Masuk Daftar
My Getplus

Sevilla Jawara Sepakbola dari Andalusia

Klub bola tertua Spanyol yang kini jadi spesialis kampiun di gelanggang Eropa.

Oleh: Randy Wirayudha | 02 Jun 2023
Selebrasi skuad Sevilla FC yang memenangi trofi Europa League untuk ketujuh kalinya (sevillafc.es)

PELATIH datang dan pergi. Prestasi di gelanggang domestik tapi tetap terseok-seok. Namun setidaknya di pengujung musim 2022-2023 ini, Sevilla FC masih punya sesuatu untuk dibanggakan. Klub berjuluk Los Rojiblancos itu menambah rekornya di gelanggang Eropa.

Sumber kebahagiaan itu datang dari partai puncak Europa League yang digelar di Puskás Aréna Budapest, Hungaria, Rabu (31/5/2023) malam waktu setempat atau dini hari 1 Juni 2023 WIB. Sevilla bersua wakil Italia, AS Roma, dalam laga yang berlangsung sengit dan menghasilkan skor imbang 1-1 hingga usai dua kali 15 menit perpanjangan waktu.

Laga pun terpaksa berlanjut ke adu tendangan 12 pas. Di sinilah Bono alias Yassine Bounou, portero (kiper) Sevilla berpaspor Maroko yang namanya dinyanyikan fans Sevilla, jadi pahlawan. Bono mementahkan dua eksekutor AS Roma sekaligus menentukan kemenangan 4-1 Sevilla dalam perjudian tos-tosan itu.

Advertising
Advertising

“Kami tahu dia kiper yang sangat hebat. Kami sangat mempercayai dia di bawah mistar. Saya tahu ketika kami menuju adu penalti, dia akan membuat penyelamatan-penyelamatan besar,” ujar gelandang Sevilla, Fernando Reges, di laman UEFA, Kamis (1/6/2023).

Baca juga: Bono Pahlawan Tim Singa Atlas di Piala Dunia

Laga sengit di final Sevilla vs AS Roma (uefa.com)

Itu bukan sekadar kemenangan gemilang buat klub asal wilayah Andalusia itu. Kemenangan itu membuat Sevilla kian menambah rekornya sebagai spesialis titel pentas Eropa kasta kedua di bawah Champions League itu. Sevilla jadi pemilik gelar terbanyak: tujuh trofi. Tujuh kali masuk final, tujuh kali pula mereka sukses membawa pulang gelarnya di musim 2005-2006, 2006-2007, 2013-2014, 2014-2015, 2015-2016, 2019-2020, dan 2022-2023. Pesaing terdekatnya Liverpool, Juventus, Inter Milan, dan Atlético Madrid yang masing-masing punya koleksi tiga trofi semata.

Padahal, musim ini jadi musim yang sulit bagi Sevilla. Perlu gonta-ganti entrenador (pelatih) –yakni Julen Lopetegui yang dilepas manajemen pada Oktober 2022, Jorge Sampaoli yang dipecat pada Maret 2023– dan baru di tangan José Luis Mendilibar akhirnya Sevilla meraih titel Europa League ketujuh buat klub.

Di pentas domestik, Sevilla tergopoh-gopoh di papan tengah. Mereka berkubang di posisi ke-11 dengan menyisakan satu partai terakhir di La Liga musim ini. Posisi itu jelas takkan kebagian jatah kompetisi Eropa musim depan.

Tetapi karena Sevilla akhirnya sukses jadi kampiun Europa League, otomatis tetap akan bisa tampil, bahkan di Champions League berkat jalur juara “Liga Malam Jumat”. Perjuangan Sevilla sampai di final berbuah manis lantaran lawan-lawan yang dihadapi juga bukan tim kaleng-kaleng: menyingkirkan Manchester United (5-2 agregat) di perempatfinal dan membekap Juventus (3-2 agregat) di semifinal.

“Kami sekelompok pemain yang berjuang luar biasa dan kami tunjukkan itu di Europa League. Kami menghadapi tim-tim besar dan kami mengalahkan mereka semua. Saya juga sangat bahagia untuk pelatih (Mendilibar). Ini Europa League pertamanya dan dia laik mendapatkan pujiannya,” tandas Fernando yang juga pernah menjuarai ajang serupa bersama FC Porto pada musim 2010-2011.

Yassine Bounou alias Bono, kiper Sevilla asal Maroko yang jadi pahlawan Sevilla (uefa.com)

Rojiblancos dalam Sejarah Sepakbola Spanyol

Nama Sevilla Fútbol Club SAD memang tidak sebesar Real Madrid atau FC Barcelona. Meski begitu, Sevilla yang lahir pada tahun 1890 tetap diakui sebagai klub pertama sekaligus tertua di Spanyol yang dikhususkan untuk sepakbola. Memang sebelumnya sudah duluan lahir satu klub pada 1889, Huelva Recreation Club (kini Real Club Recreativo de Huelva), tapi perkumpulan itu menampung para anggota dari beberapa cabang olahraga reakreasi selain sepakbola.

Suratkabar Dundee Courier edisi 17 Maret 1890 dalam salah satu artikelnya, “First Football Match in Spain”, mengisahkan, Club de Football de Sevilla didirikan enam ekspatriat muda asal Skotlandia yang bermukim di kota Sevilla pada 25 Januari 1890. Salah satu tokohnya adalah Edward Farquharson Johnston, petinggi perusahaan MacAndres & Co. Perusahaan perkapalan itu jadi andalan transpotasi laut untuk mengangkut hasil pertanian yang berbasis di kota Sevilla yang merupakan ibukota wilayah otonomi Andalusia. Johnston kemudian terpilih jadi persiden klub pertama Sevilla.

“Kira-kira enam pekan lalu beberapa pemukim muda asal Inggris mengadakan pertemuan di sebuah kafe untuk mengajukan rencana memulai sebuah perkumpulan sepakbola. Lewat pembicaraan yang tidak berlangsung lama dan konsumsi bir dengan jumlah terbatas, Club de Football Sevilla dibentuk. Mereka juga memutuskan akan mengadopsi peraturan-peraturan sepakbola (modern) Inggris,” tulis suratkabar tersebut.

Baca juga: Santiago Bernabéu "Bapak Real Madrid"

Para pengurus klub juga memutuskan untuk tidak eksklusif. Pintu terbuka untuk penduduk lokal yang ingin bergabung.

Artikel suratkabar itu juga mengisahkan pertandingan pertama Sevilla. Pengurus klub mengirim undangan ke klub Recreativo de Huelva dan disambut baik. Laga itu pun digelar pada 8 Maret 1890 di Hipódromo de la Sociedad de Carreras de Caballos, sebuah arena pacuan kuda di kota Sevilla yang disewa dan dimodifikasi lebih dulu menjadi lapangan sepakbola. Duel bersejarah ini kemudian tercatat sebagai pertandingan sepakbola resmi pertama di Spanyol.

“Pertandingan itu dilakukan pukul 5 petang dan wakil konsulat Inggris di ibukota Andalusia bertindak sebagai wasitnya. Laga itu digulirkan dua kali 35 menit yang berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Sevilla,” tulis suratkabar itu.

Edward Farquharson Johnston (kiri) dan laga Sevilla vs Recreativo de Huelva pada 1909 (sevillafc.es/fifamuseum.com)

Eksitensi Sevilla FC itu secara tidak langsung juga mendongkrak minat publik Andalusia mendirikan klub-klub sepakbola lain. Berangsur-angsur lahir Real Betis pada 1905, Sevilla Balompié pada 1907, Betis Football Club pada 1909, Recreativo de Sevilla dan Español de Sevilla pada 1910.

Untuk menampung aspirasi klub-klub di Andalusia, pada 1913 didirikanlah Federación Novena de Football Clubes (FNFC) atau lebih dikenal dengan sebutan Federación Sur, federasi yang jadi otoritas sepakbola di wilayah otonomi Andalusia. Kelak pada 1950 federasi ini berubah nama menjadi Real Federación Andaluza de Fútbol (RFAF) setelah masuk jadi anggota RFEF atau federasi sepakbola Spanyol.

Baca juga: Welcome to Wrexham, Kisah Cinderella Si Naga Merah

Mulai 1915, Federación Sur menghelat kompetisi perdananya, Campeonato Regional Sur. Sevilla FC yang merupakan klub tertua di kota Sevilla langsung jadi kampiun di edisi perdananya. Dua tahun berselang, Sevilla ikut meramaikan turnamen nasional, Copa de España, namun sekadar jadi finalis. Sedangkan di kompetisi berformat liga, Sevilla baru ikut Campeonato Nacional de Liga (kini La Liga) pada musim 1933-1934.

Meski sebagai klub sepakbola tertua, nama Sevilla perlahan mulai kalah mentereng dari Real Madrid dan Barcelona. Grafik prestasinya juga mengalami pasang-surut. Sevilla mulai bangkit dan jadi klub yang diwaspadai tim-tim besar lain pasca-Perang Dunia II ketika Sevilla dipimpin Presiden Ramón Sánchez-Pizjuán untuk kali kedua. Putra asli Sevilla itu eks-kiper Sevilla pada 1917-1918 yang kemudian berkarier jadi pengacara, hingga akhirnya memimpin klub pada periode 1932-1941 dan 1948-1956.

“Sentuhan magis Sánchez Pizjuán terwujud enam pekan setelah ia kembali jadi presiden, di mana klub meraih trofi Copa del Generalísimo 1948. Klub asal Andalusia itu menyingkirkan duo tim asal Basque, Athletic Bilbao dan Real Sociedad sebelum menuju final di Madrid,” tulis Colin Millar dalam Frying Pan of Spain.

Ramón Sánchez–Pizjuán Muñoz (kiri) yang namanya diabadikan di stadion kandang Sevilla (sevillafc.es)

Selain prestasi, Sánchez-Pizjuán juga mewariskan stadion yang sampai kini jadi home base klub. Sebelumnya Sevilla acap berpindah kandang. Di era awal, Sevilla acap menyewa lapangan La Trinidad Field, Mercantile Field, Lapangan Campo de la Victoria, hingga Estadio de Nervión.

Sejatinya, klub sudah membeli lahan tak jauh dari Estadio de Nervión pada 1937 atau di periode pertama kepresidenan Sánchez-Pizjuán. Namun karena imbas politik yang berujung pergantian presiden, lahan itu baru bisa dibangun stadion pada 1954 ketika Sánchez-Pizjuán sudah comeback. Pembangunan stadionnya dipercayakan kepada arsitek Manuel Muñoz Monasterio yang pada 1947 juga jadi arsitek markas Real Madrid, Estadio Nuevo Chamartín (kini Estadio Santiago Bernabéu).

Baca juga: Stadion Metropolitano dan Warisan Masa Lalu

Namun ketika pembangunan stadionnya baru dua tahun berjalan, Sánchez-Pizjuán wafat pada 28 Oktober 1956 di usia 56 tahun. Untuk mengenangnya, ketika stadion berkapasita 42 ribu penonton itu rampung pada 1958, nama Sánchez-Pizjuán langsung digunakan untuk venue milik klub itu, Estadio Ramón Sánchez-Pizjuán.

“Ramón yang tercinta, para sahabatmu, termasuk saya, sangat terhormat untuk memberimu upacara kebaktian kematian dan menguburkanmu. Kami akan mulai bekerja dan mimpimu agar Sevilla FC memiliki stadion megah menjadi kenyataan. Ramón, pergilah dengan tenang ke surga karena keinginan-keinginanmu telah terpenuhi,” kata presiden baru Sevilla Ramón de Carranza dalam pidatonya di upacara pemakaman Sánchez-Pizjuán.

Namun, pembangunan stadion megah itu berangsur-angsur membuat klub terjerat utang dari beberapa bank. Dampaknya, Sevilla terpaksa melego sejumlah pemain topnya ketika memasuki era 1970-an: Manuel Ruiz Sosa ke Atlético Madrid, Francisco Gallego ke Barcelona, dan Juan Batista Agüero ke Real Madrid.

Prestasi klub, searah jarum jam: Europa League 2005-2006, UEFA Super Cup (2006), Copa del Rey 2007, Supercopa de España 2007

Seiring waktu, Sevilla tak lagi jadi tim yang disegani lantaran sekadar jadi tim medioker. Kebangkitan kembali klub tertua Spanyol itu baru terjadi di awal abad ke-21. Tepatnya ketika José María de Nido mengambil tampuk kepresidenan pada 2002 usai presiden sebelumnya, Roberto Ales, mengundurkan diri.

“Fondasi kesuksesan (Sevilla) kemudian dibangun usai José María de Nido terpilih jadi presiden pada 2002. Di bawah bimbingannya, finansial klub dibenahi dan Sevilla mulai bisa unjuk gigi sebagai salah satu tim top di Spanyol. Meski kemudian sejak 2013 del Nido dipenjara karena kasus korupsi, supremo olahraga Ramón Rodríguez ‘Monchi’ Verdejo melanjutkan tradisi kesuksesan klub,” ungkap Leonard Jägerskiöld Nilsson dalam World Football Club Crests: The Design, Meaning and Symbolism of World Football’s Most Famous Club Badges.

Kesukesan yang dimaksud yakni kesuksesan di Eropa. Pasalnya sejak abad ke-21, Sevilla baru dua kali memenangi Copa del Rey (musim 2006-2007 dan 2009-2010) dan sekali membawa pulang gelar Piala Super Spanyol pada 2007. Sedangkan di Eropa, meski sekadar di pentas “Liga Malam Jumat”, Sevilla sudah tujuh kali juara Europa League sejak 2005 dan sekali menggondol trofi UEFA Super Cup pada 2006.

“Terdapat koneksi yang spesial antara Sevilla dan Europa League. Saya suka fakta ini. Seolah-olah hal itu jadi bagian dari warisan klub. Trofi ini berada di tangan yang tepat dan tim hebat. Tentu saya bahagia bisa membawanya pulang ke Sevilla, tukas gelandang Ivan Rakitić.

Baca juga: Piala Super Spanyol Sarat Drama

TAG

europa league sepakbola spanyol

ARTIKEL TERKAIT

Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion