Masuk Daftar
My Getplus

Inoue Gila karena Murni

Gerakan Aron di Sumatra Timur menyisakan sekelumit kisah asmara. Kepala kepolisian jatuh cinta kepada istri Iwan Siregar.

Oleh: Andri Setiawan | 09 Feb 2023
Orang Eropa menaiki sado di Medan sekira tahun 1900-1940. Hanya ilustrasi. (Tropenmuseum/WIkimedia Commons).

Gerakan Aron pecah di Sumatra Timur pada masa pendudukan Jepang. Kapten Inoue Tetsuro, Kepala Kepolisian Deli-Serdang, diperintahkan untuk membasminya. Setelah mempelajari insiden-insiden gerakan Aron, pada 7 Agustus 1942 Inoue mendatangi rumah Iwan Siregar alias Iwan Siregar, Ketua Partai Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) Sumatra Timur.

Inoue disambut oleh seorang perempuan Indo bertubuh jangkung dan ramping. Perempuan bernama Murni itu kemudian memanggil Iwan.

“Iwan yang segera muncul adalah pria yang sangat jelek, sangat bertolak belakang dengan istrinya yang cantik,” tulis Inoue Tetsuro dalam memoarnya “Bapa Jango: Bapa Djanggut” yang termuat dalam The Japanese Experience in Indonesia: Selected Memoirs of 19421945.

Advertising
Advertising

Inoue membawa Iwan ke kantor polisi malam itu juga. Keesokan harinya, ia datang lagi menggeledah rumah Iwan untuk mencari dokumen yang diperlukan dan bertemu lagi dengan istri Iwan. Murni begitu tenang dan tampak bertanggung jawab atas rumah. Inoue pun kehilangan minat mencari dokumen karena dengan perempuan seperti itu, sepertinya tak ada dokumen penting yang akan didapat.

Baca juga: Gerakan Aron di Sumatra Timur

Pada suatu hari, Murni datang ke kantor polisi. Inoue memuji penampilan Murni.

“Pilihan kebaya dan sarung menunjukkan kepribadiannya yang tinggi, dan mengisyaratkan kedalaman yang tersembunyi. Ia mungkin berharap untuk berbicara dengan saya dalam bahasa Inggris, karena ia membawa kamus kecil bahasa Inggris Belanda,” tulis Inoeu.

Dugaan Inoue bahwa Murni adalah perempuan cerdas tampaknya benar. Murni memiliki posisi penting ketika gerakan Aron pecah. Bahkan, ia telah menyertai suaminya sejak aktif dalam Gerindo. Namun, perempuan itu lebih dikenal sebagai Ibu Hadijah ketimbang Murni.

“Memperhatikan tokoh-tokoh gerakan Aron yang berada dalam tahanan pasti akan mengalami hukuman pancung dari Kempetei Jepang, maka tampillah Ibu Hadijah, istri Jacub Siregar memainkan peranannya…,” tulis A.R. Surbakti dalam Perang Kemerdekaan Vol. III.

Benar saja, Murni mendatangi kantor polisi untuk membebaskan suaminya.

“Saya pikir, Anda sepenuhnya menyadari peran penting yang dimainkan suami saya sebagai salah satu pemimpin puncak F [Kikan] ketika Jepang mendarat di Sumatra, dan betapa besar jasa yang ia berikan sejak itu kepada Kempeitai dan kepada pemerintah kota Medan,” kata Murni kepada Inoue.

Baca juga: Insiden-insiden Gerakan Aron

Murni melanjutkan, ”Iwan tentu saja antikesultanan, tapi cukup masuk akal untuk mengetahui bahwa ia tidak bisa menghilangkan otoritas sultan melalui tindakan sembrono seperti Aron. Iwan memang ‘bapak’ masyarakat Deli Hulu, tapi jelas bukan pemimpin Aron. Saya datang ke sini hari ini untuk meminta bantuan Anda atas dasar ini. Saya mohon –tolong cari cara untuk membebaskan Iwan.”

Iwan Siregar memang pernah berjasa kepada Jepang ketika ia memimpin F Kikan (Fujiwara Kikan). Unit rahasia ini di bawah Mayor Fujiwara Iwaichi yang bertugas melakukan propaganda dan spionase untuk memperlancar serangan Jepang ke wilayah Belanda dan Inggris, terutama Malaya dan Aceh. Sayangnya, Inoue tak bisa membantu. Iwan harus tetap ditahan.

Keesokan harinya, Murni datang lagi. Ia ingin bicara langsung dengan Chokan (gubernur). Namun, Inoue tak mengizinkan. Murni kemudian mengancamnya.

“Apakah Anda sadar bahwa banyak anggota partai siap aksi di distrik itu segera setelah saya memberikan kata?” tegas Murni.

Inoue marah. Ia memperingatkan Murni agar berhati-hati dan menantangnya untuk melihat siapa yang akan menang.

Seperti yang telah direncanakan, Inoue melakukan perjalanan propaganda ke desa-desa untuk membasmi gerakan Aron. Berbagai insiden terjadi sepanjang perjalanan. Dan puncaknya, di Ujung Labuan, Inoue menghukum pancung lima petani Aron di hadapan 300 orang anggota Aron. Sejak itu, gerakan Aron mulai redup dan runtuh untuk selama-lamanya.

Beberapa minggu pasca peristiwa di Ujung Labuan, Inoue menerima surat dari Murni. Murni meminta pekerjaan karena ia tidak ingin berdiam diri di rumah sementara suaminya di penjara. Inoue pun mempekerjakannya di departemen kepolisian.

“Ia selalu datang ke kantor dengan pakaian sederhana dan sangat Indonesia, menyebarkan parfum heliotrope ke seluruh ruangan. Ia menambahkan warna ke kantor, di mana sebelumnya hanya ada gadis pelayan Eurasia (Indo), Elly,” terang Inoue.

Murni bekerja dengan baik di departemen kepolisian. Ia juga terus merawat Iwan dengan rutin mengirim makanan ke penjara. A.R. Surbakti menyebut Murni berperan dalam pembebasan tahanan-tahanan Aron.

“Satu persatu pimpinan Aron yang ditahan dilepaskan dari penjara,” tulis A.R. Surbakti.

Pada hari Minggu, Inoue berkuda dan melewati rumah Murni. Mereka lalu duduk di rerumputan dan mengobrol. Murni bercerita bahwa ia dan Iwan belum punya anak. Lalu tiba-tiba Murni menunjuk ke atap rumah dan berkata, “Apakah kamu suka burung merpati? Lihat! Di atas sana.” Di atap, sepasang merpati sedang berciuman. Namun, tiba-tiba langit mendung dan awan badai datang.

Baca juga: Menumpas Gerakan Aron

“Murni membiarkan angin kencang mengacak-acak rambut hitamnya, dan menatap awan yang penuh gejolak. ‘Dari semua keajaiban alam, ini adalah momen favoritku’, gumamnya dengan tatapan yang tampak gembira sekaligus sedih...,” kenang Inoue.

Pertemuan Inoue dan Murni membuat kondisinya memburuk. Ia beberapa kali ditemukan sedang tertidur lelap di taman dan basah kuyup. Dokter mengatakan ia mungkin menderita somnambulisme atau tidur sambal berjalan. Chokan bahkan pernah melihatnya tidur di taman dengan pakaian Cina.

“Pada titik ini, dalam percakapan Chokan, saya menjadi murung, mengingat pertanyaan, ‘Bagaimana jubah Cina ini bisa melepaskan parfum heliotrope (parfum yang dipakai Murni)?’,” tulis Inoue.

Chokan menduga kondisi Inoue dipengaruhi oleh tekanan mental ketika mengurus gerakan Aron. Chokan menyarankan ia beristirahat di Brastagi. Inoue pun mengikuti anjuran Chokan.

Di Brastagi, suatu hari tiba-tiba Murni dan seorang teman datang mengunjungi Inoue. Murni menanyakan kabar Inoue. Mereka kemudian minum teh di teras. Namun, entah mengapa Inoue justru kesal. Ia berlari menuruni bukit dan melompat ke atas kuda. Ia memacu kudanya dengan kencang dan berteriak, “Jika kamu dianggap orang gila, mengapa tidak bertindak seperti itu?”

Inoue tampaknya menyimpan rasa kepada Murni dan membuatnya gila. Bahkan memoar yang ia buat dalam persembunyiannya di tengah hutan semata-mata karena permintaan Murni.*

TAG

gerakan aron sumatra timur inoue tetsuro

ARTIKEL TERKAIT

Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika Hukuman Penculik Anak Gadis Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI