8 November 1909 Carstensz Pyramid Ditaklukkan
EKSPEDISI kedua Belanda yang dipimpin H.A. Lorentz berhasil mencapai padang salju abadi di salah satu puncak Mount Carstensz (kini, Gunung Jayawijaya). Puncak itu kemudian dinamai Mount Wilhelmina (kini, Puncak Trikora), sebagai penghormatan kepada ratu Belanda.
Keberadaan gunung bersalju di khatulistiwa kali pertama dilaporkan Jan Carstensz, seorang pelaut Belanda pada 1623. Kala itu, ketika kapalnya tengah berlayar di Kepulauan Kei (Laut Arafura), dia melihat puncak gunung bersalju itu dan mencatatnya dalam jurnal hariannya. Untuk waktu yang lama namanya dilekatkan pada Mount Carstensz dan puncaknya yang tertinggi, Carstensz Pyramid atau Carstensz Toppen (kini, Puncak Jaya).
11 November 1948 Jenderal Soedirman Teken Perintah Siasat No. 1
PERUNDINGAN pelaksanaan Persetujuan Renville mengalami kebuntuan. Belanda mencoba mengulur-ulur waktu perundingan. Di sisi lain, di beberapa tempat, Belanda memindahkan pasukan ke dekat garis demarkasi.
Menghadapi kemungkinan serangan militer Belanda, Panglima Besar Jenderal Soedirman menerbitkan Surat Perintah Siasat No. 1. Perintah itu langsung disosialisasikan dalam rapat bersama para panglima, gubernur, serta residen di Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di Yogyakarta.
Perintah Siasat No. 1 intinya tentang prioritas utama pertahanan dan pengungsian jika Belanda menyerang serta penerapan strategi perang gerilya.
Baca juga:
21 November 1808 Keraton Surosowan Diserang
GUBERNUR Jenderal Herman Willem Daendels mengerahkan pasukan untuk menyerang Keraton Surosowan. Dalam serangan itu Sultan Abunasar Muhammad Ishak Zainul Muttaqin, sultan Banten, ditangkap lalu dibuang ke Ambon.
Serangan itu tak bisa dilepaskan dari perlawanan yang ditunjukkan Kesultanan Banten. Sultan Abunasar menolak perintah Gubernur Jenderal Daendels untuk mengerahkan tenaga kerja guna pembangunan pelabuhan di Ujung Kulon.
Sultan juga menolak statusnya sebagai pegawai pemerintahan di bawah gubernur jenderal laiknya sultan dan bupati di Jawa lainnya. Puncaknya, utusan gubernur jenderal bernama Philip Pieter Du Puy dibunuh ketika datang ke Keraton Surosowan.
Baca juga:
Ratu Banten Ditahan di Pulau Edam
28 November 1945 Surabaya Jatuh
SETELAH bertempur dan menahan serangan Inggris selama 18 hari, satuan-satuan pejuang Surabaya mundur dari Gunungsari. Praktis, seluruh kota Surabaya sudah jatuh ke tangan Inggris.
Sebagian dari tentara Republik menanggalkan seragam dan senjata lalu menyusup ke dalam kota sebagai “pasukan dalam” di wilayah yang dikuasai Inggris. Inggris sendiri menghentikan gerak pasukannya.
Kendati Surabaya sepenuhnya dikuasai Inggris tapi pemerintahan sipil tetap berjalan di bawah administrasi Gubernur Suryo. Usai pertempuran itu lebih dari setengah juta penduduk Surabaya mengungsi ke kota-kota sekitarnya seperti Mojokerto, Jombang, Pasuruan, dan Malang.
Baca juga:
18 Desember 1771 Puputan Bayu I Meletus
MAS Rempeg atau Pangeran Jagapati, pemimpin perjuangan rakyat Blambangan, mendeklarasikan “puputan” atau perang habis-habisan melawan Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC).
Serangan besar-besaran dilancarkan terhadap pertahanan VOC di daerah Bayu –kini masuk wilayah Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Karenanya, perang itu dikenal dengan sebutan perang Puputan Bayu.
Serangan itu berhasil melumpuhkan VOC tapi Pangeran Jagapati sendiri tewas. Perang itu dipicu kebijakan tangan besi VOC yang mewajibkan rakyat Blambangan ikut kerja paksa dan membayar aneka pungutan.
Baca juga:
Blambangan dan Kuasa di Ujung Timur Jawa
21 Desember 1666 Kesultanan Gowa Diserang
PAGI buta, kapal Laksamana Cornelius Janszoon Speelman menaikkan bendera merah dan menembaki Somba Opu, benteng pertahanan Kesultanan Gowa, dengan meriam. Pasukan Gowa, yang dipimpin Sultan Hasanuddin, sudah siap dan langsung membalas. Perang pun pecah, yang berujung pada kejatuhan Kesultanan Gowa.
Baca juga:
Meninjau Kembali Peran Arung Palakka
Serangan VOC dilatari kegagalannya memperoleh hak monopoli dagang di Gowa. Suatu armada militer di bawah pimpinan Laksamana Speelman diberangkatkan dari Batavia. Dengan kekuatan 21 kapal perang besar, 600 tentara Belanda, 400 laskar Arung Palakka dan Kapten Jongker, armada itu tiba di depan Benteng Somba Opu tanggal 15 Desember 1666. VOC dan Sultan Hasanuddin sempat berunding tapi gagal.*
Majalah Historia No. 34 Tahun III 2016