Masuk Daftar
My Getplus

Bata Selain Pabrik Sepatu

Pabrik sepatu Bata beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Di samping memproduksi sepatu, Bata juga memiliki klub sepakbola PS Bata.

Oleh: Amanda Rachmadita | 09 Mei 2024
Iklan sepatu Bata di surat kabar De Indische Courant, 27 Juni 1941. (delpher.nl).

KABAR penutupan pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) mencuri perhatian masyarakat. Penyetopan produksi sepatu di pabrik yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat itu telah diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 2 Mei 2024.

Director and Corporate Secretary BATA, Hatta Tutuko, menyampaikan dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024, bahwa alasan penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak lagi mampu melanjutkan produksi di pabrik sepatu tersebut. “Permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik itu terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia, sehingga pabrik pun terpaksa ditutup,” jelasnya.

Baca juga: Perjalanan Sepatu dari Zaman Batu

Advertising
Advertising

Penutupan pabrik sepatu Bata di Purwarkarta sontak membuat banyak orang bernostalgia. Pasalnya, sepatu ini sudah begitu populer di berbagai lapisan masyarakat bahkan sejak Indonesia belum merdeka. Sejarah kehadiran sepatu Bata di tanah air memang menarik untuk ditelusuri. Sebagian orang mengira merek sepatu ini berasal dari kawasan pabrik sepatu tersebut pertama kali berdiri, yakni Kalibata, Jakarta Selatan. Namun, Bata sesungguhnya tak berasal dari Indonesia. Sepatu ini merupakan buah cipta seorang pengusaha asal Cekoslovakia bernama Tomas Bata.

“Pada tahun 1884, Tomas Bata meletakkan dasar bagi Bata sebagai perusahaan multinasional di Zlin, Cekoslovakia. Ketika ia menemui ajalnya dalam sebuah kecelakaan pesawat pada tahun 1932, Tomas Bata telah menjadi salah satu industrialis terkemuka di negaranya dan Bata telah menyebarkan operasinya ke seluruh dunia,” tulis Luis Ma. R. Calingo dalam Strategic Management in the Asian Context.

Baca juga: Docmart, Sepatu Dr. Martens

Sepatu Bata sendiri sudah wara-wiri di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda lewat jalur impor. Kala itu sepatu tersebut didatangkan dari Singapura oleh perusahaan penyalur sepatu NV Nederlandsch-Indische di kawasan pergudangan Tanjung Priok. Di pengujung tahun 1930-an, Bata sudah memiliki pabrik di Batavia.

Pemasaran yang gencar melalui surat kabar membuat sepatu ini semakin populer di kalangan masyarakat. Namun, kejayaan sepatu Bata bukan tanpa tantangan. Meski di awal masuknya Jepang ke Hindia Belanda, pabrik sepatu ini masih dapat berproduksi dan memasarkan produk-produknya. Namun, seiring berjalannya waktu pabrik tersebut turut terdampak pendudukan Jepang. Thomas John Bata, putra pendiri sepatu Bata, menulis dalam Bata: Shoemaker to the World bahwa pabrik sepatu Bata di Hindia Belanda telah ditutup oleh Jepang dan para manajer pabrik ditahan sebagai interniran oleh pihak Jepang.

Sementara itu, menurut Calingo, setelah Indonesia merdeka Bata menjadi salah satu perusahaan asing yang dinasionalisasi pada awal tahun 1960-an. “Setelah Presiden Sukarno jatuh dari kekuasaannya pada pertengahan tahun 1960-an, Bata dikembalikan kepada pemilik sebelumnya oleh pemerintahan Presiden Soeharto,” tulisnya. Setelah bertahun-tahun pabrik di Kalibata beroperasi dengan kapasitas penuh, PT Sepatu Bata kemudian membuka pabrik baru di Purwakarta, Jawa Barat pada 1994.

Baca juga: 12 Sepatu Bola yang Hilang

Klub Sepakbola PS Bata

Di samping memproduksi sepatu, Bata juga memiliki klub sepakbola, yakni Persatoean Sepakraga Bata (PS Bata) yang berbasis di Jakarta. Para pemainnya sebagian besar merupakan pegawai. Tak hanya bertanding di sekitar Jakarta, PS Bata juga melakukan lawatan ke luar daerah.

Mengutip surat kabar Asia Raya, 10 Juni 2602 (tahun Jepang) atau 1942, PS Bata pernah bertanding melawan PS Myralaja dan Bond Soekaboemi di Sukabumi, Jawa Barat. Pertandingan yang digelar sebagai bagian dari Pergerakan “Tiga A” itu dimenangkan oleh PS Bata dengan skor 9-1 dan 4-2. Gerakan Tiga A merupakan propaganda Jepang bahwa Nippon adalah Cahaya, Pelindung, dan Pemimpin Asia.

Baca juga: Sepakbola Seniman Panggung

Dijuluki sebagai tim jawara, pertandingan PS Bata melawan PS Myralaja yang digelar di lapangan sekolah polisi ramai dihadiri penonton, meski hujan lebat lebih dulu mengguyur wilayah tersebut.

“Pertandingan berjalan seru meski lapangan licin dan becek. Keunggulan ada di pihak Bata, hingga bagian belakang dari Myralaja selalu keteteran menahan serangan-serangan musuhnya. Hingga babak pertama berakhir, Bata berhasil unggul 4-1. Setelah turun minum, Myralaja mencoba untuk mengejar ketertinggalan tapi apa daya itu sulit dilakukan... Hingga peluit akhir dibunyikan Bata berhasil mempertahankan keunggulan dengan skor 9-1,” tulis surat kabar yang terbit pada masa pendudukan Jepang itu.

Baca juga: Tendangan dari Sepatu Siong Vo

Di hari kedua pertandingan penonton yang menyaksikan laga PS Bata kontra Bond Soekaboemi semakin ramai. Tak hanya masyarakat umum, sejumlah pembesar Sukabumi turut hadir menyaksikan pertandingan tersebut. Menariknya, lagu Indonesia Raya diperdengarkan sebelum pertandingan dimulai dan penonton sontak berdiri tegak. Selain itu, saat jeda istirahat setelah babak pertama dihelat penonton dihibur oleh pertandingan kehormatan dari Kaoem Kolot.

“Sementara waktu mengaso, dipertunjukan pertandingan dari Kaoem Kolot, ini permainan yang sangat lucu karena ada yang perutnya berlari lebih dulu karena saking gendutnya, dan ada juga yang tidak bisa membawa lari sepatu bola, seakan-akan seperti anak-anak yang sedang bermain dengan pengasuhnya. Tenaga untuk berlari pun tak ada yang lebih dari lima menit,” tulis Asia Raya.

Baca juga: Olahraga Simbol Kedaulatan

Dalam pertandingan melawan Bond Soekaboemi, PS Bata mendapatkan perlawanan yang cukup sengit. Meski berhasil mencetak gol lebih dulu melalui pemain sayap kiri yakni Arifin, Bond Soekaboemi berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Arifin kembali merobek gawang lawan dan membawa Bata unggul 2-1 hingga babak pertama usai.

Di babak kedua permainan menjadi lebih seru dan menegangkan karena para pemain saling beradu untuk menjebol gawang lawan. Bond Soekaboemi berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 melalui penalti usai pemain PS Bata melakukan handball. Skor imbang membuat PS Bata semakin bernafsu untuk menyerang. Serangan demi serangan diarahkan ke gawang Bond Soekaboemi. Dari sejumlah percobaan mencetak gol, PS Bata berhasil menyarangkan dua gol yang membawa tim menjadi juara dengan skor akhir 4-2. PS Bata tak hanya meraih piala, tetapi juga sebelas medali untuk masing-masing pemain.

Kepiawaian para pemain PS Bata dalam mengolah si kulit bundar membuat beberapa pemain terpilih mewakili Jakarta untuk bertanding dalam cabang sepakbola di Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Surakarta pada 1948.*

TAG

sepakbola sepatu

ARTIKEL TERKAIT

Jatuh Bangun Como 1907 Comeback ke Serie A Empat Hal Tentang Sepakbola Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Serba-serbi Aturan Offside dalam Sepakbola Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme