Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Dua Anak Gubernur Jenderal VOC yang Bermasalah

Gubernur Jenderal Rijcklof van Goens memiliki dua anak yang bekerja di VOC. Keduanya bermasalah.

Oleh: Amanda Rachmadita | 28 Agt 2024
Lukisan Gubernur Jenderal Rijcklof van Goens. Dipuji atas prestasinya sebagai seorang diplomat, ia diangkat menjadi gubernur jenderal VOC pada tahun 1678. (KITLV).

NAMA Rijcklof van Goens tak hanya dikenal sebagai gubernur jenderal VOC, prestasinya sebagai diplomat juga diakui di kalangan Kompeni. Van Goens pernah ditunjuk menjadi utusan VOC ke Keraton Mataram. Pengetahuannya tentang keadaan politik di keraton membuka jalan bagi Kompeni untuk mengatasi kemelut politik yang terjadi di Kerajaan Jawa. Van Goens pernah empat kali melakukan kunjungan ke wilayah Mataram dalam kurun tahun 1648 dan 1654. Ia pun pernah melakukan perjalanan ke daerah pedalaman Jawa.

Perjalanan karier van Goens sebagai pegawai VOC tak dapat dikatakan mudah. Putra perwira kavaleri di garnisun Belanda itu berlayar ke Batavia tahun 1628 bersama orang tuanya. Nahas, tak lama setelah tiba di Batavia, van Goens yang kala itu berusia sebelas tahun menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal dunia (1629-1630).

Van Goens tetap tinggal di Batavia di bawah asuhan pamannya, Boycke Boyckes van Goens. Menurut Erik Odegard dalam Patronage, Patrimonialism, and Governors’ Careers in the Dutch Chartered Companies, 1630–1681: Career of Empire, pamannya inilah yang membuka kesempatan bagi van Goens untuk memulai kariernya. Di usia yang tergolong muda, van Goens mendapat pekerjaan sebagai asisten junior Arent Gardenijs, salah satu pejabat VOC di Pantai Coromandel pada 1632.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Nepotisme Sudah Terjadi Sejak Zaman VOC

Berawal dari posisi rendahan ini, karier van Goens melesat dengan cepat. Ia naik pangkat menjadi pegawai perusahaan tanpa pangkat di Batavia dengan gaji 12 gulden per bulan pada 1626, menjadi asisten setahun kemudian, dan menjadi pedagang junior pada 1639. Tiga tahun kemudian, pada Oktober 1642, ia dipromosikan menjadi pedagang (koopman), dan pada Februari 1645 menjadi kepala sementara kantor pembayaran di Batavia (soldijcomptoir). Setahun berselang, pangkatnya kembali naik menjadi pedagang utama (opperkoopman).

Para pejabat VOC di Batavia terkesan dengan kemampuan van Goens dalam menjalankan tugas-tugasnya. Tak heran bila van Goens kerap mendapat tugas untuk mengatasi persoalan-persoalan berat yang dialami VOC di Nusantara, salah satunya berhubungan dengan Mataram. Selain itu, ia juga pernah mendapat tugas untuk memerangi Portugis di sekitar Goa dan Ceylon. Misi ini berhasil, dan setelah menghancurkan lima kapal layar besar Portugis di lepas pantai Goa, van Goens diangkat menjadi anggota Dewan Hindia pada 1653.

Van Goens memiliki ambisi melakukan ekspansi imperium VOC di Asia. Ketika kembali ke Belanda pada 1650-an, ia mencoba meyakinkan Dewan Tujuhbelas (Heeren Zeventien) mengenai keuntungan menguasai wilayah Ceylon. Setelah berhasil meyakinkan para direktur VOC, van Goens kembali ke Hindia Timur untuk menjalankan misinya.

Setelah memimpin pertempuran melawan kerajaan-kerajaan lokal, van Goens diangkat menjadi gubernur Ceylon pada 1660-an dan 1670-an. Kinerjanya yang dianggap mumpuni, serta hubungan baik dengan para direktur VOC membuat kariernya terus merangkak naik. Pada 1678 van Goens ditunjuk untuk menggantikan Joan Maetsuycker sebagai gubernur jenderal.

Tak berbeda dengan pejabat-pejabat VOC lainnya, van Goens juga menjadi patron bagi orang-orang terdekatnya, khususnya putra-putrinya. Ada dua anak van Goens yang membangun karier di VOC, yakni Rijkloff Junior (1642-1687) dan Volckert van Goens (1644-1693). Rijckloff Junior telah bekerja bersama ayahnya di Ceylon sejak pertengahan tahun 1660-an dan seterusnya, sebagai opsiender Galu Korale dan dessave Matara. Setelah ayahnya kembali ke Batavia untuk menjadi direktur jenderal lalu diangkat sebagai gubernur jenderal, Rijkloff Junior dipromosikan menjadi gubernur Ceylon, posisi yang sebelumnya diduduki ayahnya.

Tak banyak kebijakan baru yang dijalankan Rickloff Junior. Ia justru mengikuti kebijakan ayahnya, yakni meningkatkan kontrol teritorial VOC di Ceylon dan menyelesaikan program benteng. Akan tetapi, persaingan sengit di antara pejabat tinggi di Ceylon dan Batavia menyulitkan Rijkloff Junior. Menurut Kerry Ward dalam Networks of Empire: Forced Migration in the Dutch East India Company, hal ini pula yang pada akhirnya menyebabkan kejatuhan van Goens. “Ia akhirnya dipaksa mengundurkan diri, seperti halnya ayahnya yang menjabat sebagai gubernur jenderal pada tahun 1680,” tulis Ward.

Rijkloff Junior kembali ke Batavia dan ditawari posisi Comissaris en Vistateur-Generaal over de subaltern comptoiren in India. Posisi ini memungkinkan Hoge Regering atau Pemerintah Agung untuk memanfaatkan pengalaman Rijkloff Junior untuk mengelola salah satu administrasi regional VOC. “Ini adalah ‘jalan keluar’ yang terhormat bagi seorang gubernur yang bermasalah,” tulis Odegard. Namun, Rijkloff Junior menolak jabatan tersebut sesaat setelah ia tiba di Batavia pada 1680.

Rijkloff Junior kemudian pergi ke Belanda untuk bertemu perwakilan Heeren Zeventien. Pertemuan itu menghasilkan keputusan mengangkat Rijkloff Junior menjadi anggota dewan biasa Hindia pada 1682, di mana dua tahun kemudian ia kembali ke Batavia.

Baca juga: 

Panjat Sosial Zaman Kolonial VOC

Sementara itu, Rijcklof van Goens dikritik telah melakukan perdagangan privat yang dilarang oleh VOC selama menjabat gubernur Ceylon. Pertentangan di kalangan elite Batavia semakin menyulitkan posisi van Goens. Akhirnya, ia mengundurkan diri sebagai gubernur jenderal. Posisinya digantikan oleh Cornelis Speelman.

Di tengah perjalanan kembali ke Batavia, Rijkloff Junior yang mendengar kabar kematian gubernur jenderal Speelman pada Desember 1684. Ia mencoba untuk menduduki posisi yang ditinggalkan tersebut, terlebih Balthasar Bordt, direktur jenderal juga telah meninggal dunia. Ia menulis surat kepada Heeren Zeventien untuk meminta dukungan. Alih-alih mendapat dukungan, para direktur justru kecewa dengan sikap Rijkloff Junior. “Para direktur dengan marah menanggapi surat Rijkloff Junior dengan menyatakan, jika ia tidak puas dengan posisi yang lebih rendah, maka akan lebih baik baginya untuk kembali ke Belanda,” tulis Odegard.

Tak hanya Rijkloff Junior, masalah juga dihadapi oleh Volckert van Goens yang juga membangun karier di VOC. Latar belakangnya di bidang hukum nyatanya tidak menghentikannya untuk melanggar peraturan perusahaan. Ia dilaporkan terlibat perdagangan privat yang dilarang dilakukan pegawai VOC. Mantan anggota dewan kehakiman ini disebut ikut andil dalam penyelundupan anggur dan bir Jerman. Produk ini dijual secara pribadi di Batavia. Volckert membantah tuduhan tersebut.

“Para direktur kemudian memutuskan bahwa Volckert akan menerima upahnya hanya sampai saat ia pertama kali diperintahkan pulang dan selama pelayaran pulang. Ia tidak akan menerima upah untuk periode yang ia habiskan di Batavia. Volckert van Goens pada akhirnya keluar dari dinas perusahaan, menetap di Schiedam, Belanda, dan kemudian terpilih sebagai anggota dewan kota,” tulis Odegard.*

TAG

batavia voc

ARTIKEL TERKAIT

Awal Mula Meterai di Indonesia Kisah Pejabat VOC Dituduh Korupsi tapi Malah Dapat Promosi Ambisi van Goens Membangun Batavia Baru di Ceylon Nepotisme Sudah Terjadi Sejak Zaman VOC Misteri Rumah Hantu di Gang Pecenongan Hukuman bagi Pejabat yang Memberatkan Rakyat dengan Pajak Kembali ke Sunda Kelapa Bermula dari Nazar Anak Yatim Piatu dan Terlantar pada Masa VOC Koloni Kusta di Teluk Jakarta