SEORANG lelaki berperawakan sedang, memakai baju ala gerilyawan dengan peci dimiringkan ke kanan. Tak ketinggalan, sang gerilyawan juga menyandang pistol di pinggang kanan dan sebilah keris di pinggang sisi kiri. Dia duduk di ujung depan mobil Buick.
Lukisan berjudul Pejuang itu karya Trubus Sudarsono tahun 1949. Lukisan dibuat dengan bahan cat minyak di atas kain, berdimensi 95,5 cm x 77,5 cm. Lukisan ini jadi koleksi istana yang dipamerkan pada Agustus 2018.
Trubus salah satu pelukis dan pematung kesayangan Presiden Sukarno. Patung karyanya masih bisa dinikmati di belakang Istana Bogor. Patung bernama Denok ini menggambarkan seorang wanita dengan kepala menoleh ke kanan serta kedua tangan berada di paha kiri yang menjadi tumpuannya berjongkok.
Baca juga: Tiga Selera Lukisan Sukarno
Paca peristiwa G30S 1965, para seniman yang terkait dengan PKI dan dekat Sukarno, ditangkap, dipenjara, bahkan dieksekusi mati. Sukarno berusaha menyelamatkan mereka dengan mengirim surat agar mereka dibebaskan.
“Saat Trubus ditangkap lalu akan dieksekusi, Sukarno mendengarnya. Dia pun membuat surat pembebasan bagi Trubus, namun terlambat. Dia keburu ditembak tentara,” kata Mikke Susanto dalam peluncuran bukunya, Sukarno's Favourite Painters di gedung Masterpiece pada Jumat, (21/9/2018).
Baca juga: Sukarno Menjaga Martabat Pelukis
Trubus, yang tercatat sebagai anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta dari PKI, dieksekusi di daerah Gunungkidul.
Selain seniman yang bergabung dengan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang terkait PKI, seniman dari Sanggar Pelukis Rakyat, Sanggar Bumi Tarung, dan kelompok pelukis Tionghoa benama Yin Hua, juga berada dalam pengawasan tentara.
Baca juga: Djoko Pekik dan Trilogi Celeng
Salah satu surat Sukarno yang berhasil menyelamatkan seorang seniman ditujukan pada pelukis Djoko Pekik dari Sanggar Bumi Tarung.
“Dalam pengakuan Pak Djoko Pekik, bahwa dia selamat atas surat dari Sukarno. Ketika dia dipenjara di benteng Vredeburg, Yogyakarta, pasca 1965. Ini bukti, Sukarno sangat menyayangi pelukis,” kata Mikke.
Beberapa seniman kesayangan Sukarno yang masuk bui, seperti Hendra Gunawan, Amrus Natalsya, dan Tatang Ganar. Sementara sisanya, seperti Lee Man Fong pergi ke Cina dan Wen Peor ke Hongkong.
“Lim Wasim tetap dipekerjakan di istana sampai tahun 1967, lalu keluar dari situ. Ia bersembunyi dan menyamar sebagai penjual roti, membuka toko roti kecil-kecilan. Lalu ketika melukis memakai nama samaran,” ujar Agus Dermawan T.*