Masuk Daftar
My Getplus

Jajanan Tiga Bapak Bangsa

Makanan apa yang disukai oleh Haji Agus Salim, Sutan Sjahrir dan Sukarno ketika mereka jajan?

Oleh: Hendi Johari | 18 Mar 2021
Ilustrasi Beta Sarulina/Historia

RUTINITAS sore di Jalan Gereja Theresia No.72 Jakarta pada 1950-an itu masih diingat secara jelas oleh Ilya Arslaan. Bersama sang kakek Haji Agus Salim, Ilya kerap menunggu kedatangan tukang otak-otak (penganan yang terbuat dari sejenis ikan laut) langganan mereka. Yang ditunggu biasanya baru datang sekira jam 17.

“Kalau sudah datang, kakek saya biasanya memanggil semua orang di rumah terutama cucu-cucunya untuk ikut jajan otak-otak,” kenang lelaki berusia 80 tahun itu.

Ilya tak paham sejak kapan Haji Agus Salim menggandrungi kudapan yang biasanya selalu dibungkus dengan daun pisang itu. Namun yang jelas tiap sore dia kerap melihat sang kakek menikmati otak-otak. Biasanya penganan itu disajikan dengan segelas jus buah dan dihidangkan kala Haji Agus Salim melakukan kegiatan rutin membaca buku.

Advertising
Advertising

“Hebatnya saat itu kami sudah memiliki blender, seseorang mengirimkannya langsung dari Amerika Serikat. Entah siapa, saya lupa. Yang jelas kalau membeli sendiri barang itu, jelas kami tidak akan sanggup,” ujar Ilya sambil tertawa.

Baca juga: Haji Agus Salim, Diplomat yang Melarat

Lain dengan Haji Agus Salim, perdana menteri Republik Indonesia (RI) pertama Sutan Sjahrir memiliki kesukaan jajan sate ayam Madura. Dari salah seorang putri-nya, sejarawan Rushdy Hoesein sempat mendapat keterangan jika Sjahrir datang ke suatu tempat maka dia selalu mengutamakan sate ayam sebagai menu makan-nya.

Ketika tinggal di Jalan Jawa No.61 Jakarta (sekarang Jalan H.O.S. Cokroaminoto), bersama keluarganya, Sjahrir tak jarang mendatangi tukang sate langganannya. Tempatnya ada di ujung Jalan Jawa.

“Jadi kalau mau jajan sate ke sana, Sjahrir selalu jalan kaki bersama istri dan anak-anaknya,” ungkap Rushdy. 

Sama seperti Sjahrir, salah satu makanan kesukaan Sukarno adalah sate ayam. Bahkan bukan rahasia lagi jika tiap mengunjungi satu tempat, Sukarno selalu meminta untuk disertakan hidangan sate ayam ini dalam menu makanannya.

Baca juga: Bung Karno Jajan

Terkait jajanan kesukaan Bung Karno itu, dikonfirmasi oleh putera sulungnya Guntur Sukarnoputra. Menurut Guntur, untuk sate ayam, di Jakarta Bung Karno memiliki langganan khusus yakni sebuah restoran sate ayam Madura bernama Layar Terkembang. Letaknya berada di kawasan Cilincing, perbatasan antara Bekasi dengan Jakarta.

“Bapak sering mengajak saya mampir di restoran itu…” ungkap Guntur dalam Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku.

Soal berburu sate ayam itu ternyata tidak hanya dilakukan oleh Bung Karno di Jakarta saja. Saat dia tengah berkunjung ke luar kota pun, sang presiden kerap melakukan kebiasaannya itu. Priyatna Abdurrasyid (eks Jaksa Agung) masih ingat, bagaimana setiap ke Bandung, Bung Karno selalu singgah di tukang sate ayam favoritnya yang terletak di ujung Jalan Asia Afrika.

“Dengan menumpang jip dan memakai kaos putih oblong, celana pendek dan sandal, Bung Karno didampingi (Brigjen) Sabur (komandan Resimen Tjakarabirawa) keluar untuk makan sate,” kenang Priyatna dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York: Mengikuti Hati Nurani (disusun oleh Ramadhan K.H.)

Baca juga: Perintah Pertama Sukarno

Uniknya, Bung Karno sama sekali tak memegang uang untuk membeli makanan kesukaannya itu. Sebelum pergi, kata Priyatna, selalu dia akan menemui terlebih dahulu Mayor Jenderal Ibrahim Adjie (Panglima Kodam Siliwangi saat itu) di Pakuan. Begitu bertemu perwira tinggi yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu, Bung Karno tanpa ragu-ragu akan meminta uang.

“Djie coba beri aku uang seribu rupiah! Aku mau makan sate nih…”

Tanpa banyak bicara, Adjie pun akan merogoh saku celananya dan langsung memberikan uang ribuan kepada Bung Karno.

Jauh sebelumnya, Bung Karno memang sudah menggandrungi sejenis daging ayam bakar tersebut. Bahkan ketika  usai pengangkatannya sebagai presiden pertama RI pada 18 Agustus 1945, dia “merayakannya” dengan jajan 50 tusuk sate ayam di pinggiran jalan Jakarta.

“Aku jongkok di sana dekat selokan dan kotoran. Kumakan sateku dengan lahap dan inilah seluruh pesta atas pengangkatanku sebagai kepala negara,” ungkap Sukarno seperti dikisahkannya kepada Cindy Adams dalam Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia.

TAG

sukarno agus salim sutan sjahrir kuliner

ARTIKEL TERKAIT

Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Rencana Menghabisi Sukarno di Berastagi Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Supersemar Supersamar Terites, dari Kotoran Hewan yang Pahit jadi Penganan Nikmat Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah Kemaritiman Era Sukarno Kontes Memasak Tempo Dulu Obrolan Tak Nyambung Sukarno dengan Eisenhower D.I. Pandjaitan Dimarahi Bung Karno