Bung Hatta "Ngedumel" di Jogjakarta

Berniat rehat, Bung Hatta malah dibuat senewen. Mulai dari sampah, toko buku majalah dewasa, hingga leletnya pelayanan polisi menggangu pemandangan Hatta di Kota Jogja.

Oleh: Martin Sitompul | 17 Jan 2025
Bung Hatta "Ngedumel" di Jogjakarta
Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI pertama (1945--1956). (Sumber: Koleksi Digital Perpustakaan Universitas Leiden.)

SELAIN ke villa Megamendung di kawasan Puncak, Bogor, Bung Hatta biasanya pergi ke Yogyakarta menghabiskan waktu rehat dari rutinintasnya sebagai wakil presiden di Jakarta. Untuk tujuan itulah Bung Hatta berkunjung ke Yogyakarta pada pekan pertama Maret 1956. Keberangkatan Bung Hatta ke Jogja disertai oleh kedua sekretaris pribadinya, yaitu Wangsanegara dan Mohammad Tamjiz.

“Waktu untuk istirahat itu telah dipergunakan juga untuk memberikan kuliah-kuliah, dan ceramah untuk para mahasiswa, pertemuan dengan beberapa instansi, meninjau daerah Jogjakarta dengan cara incognito dan menghadiri dua kali peringatan Mi'radj Nabi Muhammad SAW, yaitu masing-masing yang diadakan oleh Angkatan Perang dan Panitia Hari Besar Islam Jogjakarta,” lansir Kedaulatan Rakjat, 14 Maret 1956, memberitakan aktivitas Bung Hatta selama di Jogja.

Pada hari pertama di Jogja, Bung Hatta jalan pagi keliling kota usai shalat subuh. Sepanjang jalan, pandangan matanya tertuju pada kebersihan kota. Di mana-mana ada sampah. Mulai dari Jalan Ngabean, tong-tong sampah terlihat penuh sesak dan berlimpah-limpah. Sepertinya sudah sekira 2-3 hari tidak diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum. Sementara itu, di Jalan Pathuk malahan sudah membentuk bukit sampah.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kelola Sampah untuk Cegah Musnah

Kalau di Ngabean, sampah-sampah melimpah lantaran tong sampah kepenuhan. Maka di Pathuk bahkan tong sampah tidak tersedia. Beberapa bulan sebelumnya, Bung Hatta juga ke Jogja dan menyaksikan timbunan sampah di depan Kantor Balai Kota di Jalan Masjid.

“Kalau di depan kantor Balaikota sendiri sudah demikian kotornya, maka tidak heran kalau keadaan serupa terdapat di berbagai tempat,” gumam Bung Hatta.

Tamjiz sempat mengeluhkan perkara sampah itu ke pihak DPU. Namun, hingga Bung Hatta melalui jalanan itu, sampah-sampah tetap meluap dan membukit tak terangkat. Selain di jalanan, trotoar pun tak luput dicumbu sampah. Ketika rombongan Bung Hatta melewati Jalan Malioboro sampai di Tugu, trotoar-trotoar penuh juga dengan sampah. Kemungkinan sampah-sampah itu ditimbun oleh para pemilik rumah sekitar jalan tersebut. Lagi-lagi tong sampah tiada terlihat dan pekerja yang membersihkan belum kunjung datang. Bung Hatta hanya bisa geleng-geleng kepala. Menurutnya pemerintah Kotapraja Jogjakarta seolah tak mau maju soal kebersihan kota.

“Terserah kepada Pak S. Purwo walikota kita menjawab benar tidaknya pendapat Bung Hatta di atas,” sentil Kedaulatan Rakjat.

Baca juga: Bung Hatta: Pejabat Pemarah ke Ahli Jiwa Saja

Lanjut di Tugu Kidul, Bung Hatta tertarik menyinggahi toko buku. Sebagai pencinta buku, maka Bung Hatta mampir sebentar. Baru sejenak melihat-lihat etalase dan rak buku, Bung Hatta dikejutkan dengan majalah-majalah dewasa yang dijajakan secara bebas. Kebanyakan berasal dari luar negeri, seperti De Lach, Scoun Stories, Motion Picture, dan Photoplay. Majalah-majalah itu kerap menampilkan wanita dengan pose vulgar pada sampul depan. Untuk masa itu, pemandangan demikian masih tabu untuk dipandang masyakarat karena termasuk pornografi.

“Apa artinya toko buku jual buku-buku yang tidak susila?” sindir Bung Hatta lagi.

Pemandangan ganjil masih belum berhenti mengiringi tur Bung Hatta di Jogja. Setelah keluar dari toko buku di Tugu Kidul tersebut, ia menukas, “Mana pemuda Islam?” Pertanyaan Bung Hatta ini tidaklah aneh mengingat Jogjakarta di masa pergerakan nasional menjadi daftar bali slot 88 pusat gerakan pemuda Islam. Sebut saja seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Pejuang Islam, HMI, GPII. Tapi hari itu, Bung Hatta tidak melihatnya. Barangkali karena hari masih pagi. Setelah itu, Bung Hatta singgah lagi di depan kantor redaksi majalah ternama terbitan Jogja, Minggu Pagi, untuk membaca majalah terbitan terbaru.

Baca juga: Belajar Membaca dari Bung Hatta

Ketika hendak kembali ke Gedung Negara, hujan turun dengan amat derasnya. Rombongan Bung Hatta sampai harus berteduh di bawah pohon di depan Kantor Besar Polisi di Jalan Malioboro. Pak Tamjiz minta bantuan polisi dengan maksud agar Bung Hatta boleh diantar pulang pakai jip polisi. Permintaan itu tak langsung diluluskan. Polisi piket mempersilakan Pak Tamjiz menghubungi petugas Bagian Kendaraan di bagian belakang kantor. Sudah dioper begitu, ternyata petugas yang mengurus kendaraan masih belum bangun. Cuaca memang mendukung untuk tidur. Kendati demikian, sebenarnya tak ada alasan untuk molor. Petugas polisi harus melayani masyarakat apalagi yang perlu bantuan saat itu adalah Wakil Presiden Mohamad Hatta.

Bung Hatta masih menunggu. Andong maupun delman tak ada yang lewat. Pak Wangsa sempat menawarkan untuk naik becak saja. Tapi, Bung Hatta tak sampai hati naik becak. Saat itu becak masih didorong tenaga manusia, bukan dikayuh seperti sepeda zaman sekarang. Bung Hatta kian tak tega naik becak apalagi hujan sedang lebat-lebatnya.

Setelah sekian lama, lewat sambungan telepon Bung Hatta minta kendaraan dari Gedung Negara. Sejurus kemudian datanglah mobil kepresidenan “Indonesia 2”. Semua rombongan yang terdiri dari enam orang itu masuk bersesak-sesakkan, termasuk Bung Hatta.

Baca juga: Cerita Presiden RI dan Mobil Mercy-nya

Saat memasuki Gedung Negara, bendera mobil kepresidenan “Indonesia 2” yang ditumpangi rombongan Bung Hatta lagi tidak dipasang. Dari jauh mobil itu tampak penuh oleh penumpang. Penjaga hanya melihat tanpa memberi hormat. Tidak disangka ada Bung Hatta di dalamnya. Mereka baru tahu dan terkejut sesudah Bung Hatta turun memasuki Istana.

Bagi Bung Hatta, seperti diberitakan Kedaulatan Rakjat, hari itu tidak begitu menyenangkan. Namun, jauh setelahnya Jogja banyak berbenah. Hingga saat ini, Jogja terkenal dengan reputasi sebagai kota pelajar dan sudah tujuh kali meraih Adipura, penghargaan untuk kota terbersih.

TAG

bung hatta jogjakarta wakil presiden

ARTIKEL TERKAIT

Ulah Letkol Sitompul Bikin Bung Karno Marah Kisah Romansa Pramoedya Leluhur Ketua Pemuda Pancasila Jago Perang Casanova, Wolter Mongisidi dan Aparat Gadungan “Hallo Dek” Senembah Tan Malaka Gunung Semeru, Gisius, dan Harem di Ranupane Peliharaan Kesayangan Hitler Itu Bernama Blondi Kisah Sabidin Bangsawan Palsu Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika