Bagi pemerintah militer Jepang pemuda adalah aset yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan perang Asia Timur Raya. Pemuda berusia 15-20 tahun digerakkan mengikuti pelatihan semimiliter Seinendan (Barisan Pemuda). Bagaimana dengan anak-anak berusia 8-15 tahun?
“Perlu sekali satu badan yang memperhatikan mereka bukan saja yang di kota dan anak-anak sekolah, tetapi terutama juga anak-anak yang tidak bersekolah dan anak-anak di desa,” tulis Sinar Baroe, 15 Juni 1945.
Untuk itu, Jepang mendirikan Badan Kebudayaan Kanak-kanak Indonesia (Kekindo) di Jakarta pada Juni 1945.
Baca juga: Riwayat Tempat Penitipan Anak
Menurut A.B. Lapian dan J.R. Chaniago dalam Di Bawah Pendudukan Jepang Kenangan Empatpuluh Dua Orang yang Mengalaminya, pendirian Kekindo diikuti oleh Barisan Pendidikan Rakyat di tingkat shiku (kecamatan) yang membentuk Barisan Kesenian Timur dengan tugas menyelenggarakan pelajaran kesenian Asia Timur Raya kepada penduduk segala bangsa di Indonesia.
“Tujuan penyelenggaraan Kekindo dan Barisan Kesenian Timur umumnya sama, yakni membangkitkan gairah dan semangat para anggotanya untuk cinta Tanah Air dan Asia Timur Raya,” tulis Lapian dan Chaniago.
“Untuk mencapai maksud itu,” tulis Asia Raya, 18 Juni 1945, “badan ini (Kekindo) terutama sekali akan menimbulkan kembali dan mengembangkan semua yang asli yang mengenai dunia kanak-kanak. Alatnya ialah mengadakan pertunjukan-pertunjukan oleh kanak-kanak dan untuk kanak-kanak.”
Baca juga: Masa Lampau Anak-anak
Pertunjukan perdana diselenggarakan pada 17 Juni 1945 yang dihadiri oleh Sukarno dengan menampilkan berbagai kesenian sepeti tonil, pencak silat, dan tari-tarian.
“Di antara pertunjukan-pertunjukan yang rupanya bukan saja telah menggenggam hati kanak-kanak, tetapi juga orang-orang tua, boleh kita sebut tonil gagu yang memperlihatkan samudra luas, kapal-kapal perang dan penyerbuan balatentara Nippon menyerang musuh,” tulis Asia Raya.
Selain menunjukkan kehebatan Jepang, pertunjukan tersebut memperlihatkan bagaimana Belanda dikalahkan. “Permainan kanak-kanak raksasa Belanda yang menyiksa bangsa Indonesia (kemudian dikalahkan Jepang) juga menggembirakan,” tulis Asia Raya.
Baca juga: Cita-Cita Favorit Anak-Anak Tiap Zaman
Sementara itu, menurut Lapian dan Chaniago, aktivitas Barisan Kesenian Timur selain menyelenggarakan berbagai pelajaran mengenai kesenian setempat, “mempertunjukkan juga aneka sandiwara yang bersemangat menanamkan rasa patriotisme. Kegiatan Barisan Kesenian Timur antara lain diadakan pada 22 Juni 1945 serentak di seluruh wilayah Jakarta Tokubetsu-Shi, dengan R Inoe Perbatasari, Arifin, SM Alaydrus, Kodrat, Koesbini, Mohammad Dawiri dan B. Pulungan sebagai panitia pusat.”
Kekindo dan Barisan Kesenian Timur didirikan di pengujung kekalahan Jepang. Ini mungkin membuat kegiatan pertunjukan selanjutnya tidak berjalan sesuai harapan.