Masuk Daftar
My Getplus

Senandung Masa Lalu dari Kaset Pita

Sempat berjaya di industri musik Tanah Air. Namun, kini kaset pita tinggal menunggu waktu untuk dilupakan.

Oleh: Fernando Randy | 07 Mar 2021
Album milik Daniel Sahuleka yang direkam dalam pita kaset. (Fernando Randy/Historia.id).

Hari Musik Nasional jatuh tiap 9 Maret. Pemilihan berdasar pada kelahiran Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan Indonesia yang berjudul Indonesia Raya. Walaupun baru ditetapkan pada 2013, musik di Nusantara sendiri sudah mengalun sejak lampau dengan berbagai medium pemutarnya. Salah satunya kaset.

Foto berbagai jenis musik yang direkam dalam kaset. (Fernando Randy/Historia.id).

Kaset kali pertama dibuat oleh perusahaan Philips di Eropa pada 1963. Di Amerika Serikat, kaset disebut compact cassette. Memasuki dekade 1970-an, kaset semakin populer di industri musik dunia hingga akhirnya menyapa Indonesia.

Baca juga: Cerita dari Gulungan Pita

Advertising
Advertising

Sebelumnya, para musisi dalam negeri masih menggunakan piringan hitam sebagai media rekam untuk memperdengarkan musik mereka kepada para penikmat musik. Hingga dekade 1970-an, barulah piringan hitam mulai berganti menjadi kaset.

Tampak ratusan kaset tersusun rapi di salah satu kios di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat. (Fernando Randy/Historia.id).

Menurut Muhammad Mulyadi, sejarawan Universitas Padjajaran, dalam Industri Musik Nasional (Pop, Jazz, Rock 1960-1990), perusahaan rekaman dalam negeri pertama kali menggunakan kaset pada 1973. Murah, praktis, dan bisa dibawa kemana saja menjadi alasan mengapa akhirnya kaset mulai meroket di kalangan musisi. 

Baca juga: Dari Gramofon hingga Music Streaming

Bahkan, di puncak popularitasnya pada 1980 hingga 1990-an, industri kaset turut serta mendongkrak pemasukan negara. Miliaran rupiah masuk ke kas negera melalui stiker Pajak Pertambahan Nilai dari setiap keping kaset yang dijual.

Berbagai jenis kaset yang tersisa saat ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Salah satu pedagang kaset yang tersisa di kawasan Jalan Surabaya, Jakarta Pusat. (Fernando Randy/Historia.id).

Tapi roda nasib berputar. Kaset yang tadinya populer, berangsur ditinggalkan. Era merekam dengan metode pita berganti dengan digital. Dekade 2000-an menandai akhir kaset setelah muncul era compact disc hingga platform musik digital.

Baca juga: Asal-Usul Pemutar Musik

Tapi sebenarnya kaset tidak sepenuhnya hilang dari peredaran. Masih banyak pedagang kaset di Jakarta seperti di Blok M, Jalan Surabaya, dan Jatinegara. Kebanyakan yang dijual adalah kaset lawas. Salah satu pedagangnya bernama Ridwan (47). “Saya amat menyukai musik sejak kecil,” kata Ridwan.

Menurutnya, pembeli kaset bukan hanya kolektor berusia lanjut, melainkan juga anak-anak muda. “Mungkin karena mereka tidak mengalami masa kaset jadi penasaran dan akhirnya beli,” tambahnya.

Ridwan salah satu penjual kaset di kawasan Blok M. (Fernando Randy/Historia.id).
Ridwan saat menunjukan salah satu kaset favoritnya. (Fernando Randy/Historia.id).
Ridwan membersihkan salah satu kaset miliknya menggunakan alat pemutar kaset dan tisu. (Fernando Randy/Historia.id).

Ketika Historia.id menyambangi tokonya di Blok M, tampak beberapa pembeli yang usianya beragam. Pemandangan serupa juga tampak di toko kaset milik Untung yang juga terletak di Blok M. Beberapa anak muda terlihat asyik mengobrol dengan pria asal Bogor tersebut sebelum membeli sebuah kaset Jazz.

Baca juga: Mengalun Bersama Sejarah Jazz

“Menurut saya keunikan kaset itu banyak. Dari cover albumnya yang bagus, kualitas suara karena itu pita, dan mungkin sensasinya saat kita memperbaiki pita itu saat kusut atau kotor,” katanya.

Untung, salah satu penjual kaset terlama di kawasan Blok M. (Fernando Randy/Historia.id).
Pita yang saat ini mulai ditinggalkan oleh para musisi. (Fernando Randy/Historia.id).
Salah satu kaset yang diputar dikawasan Blok M. (Fernando Randy/Historia.id).

Pada akhirnya memang hanya semangat untuk mengkoleksilah yang membuat benda seperti kaset masih tetap ada hingga saat ini. Selain itu tentu keyakinan bahwa musik tidak akan pernah berhenti. Seperti keyakinan yang dikatakan oleh Untung. “Kenapa saya masih berdagang kaset hingga era saat ini, karena saya yakin kaset tidak pernah sepi peminat dan musik tidak akan pernah mati,” tutupnya.

Berbagai album yang ada di kios milik Ridwan di Blok M. (Fernando Randy/Historia.id).
Salah satu album milik para musisi senior Eros, Chrisye, dan Yockie yang masih direkam dalam pita kaset. (Fernando Randy/Historia.id).

 

TAG

musik

ARTIKEL TERKAIT

Muslim Penting dalam Musik Pop Kisah di Balik Alat Musik Kesayangan Squidward Sebelum Ahmad Albar Sukses di Indonesia Di Balik Lagu “Nuansa Bening” Papa T. Bob dan Lagu Anak Dion (Seolah) Diselamatkan Angka Lima Konser Band yang Memekakkan Telinga Muhammadiyah dan Musik Buya Hamka dan Musik Jhonny Iskandar dan Orkes Moral