Wasit memainkan peran penting dalam pertandingan sepakbola. Selama pertandingan berlangsung, sang pengadil melakukan tugasnya mulai dari memulai, menghentikan, menunda, sampai mengakhiri pertandingan. Wasit harus memastikan pertandingan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dalam sejarah sepakbola, wasit pertama kali hadir di lapangan diperkirakan pada 1841 kala klub Body-Guards berhadapan dengan Fear-Noughts di kota Rochdale, Inggris.
Luciano Wernicke dalam Mengapa Sebelas Lawan Sebelas? Dan Serba-Serbi Sejarah Sepak Bola Lainnya menyebut kedua tim tersebut memutuskan untuk bertaruh segentong jenewer dan sejumlah uang. Sebelum pertandingan digelar, masing-masing tim menunjuk seorang wasit ditambah orang ketiga yang dianggap netral.
“Orang ketiga ini bertugas untuk mengamati pertandingan dan menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul di antara dua wasit,” tulis Wernicke.
Baca juga: Hakim Garis Azerbaijan Pujaan Publik Inggris
Setelah itu, beberapa pertandingan sepakbola melibatkan peran wasit dan saksi. Salah satunya pertandingan sepakbola di kota Cheltenham, Inggris pada 1849. Dalam pertandingan itu, dua wasit berada di sisi lapangan yang berbeda sementara wasit ketiga duduk di tribun.
Menurut Wernicke, meski pada 1863 Football Association (FA) atau Asosiasi Sepak Bola Inggris tak mengakui keberadaan petugas yang mengendalikan pertandingan, banyaknya perselisihan antar pemain membuat wasit begitu diperlukan.
Oleh karena itu, untuk turnamen resmi Piala FA pada musim 1871/1872 diputuskan setiap tim wajib mendaftarkan wasit yang akan berinteraksi dengan rekannya dari tim lain. “Delegasi ini bertugas mengawasi pertandingan dari luar (di sisi bertahan tim masing-masing, sebagaimana posisi hakim garis di zaman modern) dan mendiskusikan perbedaan pendapat,” tulis Wernicke.
Selain mengawasi pertandingan dari luar, ada pula wasit netral yang bertugas mengikuti pertandingan dari tribun. Ia baru melakukan intervensi bila kedua wasit tidak setuju satu sama lain. Meski keberadaan wasit di lapangan sudah diperkenalkan sejak tahun 1888, namun baru pada 1891 wasit diakui dalam regulasi sepakbola.
Baca juga: Wasit Berlisensi FIFA Pertama yang Terlupa
Salah satu peralatan yang dibawa wasit saat bertugas di lapangan adalah peluit. Wasit meniup peluit untuk memulai pertandingan. Sepanjang pertandingan, wasit akan berulang kali meniup peluit jika terjadi pelanggaran. Setelah 90 menit, wasit meniup peluit panjang sebagai tanda pertandingan berakhir.
Peluit diperkirakan mulai digunakan wasit pada 1870-an. Menurut Mark Metcalf dalam The Origins of The Football League: The First Season 1888/89, penggunaan peluit dalam pertandingan sepakbola berkaitan dengan seorang pemilik bengkel dan pabrik dari Birmingham yang bernama Joseph Hudson.
Wernicke juga menyebut bahwa pada 1870 Joseph Hudson, yang memiliki usaha kecil bersama adiknya, merancang Acme City, sebuah peluit berbahan kuningan yang memungkinkan agen polisi di Birmingham saling berkomunikasi satu sama lain dari jarak jauh.
Para polisi itu menggunakan kode peluit yang berbeda untuk meminta bantuan mengejar penjahat maupun memperingatkan rekannya akan bahaya. Peluit kemudian digunakan oleh korps keamanan di seluruh Inggris Raya.
Baca juga: Wasit yang Tak Mempan Digoda Suap
Pada suatu waktu, seorang polisi menjadi wasit pertandingan sepakbola di kawasan Nottingham, Inggris. Jengkel karena para pemain tak memperhatikan tanda yang diberikan, polisi yang menjadi wasit tersebut kemudian mengeluarkan peluit di sisa pertandingan.
Menurut Michael J. Slade dalam The History of The English Footbal League, Part One: 1888–1930 sebelum bunyi peluit wasit terdengar untuk pertama kali dalam sebuah pertandingan di wilayah Nottingham, para petugas di lapangan biasanya melambaikan sapu tangan putih untuk menarik perhatian pemain.
Bunyi nyaring dari peluit sontak menarik perhatian para pemain di lapangan. Peluit pun lebih sering digunakan dalam pertandingan sepakbola. Peluit menggeser peran sapu tangan yang sebelumnya digunakan para petugas di lapangan.
“Peluit kemudian segera diadopsi untuk pertandingan resmi, dan selama hampir satu setengah abad, selalu digunakan sebagai bagian tak terpisahkan di lapangan,” tulis Wernicke.*