Ketika mendengar nama Mayor (KNIL) Oerip Soemohardjo di Jalan Cilacap No. 5 Jakarta (pusat pertemuan para pemuda yang ingin menjadi tentara Republik) disebut-sebut oleh para pemuda, jantung Alex Evert Kawilarang berdegup keras. Bagi lelaki berdarah Minahasa itu, nama Oerip tidaklah asing. Sang ayah Mayor (KNIL) A.H.H. Kawilarang pernah berkisah tentang lelaki Jawa tersebut kepadanya.
“Langsung saya ingat kepada percakapan di rumah, dulu sewaktu Ayah masih ada,” ungkap A.E. Kawilarang dalam otobiografinya, Untuk Sang Merah Putih yang disusun oleh Ramadhan K.H.
Oerip merupakan junior ayahnya saat menimba ilmu kemiliteran di Sekolah Militer Messter Cornelis, Batavia. Pasca Proklamasi, dia ditugaskan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia (RI) Amir Sjarifoeddin untuk membentuk tentara republik. Guna melancarkan koordinasi, pemerintah RI lantas memberikan pangkat letnan jenderal kepadanya.
Baca juga: Sang Jenderal di Rapat Koboy
Beberapa waktu kemudian, Alex berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Oerip di Yogyakarta. Saat itu Oerip memberikan tugas kepada Alex untuk melaporkan diri kepada Panglima Komandemen Jawa Barat Mayor Jenderal Didi Kartasasmita (juga eks tentara KNIL) di Purawakarta.
“Pak Oerip bersikap kebapakan. Perawakannya besar dan waktu itu nampak sehat-sehat saja,” kenang Alex.
Sejak itulah, jika ada tugas ke Yogyakarta, Mayor Alex Kawilarang selalu menyempatkan diri menemui Oerip. Begitu seringnya mereka bertemu, Alex kemudian menjadi sangat akrab bukan saja dengan Oerip pribadi tapi juga dengan istri Oerip: Rochmah Soemohardjo.
“Alex Kawilarang (bahkan) katanya merupakan salah seorang “anak angkat” favorit Ibu Urip…” ungkap Dewi A. Rais Abin, yang saat menginjak remaja pernah tinggal di rumah keluarga Oerip Soemohardjo.
Baca juga: Gebrakan Pertama Si Opsir Tua
Jika menginap di rumah Oerip yang terletak di Jalan Widoro (kawasan Kota Baru), menurut Dewi, Alex terlihat sangat kerasan. Jelas sekali dia merasa seperti di rumahnya sendiri. Dewi masih ingat bagaimana jika tengah membersihkan diri, Alex suka bernyanyi sendiri di kamar mandi.
“Kalau kebetulan terdengar oleh Ibu Urip suka ditegur,” kenang Dewi.
Selain Alex, banyak perwira muda lainnya yang kerap menginap di rumah Oerip. Mereka antara lain Kolonel A.H. Nasution, Kapten Sastraprawira, Kapten Mokoginto, Kapten Abdul Kadir dan Kolonel T.B. Simatupang
Meskipun secara hirarki Oerip merupakan atasan para perwira muda tersebut, namun nyatanya Oerip kerap mendekatkan jarak hubungan mereka dengan berbagai candaan. Suatu malam saat Alex dan kawan-kawannya berbincang-bincang di ruang depan, terdengar oleh Oerip anak-anak muda itu tengah membicarakan seorang gadis cantik yang termasuk mollig (montok).
“Begitu dia muncul, kemontokannya dapat segera kita lihat,” celetuk salah satu dari perwira muda itu.
Baca juga: Pak Oerip Nyaris Terkena Ranjau
Begitu ucapan tersebut selesai, tetiba dari dalam terdengar ucapan berat Oerip ditujukan kepada mereka: “Mollig itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat dirasakan,” ujarnya seperti dikisahkan Rochmah Soemohardjo dalam Oerip Soemohardjo Letnan Jenderal TNI, 22 Februari 1893-17 November 1948.
Dilain kesempatan, saat Alex menengahkan teorinya mengenai pertahanan linier untuk menghadapi agresifitas militer Belanda, semua orang yang mendengarkan dibuatnya kagum. Namun tidaklah begitu dengan Oerip. Dia mengeritik strategi Alex tersebut sangat tidak efisien.
“Yang kau katakan itu omong kosong, Lex. Coba lakukan secara sederhana: kumpulkan sekelompok sniper yang baik (lalu) bawa mereka ke belakang garis Belanda. Begitu mereka kacau saat dalam serangan kita, kacaukan dari sana,” ujar Oerip.
Ada suatu kejadian yang tak pernah dilupakan oleh Alex. Sekira awal 1946, Oerip melakukan kunjungan ke front Bogor. Saat itulah, rombongan Oerip nyaris terjebak di ladang ranjau yang dipasang oleh anak buah Alex di wilayah Dramaga.
Untunglah sebelum rombongan Oerip lewat, Mayor Toha secara cepat memerintahkan kepada anak buahnya untuk membersihkan jalur tersebut.