Masuk Daftar
My Getplus

Kisah di Balik Alat Musik Kesayangan Squidward

Klarinet muncul pertama kali pada awal abad ke-18 dan menjadi hiburan bagi kalangan atas. Tak hanya dimainkan oleh musisi profesional, kini siapa saja bisa memainkannya termasuk Squidward Tentacles.

Oleh: Amanda Rachmadita | 09 Okt 2024
Tangkapan layar salah satu episode serial animasi SpongeBob SquarePants ini menampilkan Squidward Tentacles yang tengah memainkan alat musik klarinet. (Youtube SpongeBob SquarePants Official).

Sebagian besar orang tentu tak asing dengan serial animasi SpongeBob SquarePants. Acara televisi yang pertama kali mengudara pada 17 Juli 1999 itu diciptakan oleh seorang animator bernama Stephen Hillenburg yang memiliki ketertarikan terhadap laut, khususnya biologi kelautan.

Tingginya popularitas serial animasi yang menggambarkan kehidupan berbagai hewan di bawah laut itu juga membuat banyak orang sudah hafal di luar kepala nama-nama karakter yang kerap muncul dalam berbagai episode SpongeBob SquarePants. Meski begitu, tahukah anda bahwa tanggal 9 Oktober merupakan tanggal lahir Squidward Tentacles?

Digambarkan sebagai seekor cumi-cumi yang mengenakan pakaian berwarna cokelat muda, Squidward merupakan tetangga serta rekan kerja SpongeBob yang memiliki minat besar pada dunia seni. Berbeda dengan SpongeBob yang seringkali dikisahkan sebagai sosok yang bahagia, menyukai pekerjaannya sebagai juru masak di Krusty Krab –restoran yang dikelola oleh Eugene Krabs- dan menghabiskan waktu luangnya dengan bermain permainan konyol bersama Patrick, Squidward justru selalu murung, tidak menikmati pekerjaannya sebagai kasir di Krusty Krab, tidak memiliki teman dan menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan yang “konstruktif”, seperti membuat karya seni, bermain alat musik, atau membaca.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Tokio Jokio, Film Animasi Propaganda AS Masa Perang Dunia II

Menurut Heather Hendershot dalam Nickelodeon’s Nautical Nonsense: The Intergenerational Appeal of SpongeBob SquarePants, termuat di Nickelodeon Nation: The History, Politics, and Economic of America’s Only TV Channel for Kids, karakter Squidward yang sarkas dan perlawanannya terhadap kesenangan tak hanya bertolak belakang dengan SpongeBob yang cenderung kekanak-kanakan dan agresif, tetapi juga melambangkan semua hal suram tentang menjadi orang dewasa.

“Jika SpongeBob adalah seorang anak laki-laki, maka Squidward adalah seorang pria, yang memberikan gambaran tentang hal-hal yang memalukan maupun menyebalkan dari dunia orang dewasa. Namun, perbedaan karakter yang sangat mencolok di antara SpongeBob dan Squidward inilah yang menyeimbangkan daya tarik antargenerasi dan membuat serial animasi ini tak hanya diminati oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa,” tulis Hendershot.

Kendati kerap ditampilkan sebagai sosok yang murung dan pesimis, dalam beberapa episode SpongeBob SquarePants tak jarang Squidward terlihat santai dan menikmati waktu luangnya ketika tengah melukis maupun berlatih klarinet. Kecintaan Squidward terhadap klarinet besar kemungkinan berkaitan dengan karakternya yang kerap bertingkah laku seperti seorang aristokrat. Menurut ahli musik, Albert R. Rice, dalam The Chalumeau and Clarinet Before Mozart, termuat di The Clarine, sejumlah musisi pada akhir abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas dilatih dengan beberapa alat musik tiup dan petik, yang membuat mereka menjadi penampil serbaguna untuk pertunjuka di kota-kota dan para bangsawan.

Di masa itu pula, klarinet muncul dan mulai dikenal oleh masyarakat. Sejarah klarinet terkait erat dengan keberadaan alat musik chalumeau. Meski keduanya merupakan alat musik tiup dengan reed tunggal, asal-usul dan perkembangan dua alat musik ini berbeda. Chalumeau muncul pada tahun 1694, sementara klarinet mulai dikenal pada tahun 1710-an.

Rice menulis bahwa chalumeau reed tunggal pada akhir abad ke-17 pertama kali muncul sekitar tiga belas tahun sebelum clarinet dua tuts, dalam sebuah nota pembelian alat musik tahun 1687 dari Nuremberg untuk Adipati Römhild-Sachsen, sebagai Ein Chor Chalimo von 4.Stücken. Gaya musiknya yang meniru trompet asli, membuat alat musik yang kerap disebut sebagai trompet tiruan ini menjadi instrument yang populer untuk digunakan oleh para pemain amatir. Di masa-masa awal kehadirannya, alat musik ini juga dijual sebagai alat musik mainan.

Di sisi lain, klarinet diperkirakan muncul pada awal abad ke-18 dan diciptakan oleh seorang pembuat alat musik tiup kayu terkenal di Nuremberg bernama Johann Christoph Denner (1655-1707). Meski begitu, dokumentasi pertama klarinet yang dipesan dari Nuremberg adalah pada tahun 1710. Berbeda dari chalumeau, klarinet dimaksudkan untuk bermain terutama di register atas, dengan dasar-dasar (yang terbatas pada chalumeau) sebagai tambahan.

Menurut Roland Jackson dalam Performance Practice, nama alat musik tiup ini diambil karena suara yang dihasilkannya tidak jauh berbeda dengan clarino, salah satu jenis trompet. Oleh karena itu alat musik ini kemudian dikenal dengan nama klarinet, di mana penambahan akhiran “et” didasarkan pada ukuran alat musik tersebut yang terbilang kecil.

Dalam sebuah catatan, alat musik tiup ini tampil untuk pertama kali di sebuah acara yang berkaitan dengan perayaan penobatan Kaiser Karl VI di tahun 1712. Lambat laun, klarinet menjadi alat musik yang umum digunakan oleh para musisi profesional di istana, gereja, dan teater.

“Representasi paling awal yang diketahui tentang pemain klarinet menunjukkan seorang pria berpakaian bagus memainkan klarinet dua tuts di sebuah ruangan mewah di tempat yang mungkin merupakan kediaman orang kaya,” tulis Rice. Klarinet juga umum digunakan dalam sejumlah konser dan opera. Biasanya klarinet akan dipasangkan dengan trompet dan timpani, yang mungkin disebabkan oleh warna nada yang mirip di register atas.

Seiring dengan meningkatnya popularitas klarinet, alat musik ini tak hanya dimainkan di acara-acara penting atau pesta-pesta yang dihadiri oleh para pembesar tetapi juga tampil di kedai minuman, pesta-pesta pribadi, atau di jalanan. Musisi yang memiliki minat besar terhadap klarinet, Eric Hoperich menulis dalam Clarinet Iconography, termuat di The Clarinet, bahwa pada abad ke-19, pemain klarinet miskin yang berkeliling kota untuk mengamen seakan telah menjadi pemandangan yang umum.

Baca juga: 

Mengalun Bersama Sejarah Jazz

Sementara itu, kemunculan Jazz pada akhir abad ke-19 membawa klarinet ke barisan depan grup band, di mana posisi ini akan bertahan selama beberapa dekade. Pada saat itu, fotografi sudah mulai menggantikan gambar buatan tangan. Musik adalah medianya, tetapi “pertunjukan” adalah bagian besar dari era Vaudeville, sehingga menjadi hal yang umum bagi pemain klarinet untuk menari dan bertingkah konyol saat bermain.

Klarinet seakan menjelma dari sebuah alat musik yang identik dengan aktivitas seremonial dan eksklusif di masa-masa awal kemunculannya menjadi lebih fleksibel dan berhasil menyesuaikan diri dengan berbagai jenis musik yang digemari masyarakat. Tak hanya dalam dunia musik, popularitas klarinet yang terus meningkat bahkan menarik minat sejumlah pelukis besar untuk memasukkan instrumen ini ke dalam karya mereka, beberapa di antaranya adalah Pablo Picasso dengan lukisan Man with a Clarinet (1911), dan Georges Braque dengan karyanya Bottle of Rum on a Mantelpiece (1911).

“Satu hal yang menarik adalah, kedua karya itulah yang kemudian meluncurkan para seniman ini ke orbit baru, yakni kubisme,” tulis Hoperich.

Pada akhirnya, kehadiran klarinet sebagai alat musik kesayangan Squidward Tentacles dalam serial animasi Spongebob Squarepants membuat alat musik ini semakin populer. Seperti halnya Squidward, tak sedikit orang yang kemudian tertarik untuk berlatih alat musik ini.

TAG

kartun alat musik

ARTIKEL TERKAIT

Tokio Jokio, Film Animasi Propaganda AS Masa Perang Dunia II Menuturkan Sejarah Jakarta Lewat Furnitur Pencabutan Artikel dan Permohonan Maaf Menyongsong Wajah Baru Museum Nasional Indonesia dan Pameran Repatriasi Sejarah Gambang Kromong dan Wayang Potehi Menteri Nadiem: Masih Banyak Benda Bersejarah Indonesia yang Belum Dikembalikan Pekerjaan Aneh yang Diimpikan Bangsawan Kerajaan Inggris Sastra Melayu Tionghoa, Pelopor Sastra yang Merana Hasrat Nurnaningsih Menembus Hollywood Saat Ringo Starr Turut Mempopulerkan Thomas & Friends