Masuk Daftar
My Getplus

Orang Pertama yang Menjual Saham VOC

Jan Allertsz membeli saham VOC kala perusahaan itu melakukan IPO. Namun, ia kemudian menjual sahamnya karena tak memiliki uang untuk membayar angsuran pembelian saham.

Oleh: Amanda Rachmadita | 12 Jan 2024
Bursa Efek Amsterdam (Claes Jansz. Visscher/Wikimedia Commons)

NAMA Warren Buffet, Ken Griffin, dan James Harris Simons alias Jim Simons sudah tak asing bagi mereka yang berkecimpung di dunia saham. Ketiga tokoh itu kerap menjadi perbincangan karena berhasil membangun kekayaan melalui investasi saham. Namun, pernahkah anda mendengar nama Jan Allertsz?

Jan Allertsz merupakan orang pertama yang menjual saham tahun 1603. Setahun sebelumnya, ia membeli saham VOC yang baru didirikan pada 20 Maret 1602. Pria yang berasal dari keluarga pengusaha kapal tongkang yang beroperasi antara Amsterdam dan London itu menjual saham senilai 2.400 gulden kepada Maria van Egmont tanggal 3 Maret 1603. Masih di hari yang sama, Allertsz kembali menjual sahamnya seharga 600 gulden kepada Nyonya van Barssum di Den Haag.

Menurut Herald van der Linde dalam Asia’s Stock Markets from the Ground Up, Allertsz menjadi orang pertama yang menjual sahamnya ke orang lain. “Ini adalah saham pertama yang diperdagangkan untuk kedua kalinya –yaitu setelah VOC melakukan IPO– menandai dimulainya transaksi pasar saham sekunder, yang kini menjadi bisnis bernilai miliaran dolar di seluruh dunia,” tulisnya. IPO (initial public offering) adalah penawaran umum perdana saham oleh perusahaan.

Advertising
Advertising

Baca juga: VOC Sebagai Perusahaan Saham Gabungan

Mulanya terdapat aturan investor harus menanamkan uangnya dalam jangka waktu yang lama karena akan digunakan sebagai modal pelayaran dan ekspansi bisnis VOC. Namun, para petinggi VOC menyadari bahwa sepuluh tahun merupakan waktu yang lama, sehingga para investor mungkin saja mengurungkan niatnya untuk menanamkan uang mereka.

Oleh karena itu, pada halaman pertama dari daftar pembelian saham tercantum ketentuan tambahan, yakni penyerahan atau pemindahan (saham) dapat dilakukan melalui pemegang buku daftar nama pemilik saham VOC. Dengan demikian, para investor tidak perlu menunggu hingga tahun 1612 –sepuluh tahun setelah pembelian saham pada 1602– untuk mendapatkan kembali uang yang telah mereka investasikan. Itulah yang dilakukan oleh Allertsz.

Lodewijk Petram dalam The Worlds First Stock Exchange menyebut selama periode pembelian saham pada Agustus 1602, para investor yang tertarik membeli saham tak datang ke rumah Dirck van Os, salah satu pendiri VOC, di Nes, Belanda, dengan membawa kantong-kantong penuh koin dan emas. Yang mereka lakukan hanyalah berjanji untuk melakukan investasi.

“Dengan menandatangani nama mereka, Neeltgen Cornelis, Jan Allertsz, dan yang lainnya telah berjanji untuk menghasilkan jumlah yang telah disepakati di masa depan,” tulis Petram.

Baca juga: Asisten Rumah Tangga Jadi Pemilik Saham Pertama VOC

Pembayarannya dapat dilakukan melalui angsuran. Mulanya tiga kali kemudian diubah menjadi empat kali angsuran. Tanggal pembayaran biasanya bertepatan dengan puncak-puncak kebutuhan modal untuk operasional VOC dalam pelayaran berikutnya.

Hal itu pertama kali pada 25 Februari 1603, ketika Heeren Zeventien atau Dewan Tujuh Belas meminta pembayaran 25 persen dari jumlah saham yang dipesan. Enam hari kemudian, Allertsz membatalkan pembelian sahamnya karena tidak mampu membayar 750 gulden pada awal musim berlayar. Ia menjual sahamnya kepada orang lain.

“Apa yang Maria van Egmont dan Nyonya van Barssum bayarkan kepada Allertsz adalah hak untuk diizinkan berinvestasi di VOC,” tambah Petram.

Ko Unoki dalam Mergers, Acquisitions and Global Empires: Tolerance, Diversity, and the Success of M&A menjelaskan, pada masa-masa awal VOC berdiri, perusahaan ini tidak memberikan sertifikat saham kepada para investor dalam pengertian modern. Misalnya, saat seorang investor mendatangi kediaman Dirck van Os untuk mendaftar sebagai pemegang saham VOC Kamer Amsterdam tahun 1602, mereka hanya perlu menemui pemegang buku yang akan menuliskan namanya ke dalam daftar pembeli saham. Selanjutnya, ketika para investor sudah menyetorkan uangnya ke perusahaan, tanda terima pun diterbitkan.

Baca juga: Dokumen Saham Tertua VOC Ditemukan

Sementara itu, karena IPO hanya berlangsung sepanjang Agustus 1602, banyak investor yang baru tertarik membeli saham setelah pendaftaran ditutup karena tertular antusiasme para pembeli saham sebelumnya. Akibatnya, ketika orang-orang seperti Allertsz memutuskan untuk menjual sahamnya, banyak orang tertarik membelinya.

“Hal ini menjelaskan mengapa harga saham Kompeni naik di atas 100 segera setelah tanggal 1 September. Permintaan akan investasi di VOC melebihi penawaran, sehingga harganya naik,” ungkap Petram.

Selain Allertsz, menurut Petram, ada delapan transaksi jual beli saham pada Maret 1603. Pembukuan mencatat tiga transaksi lagi pada bulan berikutnya. Tak butuh waktu lama transaksi itu meningkat menjadi 44 di bulan Mei. Para penjualnya merupakan para pemegang saham yang menjual sahamnya karena waktu pembayaran semakin dekat.

Lantas, seperti apa proses jual beli saham pada masa itu?

Berhubung kediaman Dirck van Os tidak lagi menjadi kantor sementara VOC, Allertsz dan kedua calon pembeli sahamnya harus melapor kepada pemegang buku yang berkantor di tempat baru di Amsterdam.

Baca juga: Cikal Bakal Bursa Saham

Sebuah prosedur telah ditetapkan bagi mereka yang hendak membeli maupun menjual saham. Pembeli dan penjual –atau perwakilan resmi mereka– harus hadir bersama di hadapan pemegang buku, dan dua direktur perusahaan harus menyetujui pemindahan saham tersebut sebelum dinyatakan sah. Langkah-langkah administratif ini diperlukan karena VOC tidak menerbitkan saham yang secara fisik tidak tertulis nama pemilik sehingga mudah dialihkan kepemilikannya kepada orang lain.

Di sisi lain, penting bagi VOC untuk mengetahui dengan tepat siapa yang memiliki saham-saham di perusahaan itu. Hal ini dikarenakan rencana awalnya adalah para pemegang saham akan dapat meminta investasi mereka dikembalikan setelah sepuluh tahun, dan Kompeni tentu saja perlu mengetahui berapa banyak yang harus dibayarkan.

Demikian pula halnya dengan pembayaran dividen. Dividen yang menjadi hak para pemegang saham didasarkan pada nilai nominal investasi mereka, dan oleh karena itu penting bagi pemegang buku, yakni Barent Lampe, untuk selalu mendapatkan informasi terbaru secara akurat mengenai kepemilikan saham semua pemegang saham. Sejalan dengan kesuksesan VOC di tahun-tahun berikutnya, saham perusahaan itu pun masih menjadi primadona para investor.*

TAG

voc saham

ARTIKEL TERKAIT

Arsip Merekam Anak Yatim Zaman Kolonial Tanujiwa Pendiri Cipinang dan Bogor Saat Peti Laut jadi Penanda Pangkat Pegawai VOC Perantau Tangguh yang Menaklukkan Batavia Susunan Pemerintahan VOC Daeng Mangalle dan Konspirasi Melawan Raja Thailand Awal Mula Meterai di Indonesia Kisah Pejabat VOC Dituduh Korupsi tapi Malah Dapat Promosi Ambisi van Goens Membangun Batavia Baru di Ceylon Kisah Dua Anak Gubernur Jenderal VOC yang Bermasalah