top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Indonesia Dukung Palestina dengan Prangko

Indonesia mencetak prangko Seri Palestina untuk mendukung Palestina dalam menghadapi Israel.

22 Apr 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Prangko Seri Palestina tahun 1978. (Repro Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin Jilid IV).

Warga Palestina tidak dapat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ini dengan khusyuk. Tentara Israel menyerang warga Palestina, mulai dari anak-anak, perempuan, hingga orang lanjut usia di Masjid Al-Aqsha, Jerusalem. Negara-negara Eropa diam, tak seperti kepada Ukraina yang diserang Rusia.


Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sejak awal merdeka telah menunjukkan keberpihakan kepada Palestina. Indonesia menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel hingga kini, meskipun Israel memberikan pengakuan kedaulatan kepada Indonesia.



Pada 1953, mantan Menteri Luar Negeri pertama Ahmad Subardjo yang menjabat Duta Besar Keliling menyerahkan bantuan Indonesia sebesar 60 ribu dolar kepada Palestine Relief Fund (Sumbangan Pengungsi Palestina).


Dukungan berikutnya disampaikan Presiden Sukarno dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Sukarno menyatakan bahwa kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuk. Neokolonialisme ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair, dan seterusnya. Palestina pun menjadi perdebatan di antara delegasi peserta KAA.



Sukarno juga menunjukan dukungan Indonesia pada Palestina melalui olahraga. Timnas Indonesia menolak melawan Israel dalam penyisihan Piala Dunia 1958. Berikutnya Indonesia tidak mengundang Israel ketika menjadi tuan rumah Asian Games IV di Jakarta pada 1962.


Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan Indonesia. Sukarno melawan dengan memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC. Tak hanya itu, Sukarno kemudian menyelenggarakan Ganefo sebagai ajang olimpiade negara-negara Asia dan Afrika.



Sampul Hari Pertama bagian dari prangko Seri Palestina tahun 1978. (Koleksi Mustafa Setiyo Nugroho).
Sampul Hari Pertama bagian dari prangko Seri Palestina tahun 1978. (Koleksi Mustafa Setiyo Nugroho).

Pemerintahan Orde Baru juga memberikan dukungan kepada perjuangan Palestina di antaranya dengan membuat prangko. Hasil penjualannya disumbangkan kepada Palestina.


Prangko Seri Palestina diluncurkan pada 15 Mei 1978. Prangko ini bergambar Masjid Al-Aqsha, Jerusalem, dengan tulisan “Indonesia-Palestina to the Welfare of the Families of Martyrs and Freedom Fighters of Palestine” (Indonesia-Palestina untuk Kesejahteraan Keluarga Martir dan Pejuang Kemerdekaan Palestina).



Prangko berharga Rp100 ini dirancang oleh Diapositive dari PLO (Palestine Liberation Organisation) dengan bahan-bahan rencana dari Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Prangko ini dicetak oleh Perum Peruri dalam tiga warna dengan jumlah cetakan satu juta buah prangko.


Selain prangko Seri Palestina, dicetak juga Sampul Hari Pertama yang dirancang oleh Suprapto Martosuhardjo dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Sampul Hari Pertama yang dibubuhi prangko Seri Palestina dan diberi cap istimewa oleh Perum Pos dan Giro dijual dengan harga Rp175 setiap sampul.



Buku Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin Jilid IV menjelaskan prangko jenis ini umumnya dimaksudkan untuk membantu menggalakkan partisipasi masyarakat mengenai suatu program atau peristiwa peringatan atau kegiatan tertentu baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ini merupakan suatu sumbangan positif bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan secara kontinyu oleh pihak Pos dan Giro.


Prangko peringatan atau istimewa ini umumnya mempunyai masa laku yang singkat, kira-kira hanya dua tahun. Setelah itu, penjualannya dihentikan.


Harian Angkatan Bersenjata, 5 Mei 1978, memberitakan prangko Seri Palestina diterbitkan untuk merealisasikan keputusan Konferensi Islam Tingkat Menteri Luar Negeri ke VII di Istanbul, Turki pada 1976 dan Konferensi ke VIII di Tripoli, Libya pada 1977.


“Maksud penerbitan prangko Palestina ialah guna membantu perjuangan rakyat Palestina dalam menghadapi Israel baik secara moril maupun finansil,” tulis Angkatan Bersenjata.





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page