Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda berusaha merebut kembali negeri jajahannya itu. Bangsa Indonesia pun berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak hanya di dalam negeri, orang Indonesia di luar negeri pun ikut berjuang, seperti di Australia.
Sejarah orang-orang Indonesia di Australia termasuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan dihadirkan dalam pameran “When Merdeka Came to Australia: The History of Us (1942–1950)” yang diselenggarakan Jaringan Diaspora Indonesia Victoria. Pameran bertempat di Immigration Museum, 400 Flinders Street, Melbourne, Victoria, Australia itu berlangsung pada 27–29 Mei 2022.
Baca juga: Kisah Orang-orang Indonesia di Australia dalam Perang Dunia II
“Secara pribadi, pameran ini bermakna. Isi sejarah dalam pameran sangat sedikit diketahui oleh banyak orang, bahwa hubungan antara Indonesia dan Australia dapat ditelusuri jauh ke belakang,” kata Kuncoro Giri Waseso, Konsul Jenderal RI Melbourne, yang membuka pameran.
Bwe Thay, Wakil Ketua Komisi Multikultural Victoria, mengapresiasi pameran itu. “Pameran ini sangat mendidik, dan saya menikmati pertunjukan tari. Ini benar-benar indah dan mewakili latar belakang multikultural,” katanya.
Pameran menampilkan korespondensi antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Australia, foto, dokumen historiografi visual, cerita pribadi dan bahan arsip. Pameran ini juga dilengkapi dengan story telling corner dan pertunjukan budaya. Tak kalah penting dalam pameran ini diputar film Indonesia Calling (1946) yang disutradarai oleh Joris Ivens.
Baca juga: Sikap Australia Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Film dokumenter ini menggambarkan pemogokan pelaut dan buruh angkutan sungai untuk melayani kapal Belanda, yang dikenal sebagai Armada Hitam, karena mengangkut senjata dan amunisi yang akan dikirim ke Indonesia.
Di dalam film itu terlihat seorang Indonesia bernama Jan Walandouw menerima bendera Merah Putih dari E.V. Elliot, pemimpin Serikat Pelaut Australia, dan memberikan pidatonya. Di bagian lain, dia terlihat memberikan orasinya di depan ribuan orang dalam pertemuan besar di Sydney Domain. Cucunya, Jason Walandouw dan cicitnya, Rhys Walandouw, hadir dalam pembukaan pameran ini.
Baca juga: Awal Keterlibatan Australia dalam Sengketa Indonesia-Belanda
Jeffry Liando, Sekretaris Jaringan Diaspora Indonesia Victoria, menambahkan bahwa setelah perang, pengungsi Belanda dari Indonesia diizinkan untuk tinggal di Australia karena mereka “kulit putih” sementara orang non-Eropa, termasuk Jan Walandouw, dideportasi ke tempat asal mereka.
“Meski menikah dengan warga negara Australia dan memiliki seorang putra yang lahir di Australia pada tahun 1946, Jan Walandouw dideportasi ke Indonesia pada tahun 1947,” kata Jeffry kepada Historia.id.
Sayangnya, perjuangan para pelaut dan buruh pelabuhan yang didukung orang Australia dan India, kurang mendapat tempat dalam pelajaran sejarah. Padahal peran mereka sangat penting karena berhasil menghambat Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Pameran ini untuk mengangkat kontribusi mereka bagi Indonesia.