Masuk Daftar
My Getplus

Rumah Para Pemimpin Jakarta

Cerita rumah dinas sejak burgemeester Batavia hingga gubernur DKI Jakarta di kawasan Bisschopplein.

Oleh: Nur Janti | 19 Okt 2017
Rumah dinas gubernur DKI Jakarta di Jl. Taman Suropati No. 7 Menteng Jakarta Pusat.

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan akan menempati rumah dinas gubernur yang terletak di Jl. Taman Suropati No. 7 Menteng Jakarta Pusat. Sebelumnya, Djarot Saiful Hidayat juga menempati rumah dinas ini. Sedangkan Basuki Tjahaya Purnama memilih tidak menempatinya.

Berdiri di atas lahan seluas 1.100 m2, rumah ini terdiri atas gedung dua lantai di bagian belakang menyambung dengan bangunan satu lantai sebagai muka rumah. Di sekitarnya terdapat halaman luas yang rindang karena ditanami pohon palem, cemara, dan pohon lain dengan dahan besar. Jalan masuk antara gerbang dan bagian depan rumah dipagari dengan semak yang dipangkas rapi.

Rumah ini memiliki atap yang menutupi sebagain teras. Sedangkan atapnya secara umum berbentuk perisai tinggi dan agak curam yang mengimbangi bentuk bangunan segi empat. Gedung induk dan sayap membentuk sudut lebar ke arah Taman Suropati.

Advertising
Advertising

Mulanya, rumah ini ditempati oleh G.J. Bisschop, burgemeester (walikota) pertama Batavia yang memerintah sejak 21 Agustus 1916 hingga 29 Juni 1920. Batavia memang baru memiliki walikota setelah sepuluh tahun pendiriannya. Tahun 1912 tanah yang ada di sekitar Menteng dibeli untuk membangun perumahan pegawai pemerintah Belanda. Rumah dinas yang ditempati Bisschop turut dibangun bersamaan dengan daerah permukiman di Menteng.

“Ir. Kubath yang merancang rumah itu. Tapi data tentang dia memang tidak banyak. Nama walikota pertama tersebut kemudian diabadikan untuk kawasan permukiman elite Eropa di Menteng, yakni Bisschopplein,” kata Candrian Attahiyat, tim ahli cagar budaya DKI Jakarta kepada Historia.

Bisschoplein dibangun mengikuti pola Weltevreden dengan luas lahan lebih kecil. Meski demikian, perumahan di kawasan Menteng masih cukup mewah untuk ditujukan pada kelas elite di Batavia. Perencanaan kawasan perumahan pegawai ini dibuat dengan mengikuti syarat kota modern dengan konsep kota taman.

Ketua Badan Pelestarian Ikatan Arsitek Indonesia Aditya W. Fitrianto menjelaskan tentang konsep kawasan permukiman kota taman (garden city) yang dibangun masa Belanda. “Rumah dibangun di atas lahan yang luas, dengan jalan-jalan berbentuk lengkung (tidak grid) yang saling terintegrasi, itu ciri garden city,” kata Aditya kepada Historia.

Kota taman yang dibangun masa Belanda juga bisa dilihat dari banyaknya pohon yang mengisi kawasan perumahan. Sementara Taman Suropati yang dulunya bernama Burgemeester Bisschoplein menjadi sentral dari Kota Menteng.

Awalnya kawasan permukiman Menteng direncanakan sebagai kota satelit. Rencana induk pembangunan kawasan ini pertama dibuat tahun 1920-an. “Kalau masterplan jalannya dibuat melingkar kayak Kebayoran tapi kemudian berubah. Bentuk jalannya masih ada lengkungnya tapi beberapa berbentuk kotak,” kata Aditya.

Lebih lanjut Aditya menjelaskan bahwa bangunan rumah dinas gubernur DKI Jakarta bermodel rumah villa: rumah berada di tengah lahan dengan halaman luas di sekitarnya. Model rumah ini sering digunakan dalam pembangunan real estate di era kolonial, begitu pula dengan rumah-rumah lain di kawasan Menteng.

“Modelnya villa sedangkan gaya rumahnya termasuk awal tropical art deco (seni dekoratif), karakter rumah yang berkembang di tahun 1930-1940-an,” kata Aditya. Art deco merupakan seni dekorasi bangunan memakai bentuk-bentuk geometri seperti segi lima, limas, atau segitiga untuk menambah keindahan bangunan.

Meski ditujukan sebagai rumah dinas burgemeester, menurut Aditya garis dekoratif yang membentuk pola bangunan tidak rumit dan cenderung sederhana. “Karakternya juga sederhana meskipun art deco. Bangunannya juga ada teras yang cukup lapang sebagai ciri gaya tropis kita,” kata Aditya.

Dibangun sejak awal abad ke-20, bangunan ini mengalami beberapa perbaikan agar tetap awet. Candrian menyebutkan antara lain penggantian material misalnya genting yang diperbaiki sekira 20 tahun lalu menjadi genting monir warna hijau. Beberapa bagian diatur ulang untuk membuat fungsi baru, semisal kamar mandi. “Di bagian luar diubah sedikit, tapi secara bentuk masih mempertahankan bentuk lama,” kata Candrian.

Beberapa nama yang tercatat dalam Ensiklopedi Jakarta: Culture and Heritage pernah tinggal di rumah ini selain Bisschop adalah Walikota Suwirjo, Syamsurijal, Sudiro; Gubernur Sumarno, Henk Ngantung, Wiyogo Admodarminto dan Sutiyoso. Sedangkan Gubernur Ali Sadikin memilih tidak menempati rumah dinas ini dan menggunakannya untuk tempat kegiatan Dharma Wanita dan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Mata Hari di Jawa Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Ibu dan Kakek Jenifer Jill Tur di Kawasan Menteng Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Guyonan ala Bung Karno dan Menteri Achmadi Pieter Sambo Om Ferdy Sambo