Masuk Daftar
My Getplus

Simbol Perjuangan Rakyat Palestina

Rakyat Palestina menjadikan semangka hingga kaktus sebagai identitas dan simbol perlawanan terhadap Israel. Israel pun berusaha merebut simbol-simbol itu.

Oleh: Amanda Rachmadita | 07 Nov 2023
Semangka sebagai simbol perjuangan rakyat Palestina. (Istimewa).

GAMBAR dengan kalimat “Pray A Better Place” digaungkan warganet di sosial media sebagai dukungan terhadap Palestina yang diserang Israel sejak 7 Oktober 2023. Yang menarik, tiga huruf A pada kalimat itu diganti irisan buah semangka. Alasannya, selain warna semangka serupa dengan bendera Palestina, buah ini juga merupakan simbol perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel.

Merunut kembali ke tahun 1967, Israel yang menduduki Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur melakukan penyensoran terhadap identitas Palestina. Sosiolog Roger Friedland dan Richard Hecht dalam To Rule Jerusalem menyebut orang-orang Israel selalu menganggap ekspresi nasionalisme Palestina sebagai ancaman. Larangan mengibarkan bendera Palestina menjadi salah satu kebijakan yang diterapkan Israel di wilayah pendudukan mereka.

“Konfrontasi menjadi tak terhindarkan saat bendera Palestina, yang oleh Israel dianggap sebagai bendera PLO –Organisasi Pembebasan Palestina– hendak dikibarkan. Puluhan pemuda Palestina tewas saat mengikatkan bendera itu ke kabel listrik. Bahkan warnanya pun dianggap tabu. Seorang tentara Israel berkisah kepada kami tentang hal ini, suatu hari seorang perempuan Palestina menggantungkan tiga lembar kain berwarna hijau, merah, dan hitam untuk dijemur. Tentara Israel yang melihat hal itu kemudian merobohkan tiang jemuran tersebut,” tulis Friedland dan Hecht.

Advertising
Advertising

Baca juga: Dukungan Sukarno pada Kemerdekaan Palestina

Di tengah larangan pengibaran bendera itulah buah semangka mengambil perannya dalam perlawanan rakyat Palestina. Irisan buah itu kerap ditaruh oleh warga Palestina di jendela-jendela rumah mereka pada akhir musim panas. Aksi ini ditanggapi oleh Israel dengan melarang penggunaan warna-warna yang berkaitan dengan bendera Palestina.

Bahkan, menurut seniman dan kurator Palestina dari Yerusalem, Jack Persekian dalam “Navigating Censorship: A Case From Palestine”, yang termuat di Curating Under Pressure–International Perspectives on Negotiating Conflict and Upholding Integrity, Israel tak segan untuk menangkap para seniman yang menggunakan warna-warna tersebut dalam karya seni mereka.

“Kala itu gambar semangka dan bunga poppy telah muncul sebagai simbol identitas Palestina dan perjuangan mereka untuk mewujudkan kemerdekaan,” tulis Persekian.

Pohon Kaktus

Selain buah semangka, simbol identitas kebangsaan dan perjuangan rakyat Palestina adalah pohon kaktus. Sebelum tahun 1948, kaktus atau saber dipandang sebagai fitur atau karakter khusus dari lanskap Palestina yang bersejarah. Secara tradisional, kaktus Palestina –yang sangat berduri dengan duri-duri panjang pada daunnya– ditanam sebagai demarkasi batas-batas tanah. Terutama di lereng-lereng bukit barisan kaktus ini memisahkan kebun-kebun penduduk dan kebun zaitun. Kaktus-kaktus tersebut dimiliki bersama para pihak yang berbatasan. Kepemilikan bersama ini kemudian meluas menjadi kepemilikan komunal di desa-desa.

Bagi orang Palestina, kaktus melambangkan ketangguhan dan kesabaran. Antropolog Palestina-Amerika, Nasser Abufarha dalam Land of Symbols: Cactus, Poppies, Orange and Olive Trees in Palestine menyebut kata saber dalam bahasa Arab memiliki arti “kesabaran”. Orang-orang Palestina menarik kesamaan antara kaktus dengan karakteristik kehidupan mereka.

Baca juga: Sumbangsih Pertama Indonesia untuk Palestina

“Pertama, kaktus tumbuh subur di lingkungan yang keras, sama seperti para fellahin (masyarakat pedesaan Palestina) yang telah beradaptasi dengan baik dengan medan kehidupan mereka yang keras. Kedua, rasa manis dari buah kaktus yang terletak di bawah kulitnya yang berduri mencerminkan manisnya kehidupan desa di samping pekerjaan dan perjuangan yang tak ada habisnya. Ketiga, tahan banting; tanaman ini menghasilkan buah bahkan pada saat musim kemarau. Buah saber adalah suguhan bagi warga Palestina di bulan-bulan musim panas. Kemurahan hati tanaman ini mencerminkan kemurahan hati penduduk desa, yang memberi dan ramah bahkan di masa-masa sulit,” tulis Abufarha.

 

Kolonialisme melahirkan pemaknaan lain terhadap kaktus. Tanaman berduri ini digambarkan oleh generasi seniman Palestina abad ke-20 sebagai simbol perlawanan dan perjuangan terhadap gangguan asing yang mengancam orang-orang Palestina di tanah mereka. Pemaknaan lain muncul pada karya seniman Palestina ‘Asim Abu Shaqra (1961–1990) yang salah satu lukisannya menggambarkan kaktus dalam pot.

Baca juga: Indonesia Dukung Palestina dengan Prangko

Menurut sejarawan seni Kamal Boullata dalam “Asim Abu Shaqra: The Artist’s Eye and the Cactus Tree”, Journal of Palestine Studies Vol. 30, No. 4 (2001), lukisan pemuda asal desa Umm al-Fahm itu mampu menggambarkan keterasingan dirinya dan orang-orang sebangsanya layaknya sebuah kaktus yang terkurung di dalam pot bunga.

“Seperti dirinya, tanaman dalam pot itu telah tercerabut dari tempat asalnya, dan seperti warisan bangsanya, tanaman tersebut telah dijadikan objek dekoratif yang terpisah dari lingkungan alaminya. Tanaman yang menjadi simbol perampasan tanah Palestina itu, yang kini berada di dalam pot, diam menunggu pemiliknya, dan di dalam penantian tersebut terselip nama tanaman itu dalam bahasa Arab, sabr yang berarti kesabaran,” tulis Boullata.

Kaktus juga dipandang sebagai simbol kegigihan dan ketahanan rakyat Palestina di tengah perjuangan melawan pendudukan Israel. “Masyarakat Palestina menganggap tanaman kaktus sebagai saksi yang menolak untuk mati, sehingga dengan gigih melawan buldoser Israel yang mencoba menghancurkannya dan menghapus jejak desa-desa Palestina yang dikelilingi oleh tanaman kaktus,” ungkap Abufarha.

Buah Jeruk

Pendirian Israel dan pengusiran paksa ratusan ribu penduduk Palestina tahun 1948 turut melahirkan pemaknaan baru terhadap buah jeruk. Sebelumnya pada 1930-an dan 1940-an, industri perkebunan jeruk berkembang pesat di Palestina, khususnya di Jaffa, kota terpadat dan pelabuhan regional penting. Tak hanya diekspor ke wilayah Timur Tengah, buah jeruk juga dikirim ke Eropa.

Popularitas “jeruk Jaffa” menjadi kebanggaan warga Palestina. Selain menjadi representasi produk Palestina ke dunia luar, keberhasilan ekspor jeruk juga dipandang sebagai penanda keberhasilan sebuah bangsa. Hal itu berubah setelah peristiwa Nakba yang berarti bencana atau malapetaka pada 1948. Milisi Zionis tidak hanya mengambil alih seluruh kebun jeruk di sepanjang pantai Palestina, tetapi juga mengambil merek “jeruk Jaffa” serta menduduki kota Jaffa dan Haifa yang mengakibatkan pengusiran banyak warga Palestina.

Baca juga: Gaza dalam Lintasan Sejarah

Bagi warga Palestina perampokan kebun jeruk oleh milisi Zionis merupakan perampasan terhadap sebuah bangsa. Cerita-cerita pendek Ghassan Kanafani pada 1960-an memberikan gambaran tentang proses simbolisasi ini. Dalam cerita pendek berjudul “The Land of Sad Oranges” tahun 1962, Kanafani menggambarkan pengalaman dipaksa keluar dari Palestina melalui sudut pandang seorang anak laki-laki Palestina yang menceritakan kisah pengasingannya kepada anak laki-laki lain yang dibawa orang tuanya ke pengasingan.

“Sebagai seorang novelis revolusioner yang aktif, Ghassan Kanafani menggunakan simbol jeruk selangkah lebih jauh dari sekadar menandakan hilangnya kebangsaan. Ia menggunakan simbol tersebut untuk mengkomunikasikan hubungan langsung antara tanah Palestina dengan penduduknya yang diasingkan dan menggambarkan perlawanan Palestina terhadap penjajahan melalui buah berwarna oranye itu,” tulis Abufarha.

Meskipun simbol identitas Palestina berubah dari kaktus sebelum 1948 menjadi jeruk setelah peristiwa Nakba 1948, namun kedua simbol tersebut menekankan sebuah konstruksi identitas budaya yang berakar pada tanah Palestina. Bila kaktus merepresentasikan kehidupan masyarakat yang berakar pada tempatnya, maka jeruk menggambarkan sebuah bangsa yang terusir dari tempat asalnya.

Pohon Zaitun

Perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kembali wilayahnya setelah peristiwa Nakba 1948 memunculkan pohon zaitun sebagai simbol nasionalisme dan keterikatan terhadap tanah airnya. Pohon zaitun sebagai simbol perjuangan rakyat Palestina muncul dalam lagu-lagu, cerita rakyat, dan literatur sejak akhir 1970-an, sebagai respons terhadap gerakan Zionis Israel yang menyangkal eksistensi bangsa Palestina.

Ada beberapa alasan rakyat Palestina memilih pohon zaitun sebagai simbol kebangsaan. Pertama, pohon ini tersebar luas di wilayah Palestina. Kedua, pohon zaitun yang sudah ada sejak zaman dahulu di Palestina menjadi saksi atas eksistensi orang-orang Palestina yang juga sudah ada sejak lama. Orang-orang Palestina terhubung dengan kehidupan generasi-generasi sebelumnya dalam silsilah keluarga mereka ketika pohon zaitun diwariskan secara turun-temurun. Ketiga, pohon-pohon zaitun juga menciptakan interaksi sosial yang berkaitan dengan perawatan, panen maupun perayaannya.

Baca juga: Yang Terpendam dalam Lagu "Atouna el Toufoule"

Menurut Abufarha, bila jeruk menjadi simbol perampasan wilayah yang menyebabkan orang-orang di pesisir Palestina terusir dari tanah kelahirannya pada 1948, maka pohon zaitun justru diartikulasikan oleh orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang tidak mengungsi untuk menegaskan kegigihan mempertahankan wilayahnya dari pendudukan Israel.

Makna simbolis dari semangka, jeruk, kaktus, dan pohon zaitun memberikan keterikatan yang kuat bagi warga Palestina terhadap tanah kelahirannya. Sehingga Israel pun berusaha merebut simbol-simbol tersebut. Israel sempat akan mengadopsi kaktus sebagai simbol negara. Orang Israel yang lahir di Israel bahkan disebut sabra yang mengacu pada pohon kaktus.

“Ini adalah bagian dari perang semiotik yang dilancarkan Israel terhadap simbol-simbol dan penanda nasional Palestina, mulai dari jeruk Jaffa, pohon zaitun, dan kaktus, hingga makanan nasional Palestina seperti hummus dan falafel, serta tarian dabke (tarian rakyat Palestina) dan masih banyak lagi. Apa yang terlihat jelas dalam hal ini adalah bahwa Israel berusaha untuk memusnahkan simbol-simbol Palestina dan berbagai atribut nasional yang memiliki makna kultural yang penting bagi identitas kebangsaan Palestina,” tulis Abufarha.*

TAG

palestina israel

ARTIKEL TERKAIT

Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Selintas Hubungan Iran dan Israel Tepung Seharga Nyawa Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Seputar Deklarasi Balfour Kanvas Kehidupan Fathi Ghaben Pangeran William, Putri Diana, dan Palestina Piala Asia Tanpa Israel Mandela dan Palestina