Leverkusen keok 2-4 dari Schalke 04 di final DFB-Pokal dan dibekap 1-2 oleh Real Madrid di final Liga Champions. Hasil itu kemudian melahirkan ejekan dari media-media dan publik sepakbola Jerman: Neverkusen. Lema itu merupakan plesetan dari Vizekusen alias Leverkusen tim spesialis juara dua.

“Sebutlah Bayer Leverkusen Sisyphus-nya sepakbola Jerman. Ibarat mitos Yunani yang tamat di hadapan batu besar menjelang puncak gunung di Hades. Leverkusen dihabisi tiga batu besar di punggung gunung hanya dalam periode 12 hari di musim semi 2002. Selain gagal di DFB-Pokal dan Liga Champions, mereka juga masih belum mampu memenangi gelar Liga Jerman sepanjang sejarah klub,” ungkap Donn Risolo dalam Soccer Stories: Anecdotes, Oddities, Lore, and Amazing Feats.

Leverkusen yang harus puas jadi runner-up Liga Champions 2001/2002 (X @bayer04fussball)

Kutukan “Neverkusen” itu seolah terus melekat seiring sepakbola Jerman didominasi Borussia Dortmund dan Bayern Munich. Leverkusen lagi-lagi sekadar jadi spesialis runner-up DFB-Pokal pada musim 2008/2009 dan 2019/2020, serta juara kedua Bundesliga 2010/2011.

Oleh karena itulah musim 2023/2024 ini jadi momentum tersendiri buat Leverkusen untuk mengenyahkan kutukan itu. Terlebih Xabi Alonso menghadirkan transformasi besar bagi klub secara mentalitas dan permainan. Ia mengombinasikan pengalamannya saat masih jadi pemain sebagai pemenang Piala Dunia dan dua kali pemenang Liga Champions plus pengalamannya diasuh banyak pelatih hebat seperti Rafael Benítez (Liverpool), José Mourinho dan Carlo Ancelotti (Real Madrid), Josep ‘Pep’ Guardiola (Bayern Munich), hingga Luis Aragonés dan Vicente del Bosque (timnas Spanyol).

“Dari Rafa (Benítez) saya belajar taktik sepakbola tentang penyesuaian permainan. Pep mengajari: ‘mari kita bermain seperti ini dan hasilnya akan tercapai’. Dari Mourinho saya menyoroti kekuatan dan kecerdasannya dalam berkomunikasi. Dari Aragones saya memerhatikan keyakinan dan kemampuan untuk mendefinisikan apa yang Anda inginkan. Del Bosque mengajari saya untuk memberi perhatian pada hal-hal yang semestinya Anda perhatikan,” tukas Alonso, dikutip iNews, 29 Februari 2024.

Baca juga: Bill Shankly dalam Kenangan

TAG

jerman sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian II – Habis) Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian I) Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi Mobil yang Digandrungi Presiden Habibie Riwayat NEC Nijmegen yang Menembus Imej Semenjana Memburu Kapal Hantu Keponakan Hitler Melawan Jerman Geliat Tim Naga di Panggung Sepakbola Mula Bahrain Mengenal Sepakbola Enam Momen Pemain jadi Kiper Dadakan