Masuk Daftar
My Getplus

Pemain American Football Jadi Agen CIA di Indonesia

Mantan agen CIA yang mengungkapkan bahwa keberhasilan CIA menggulingkan Sukarno dan menghabisi PKI sebagai model operasi di masa depan.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 11 Jan 2020
Ralph Walter McGehee (kiri) dalam sebuah wawancara. (Youtube Witness to War).

Dari 25 tahun kariernya di CIA, dua tahun di antaranya di Indonesia. Ralph Walter McGehee bertugas di Jakarta pada 1964-1966, periode berdarah dalam sejarah Indonesia. Atas pengabdianya, CIA menganugerahkan penghargaan Career Intelligence Medal.

McGehee lahir pada 1928 di Moline, Illinois, Amerika Serikat. Ketika menjadi siswa di Tilden Tech, sekolah menengah "kelas pekerja" di Chicago selatan yang sekarang dikenal sebagai Sekolah Menengah Tilden, dia bergabung dengan tim American football. Dia kemudian kuliah di Universitas Notre Dame, di mana dia mulai menangani sebuah tim American football. Selama empat musim dari 1946 hingga 1949, mereka tidak pernah kalah dalam pertandingan, dan memenangkan tiga kejuaraan nasional. Dia memperoleh gelar B.S. (Bachelor of Science) dalam Bisnis Administrasi dengan cum laude.

McGehee menikah dengan Norma Galbreath pada 1948. Mereka memiliki empat anak, dua perempuan diikuti dua laki-laki. Setelah lulus dari Notre Dame, dia mencoba menjadi pemain American football profesional dengan Green Bay Packers. Namun, dia kemudian menjadi pelatih dalam program American football di Universitas Dayton selama satu tahun. Setelah kembali ke Chicago sekitar tahun 1951, dia mengambil pekerjaan di bidang manajemen di Montgomery Ward Inc.

Advertising
Advertising
Ralph Walter McGehee ketika menjadi pemain American football di Universitas Notre Dame. (Wikimedia).

Pada 1952, McGehee direkrut oleh CIA. Dia ditempatkan di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah pensiun pada 1977, dia kerap mengkritisi sepak terjang CIA berdasarkan pengalamannya. Dia menggambarkan bagaimana CIA melakukan operasi-operasi rahasia dan mengintervensi negara-negara lain.

McGehee menyebut "CIA tidak pernah menjadi agen intelijen pusat. Ia adalah lengan operasi rahasia dari penasihat kebijakan luar negeri presiden. Dalam kapasitas itu, ia menggulingkan atau mendukung pemerintah asing sambil membuat laporan ‘intelijen’ yang membenarkan kegiatan-kegiatan itu."

Baca juga: Kerugian Nasional Akibat Genosida Politik 1965-1966

Karena pandangan-pandangan kritisnya terhadap CIA, McGehee kerap diundang berbicara di berbagai acara politik, demonstrasi, perguruan tinggi dan universitas, serta memberikan wawancara kepada media massa. Dia juga membuat CIABASE, sebuah situs yang berisi informasi tentang berbagai peristiwa, orang, dan program-program mengenai CIA atau intelijen Amerika Serikat.

Selain itu, McGehee juga menuangkan kritikannya terhadap CIA dalam artikel-artikel yang dimuat di Washington Post, The Nation, The Progressive, Harper's Magazine, dan Gannet News Service. Bahkan, salah satu tulisannya berjudul "Foreign Policy By Forgery: The C.I.A. and the White Paper on El Savador" di The Nation, 11 April 1981, disensor oleh CIA.

"Kita telah melihat upayanya untuk menulis ulang dan menyensor kebenaran. Saya pribadi telah mengalami upaya Agensi semacam ini ketika menyensor sebuah artikel yang saya tulis tentang keberhasilan operasinya untuk menggulingkan pemerintah Achmed Sukarno di Indonesia pada 1965," kata McGehee dalam memoarnya, Deadly Deceits: My 25 Years in the CIA.

Baca juga: Penumpasan PKI di NTT dalam Dokumen Rahasia AS

"Di Indonesia pada 1958," lanjut McGehee, "pembom CIA B-26 mendukung pemberontak di Sulawesi yang berjuang untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Achmed Sukarno, sesuatu yang tidak dicapai dalam upaya ini tetapi dicapai pada 1965 oleh operasi lain CIA."

Atas nama The Nation dan McGehee, American Civil Liberties Union Foundation mengajukan gugatan ke Pengadilan Federal. Mereka, sebagaimana dikutip The New York Times, 29 Maret 1981, meminta Pengadilan Federal untuk menyatakan bahwa CIA telah menyensor secara tidak benar artikel oleh mantan pegawai CIA (McGehee). Salinan naskah tulisan tangan setebal 12 halaman dari artikel itu yang diajukan ke pengadilan menunjukkan bahwa CIA telah menghapus sekitar satu halaman dan sepuluh baris materi lainnya.

CIA menang di pengadilan atas gugatan itu.

Ralph Walter McGehee menerima Career Intelligence Medal dari CIA. (Wikimedia).

Tentang apakah tulisan McGehee yang disensor CIA itu?

"Sebagian besar materi yang dihapus tampaknya menyangkut tuduhan Mr. McGehee bahwa CIA memainkan peran dalam pembantaian lebih dari 300.000 orang komunis pada tahun 1965 setelah Angkatan Darat Indonesia menghancurkan kudeta dan mengambil alih kendali bangsa," tulis The New York Times.

Dalam memoarnya, McGehee mencatat keterlibatan CIA dalam pembunuhan massal di Indonesia: "Di Indonesia pada 1965, sekelompok perwira militer muda berusaha melakukan kudeta terhadap militer yang didukung Amerika Serikat dan membunuh enam dari tujuh perwira tinggi militer. CIA mengambil kesempatan ini untuk menggulingkan Sukarno dan menghancurkan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang memiliki tiga juta anggota."

Selanjutnya, McGehee menyebut, "seperti yang saya tulis di The Nation, ‘perkiraan jumlah kematian yang terjadi akibat operasi CIA [satu kata dihapus] ini dari setengah juta menembus lebih dari satu juta orang. Pada awalnya, Tentara Indonesia meninggalkan PKI sendirian, karena tidak terlibat dalam upaya kudeta, [delapan kalimat dihapus]. Namun, kemudian, para pemimpin militer Indonesia [tujuh kata dihapus] memulai operasi militer pemusnahan berdarah. Pada pertengahan November 1965, Jenderal Suharto secara resmi mengesahkan 'pembersihan' Partai Komunis Indonesia dan membentuk tim khusus untuk mengawasi pembunuhan massal. Pemalsuan berita oleh media memainkan peran kunci dalam membangkitkan kebencian rakyat terhadap PKI. Foto-foto jenazah para jenderal yang sudah mati –yang telah membusuk– ditampilkan di semua surat kabar dan televisi. Cerita-cerita yang menyertai foto-foto itu secara keliru menyatakan bahwa para jenderal telah dikebiri dan mata mereka dicungkil oleh para wanita komunis. Kampanye yang diproduksi secara sinis ini dirancang untuk memicu kemarahan publik terhadap komunis dan mengatur panggung untuk pembantaian ... Untuk menyembunyikan perannya dalam pembantaian orang-orang tak berdosa, CIA, pada 1968, mengarang laporan palsu tentang apa yang terjadi (kemudian diterbitkan oleh Agensi (CIA, red.) sebagai buku, Indonesia-1965: The Coup that Backfired) … Pada saat yang sama Agensi menulis buku itu, ia juga menyusun studi rahasia tentang apa yang sebenarnya terjadi. [satu kalimat dihapus]. Agensi sangat bangga dengan keberhasilannya [satu kata dihapus] dan merekomendasikannya sebagai model untuk operasi di masa depan [satu-setengah kalimat dihapus]."

Baca juga: Laporan Pembasmian Komunis dalam Dokumen Rahasia AS

Dalam Tragedi Manusia dan Kemanusiaan: Holokaus Terbesar Setelah Nazi, M.R. Siregar menyebut dalam berbagai kesempatan McGehee berbenturan dengan Hugh Tovar, Kepala Stasiun CIA di Jakarta antara 1958-1966. Hugh Tovar menyangkal adanya sebuah kajian menyeluruh CIA mengenai Indonesia dan menunjuk hanya pada dokumen CIA yang telah boleh dilihat oleh umum berjudul The Coup that Backfired 1968 (Kudeta yang Memukul Balik).

McGehee pernah melihat kajian lain dari CIA yang jauh lebih panjang, dan terhadapnya dia mengatakan antara lain, sebagaimana dikutip M.R. Siregar: "Dari tahun 1973 sampai permulaan 1977 saya adalah wakil divisi CIA dalam Cabang Komunis Internasional (ICB). Tugas saya termasuk perawatan kajian-kajian yang dipersiapkan oleh ICB yang memeriksa kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan komunis dan yang menggambarkan operasi-operasi CIA terhadap berbagai partai komunis. Pengkajiannya mengenai operasi dari badan tersebut di Indonesia dalam tahun 1965 demikian memuakkan kejamnya sehingga saya membacanya beberapa kali. Dengan sombong ia (maksudnya: kajian itu) melukiskan bagaimana sebuah operasi tertutup yang sederhana secara menentukan telah menghancurkan PKI."

Menurut McGehee, CIA melakukan disinformasi dalam upaya menggulingkan atau mendukung pemerintahan asing. Sebagian besar dari operasi rahasia CIA adalah disinformasi, dan rakyat Amerika menjadi sasaran utama dari kebohongannya. Perang Vietnam adalah operasi disinformasi CIA terbesar dan terpanjang. "Tidak banyak yang berubah sejak saya meninggalkan Agensi. Ini mengikuti semua pola yang sama dan menggunakan teknik yang sama," kata McGehee.

Ralph Walter McGehee memberikan kesaksian dalam pengadilan tentang operasi-operasi CIA. (Wikimedia).

Operasi disinformasi CIA juga dilakukan di Indonesia untuk menggulingkan Sukarno dan menghabisi PKI. Sejarawan Geoffrey B. Robinson dalam Musim Menjegal: Sejarah Pembunuhan Massal di Indonesia 1965-1966, mengungkap bahwa dalam tahun-tahun menjelang dugaan kudeta, Amerika Serikat berupaya mempengaruhi keseimbangan politik di Indonesia melalui program operasi-operasi gelap dan perang urat syaraf dengan menyebarkan dokumen-dokumen palsu, desas-desus, atau metode-metode lainnya untuk menyebarkan informasi salah.

Baca juga: CIA Menyadap Angkatan Darat

Operasi-operasi itu, lanjut Geoffrey, dirancang untuk merusak nama PKI dan Sukarno. Lebih penting lagi, operasi tersebut bertujuan untuk memprovokasi konflik politik antara PKI-Sukarno dengan unsur-unsur antikomunis. Bahkan, dokumen-dokumen pemerintah Amerika Serikat yang dideklasifikasi dari periode ini mengungkapkan bahwa memprovokasi bentrokan dengan PKI bukanlah sekadar hasil yang tak disengaja dari kebijakan Amerika Serikat di Indonesia. Sebaliknya, bentrokan dengan PKI justru menjadi niat utamanya. Fokus yang sangat penting dari kampanye tersebut adalah menciptakan kondisi yang akan memberikan dalih bagi langkah tegas oleh Angkatan Darat terhadap kaum kiri.

"Mantan petugas CIA, Ralph McGehee, telah berpendapat bahwa setelah 1965, strategi ini menjadi sesuatu yang mirip merek dagang CIA," tulis Geoffrey yang mewawancarai McGehee pada November 1983.

Misalnya, penggulingan Presiden Chile, Salvador Allende, yang bahkan operasinya disebut Operasi Jakarta. John Pilger dalam tulisannya "Our Model Dictator", di theguardian.com, 28 Januari 2008, menyebut bahwa McGehee menggambarkan teror pengambilalihan kekuasaan oleh Soeharto pada 1965-1966 sebagai "model operasi" untuk kudeta yang didukung Amerika Serikat yang menyingkirkan Salvador Allende di Chile tujuh tahun kemudian. "CIA memalsukan dokumen yang mengaku mengungkapkan rencana kiri untuk membunuh para pemimpin militer Chile," tulis McGehee, "[seperti] apa yang terjadi di Indonesia pada 1965."

Baca juga: CIA dan Operasi Jakarta di Chile

*Tulisan ini direvisi pada 14 Januari 2020 karena ada kesalahan. Penulis berterima kasih kepada pembaca atas koreksinya.

TAG

intelijen cia g30s pki

ARTIKEL TERKAIT

Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Eks Pesindo Sukses Mata Hari di Jawa M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Melawan Sumber Bermasalah Sudharmono Bukan PKI D.N. Aidit, Petinggi PKI yang Tertutup Suami-Istri Cerai Gara-gara Beda Partai