Masuk Daftar
My Getplus

Lima Jersey Sepakbola Kontroversial

Tak hanya timnas Indonesia, lima tim ini juga punya desain jersey yang “dirujak” publik. Siapa saja mereka?

Oleh: Randy Wirayudha | 02 Apr 2024
Jersey anyar Timnas Indonesia yang belakangan memicu kontroversi (pssi.org)

TERLEPAS dari isu dan ingar-bingar pro-kontra program naturalisasi PSSI yang berujung pada stempel “Timnas Hindia Belanda”, jersey baru kandang dan tandang timnas Indonesia jadi perbincangan tersendiri. Desain dan kualitas jersey yang baru dirilis 18 Maret 2024 itu mengundang kegaduhan hingga memicu tagar #BoikotErspo dari sebagian pecinta sepakbola Indonesia di linimasa X (sebelumnya Twitter).

Pertama, soal desain seragam baru timnas yang diproduksi apparel Erspo (Ergonomic Sporty Outfit). Sejumlah netizen “merujak” desain jersey kandang yang terlalu sederhana, meski pihak Erspo dan perancangnya dari pihak ketiga, Makna Creative, mengaku mengadopsi dan mengambil inspirasi dari seragam lawas timnas era 1981.

Pun dari segi kualitas, baik jersey versi pemain maupun replikanya yang dijual untuk publik. Sehari pasca-launching, pelatih timnas Shin Tae-yong (STY) mengkritik kualitas jersey latihan yang dianggap kurang bisa menyerap keringat. Klimaksnya, review kualitasnya yang dilakukan komentator, pengamat, cum eks-pelatih timnas futsal Indonesia Justinus Lhaksana di beberapa program siniar Youtube pada Sabtu (30/3/2024). Sosok yang akrab disapa Coach Justin itu mengkritik bahan maupun bagian desain logo Garuda, hingga menilai jersey replikanya tidak pantas dibanderol Rp600 ribu.

Advertising
Advertising

Baca juga: Pionir Sarung Tangan Kiper

Akan tetapi kritik Coach Justin yang sedianya menjadi “penyambung lidah warganet” itu langsung direspons negatif oleh desainernya, Ernanda Putra dari Makna Creative. Dalam sebuah utas di akun X-nya, @ernandaputra, ia berkicau: “Justin yang gue tahu cuma Justin Hubner, Timberlake, dan Bieber. Siapalah dia tiba-tiba jadi ngomongin desain. Udahlah om lo urus saja hidupmu sendiri.”

Respons Ernanda itu justru membuatnya “dikeroyok” warganet yang memihak pada Coach Justin. Sang desainer akhirnya minta maaf. Belakangan, Erspo juga melayangkan permintaan maaf resminya kepada publik sekaligus mengonfirmasi bahwa kerjasama Erspo dan Makna Creative sudah berakhir.

Jersey latihan Timnas Indonesia (pssi.org)

Hal itu juga kembali ditegaskan Muhammad Saddad, founder Erigo Store dan Erspo dalam siniar IntrigueRK di akun Youtube Prof. Rhenald Kasali, Senin (1/4/2024). Saddad dan timnya memilih untuk mendengarkan kritik dan saran setiap pihak dan akan melakukan perbaikan kualitas jersey-nya.

“Saya mewakili tim juga minta maaf karena ramai sekali ya. Anginnya kencang sekali karena ekspektasinya besar, mengingat prestasi timnasnya. Kita akan buktikan dalam beberapa waktu ke depan dengan third jersey dan fourth jersey. Barusan masuk upcoming jersey dikirim dari tim setelah mendengar masukan-masukan,” ungkap Saddad.

Ada benarnya, karena publik sepakbola tanah air sedang punya ekspektasi tinggi usai timnas Indonesia mencetak sejarah dengan lolos pertamakali dari fase grup Piala Asia 2023 dan kemenangan pertama atas Vietnam di kandang lawan dalam 20 tahun terakhir pada kualifikasi Piala Dunia zona AFC belum lama ini. Dalam catatan sejarah sepakbola pun, kegaduhan publik atas jersey kontroversial juga dialami sejumlah tim, baik timnas maupun klub. Berikut lima di antaranya:

Baca juga: Kostum Nyentrik Jorge Campos

Jersey Tandang Fiorentina 1992-1993

Kostum tandang Fiorentina yang menyiratkan simbol swastika (sportbible.com)

Klub asal kota Firenze, Italia ini pernah mengundang kemarahan publik saat merilis seragam away-nya untuk kompetisi Serie A musim 1992-1993. Jersey kandangnya dianggap mempromosikan simbol swastika yang lekat dengan sejarah kelam Jerman Nazi di era Perang Dunia II.

Apparel Lotto yang memproduksi jersey-nya mengeluarkan seragam tandang berwarna dasar putih dengan motif pola- pola bergaris ungu di bagian atas dada dan lengannya. Akan tetapi pola itu menimbulkan efek optik yang mencuatkan simbol swastika di bagian dekat leher dan kerahnya.

Hal itu baru disadari publik dan fans Fiorentina menjelang akhir paruh pertama musim 1992-1993, yakni medio Desember 1992. Pihak klub dan apparel buru-buru menarik jersey tandang itu untuk tidak digunakan lagi oleh tim.

“Fiorentina dan produsen, Lotto, ingin menggarisbawahi bahwa efek optik (lambang swastika) itu hanya kebetulan semata,” ujar klub dalam pernyataannya, dikutip The Guardian, 7 Maret 2012.

Baca juga: Sepp Herberger dan Bayang-bayang Nazi

Jersey Tandang Manchester United 1995-1996

Kostum away yang dibenci Sir Alexander Chapman 'Alex' Ferguson (manutd.com)

Umbro sebagai apparel yang mensponsori Manchester United (MU) untuk menjalani Liga Inggris musim 1995-1996 merilis jersey tandang dengan warna dan motif yang bikin sial. Seragamnya didesain dengan motif-motif mikro berwarna abu-abu muda di bagian dada ke atas dan abu-abu tua di bagian dada ke bawah yang dipisahkan dua garis tebal horizontal hitam-merah.

Sejak awal, pelatih Sir Alex Ferguson sudah mengkritik desainnya. Ia sampai harus merekrut seorang peneliti dan akademisi untuk merangkap tugas sebagai “pelatih mata”. Alasannya, seragam away itu membuat para pemain kesulitan melacak posisi rekan-rekannya karena efek optiknya membuat samar dengan kerumunan penonton.

Alhasil MU kalah empat kali dalam lima laga dengan seragam itu. Klimaksnya terjadi saat bertandang ke The Dell Stadium, markas Southampton, 13 April 1996. Pada  babak pertama saja, mereka keok 0-3.

Saking muaknya, Sir Alex memerintahkan ofisial tim menggantinya dengan jersey ketiga bermotif putih-biru. Kesialan jersey sebelumnya makin terbukti karena sejak menggantinya dengan seragam ketiga di babak kedua, Gary Neville dkk. tak lagi kebobolan sampai laga berakhir.

“Pelatih yang memerintahkannya (ganti seragam). Ia membenci seragam away itu. Sir Alex sampai harus mempekerjakan seorang profesor dari Liverpool University dan spesialis penglihatan, Gail Stephenson,” kenang Neville di laman resmi klub, 29 Agustus 2019.

Baca juga: Bola-Bola Piala Dunia (Bagian I)

Jersey Timnas Kamerun 2002

Seragam sleeveless Kamerun di Piala Afrika 2002 (X @CAF_Online)

Pro dan kontra publik timbul ketika timnas Kamerun mengenakan jersey kandang dan tandang yang terlalu unik untuk turnamen Piala Afrika 2002. Bak tim basket, jersey-nya sleeveless alias tanpa lengan.

Puma selaku produsen merilis jersey kandang dengan warna dasar sebagaimana seragam sebelumnya, yakni atasan hijau dengan motif kuning-merah, serta celana merah, dan kaos kaki kuning. Hanya saja kit atasannya begitu mencolok karena bagian lengannya dihilangkan. Pun dengan seragam kandang berwarna dasar putih dengan motif garis hijau-merah-kuning di bagian ketiak yang lagi-lagi tanpa lengan.

Memang kemudian jersey itu “membawa tuah”. Kamerun sukses merebut trofi Piala Afrika usai menang adu penalti atas Senegal di partai final. Akan tetapi saat hendak tampil di Piala Dunia 2002, FIFA melarang seragam tanpa lengan itu dan memaksa federasi sepakbola Kamerun bersama Puma menambahkan lengan berwarna hitam pada seragamnya.

“Timnas Kamerun bereksperimen dengan seragam tanpa lengan bergaya tim basket pada Piala Afrika 2002, di mana mereka menang setelah mengalahkan Senegal di final. Akan tetapi FIFA menyatakannya ilegal dan melarang Kamerun menggunakannya di Piala Dunia 2002,” tulis Richard Witzig dalam The Global Art of Soccer.

Baca juga: Anomali Kamerun yang Menggegerkan Dunia

Jersey Timnas Kamerun 2004

Kostum onesie Kamerun di 2004 yang dilarang FIFA (X @CAF_Online)

Dua tahun setelah kegaduhan seragam tanpa lengan, Kamerun dengan apparel Puma lagi-lagi bikin heboh dengan seragam “onesie” alias jersey dan celana yang menyatu bak bodysuit. Mereka lagi-lagi mengenakannya saat mengikuti Piala Afrika 2004 di Tunisia.

“Seragam Kamerun onesie atau leotard skintight, tergantung bagaimana Anda melihatnya, eksis pada debutnya di Piala Afrika 2004. Konon katanya didesain demikian karena untuk mengurangi hawa panas atau memang benar-benar murni inovasi terbaru,” tulis Johnny Morgan dalam The Joy of Football: For Those Who Love the Beautiful Game.

Bedanya, kali ini seragam onesie itu “tak bertuah” bagi Samuel Eto’o dkk. Tampil sebagai juara bertahan, tim berjuluk The Indomitable Lions itu terhenti langkahnya di perempatfinal setelah dibekuk Nigeria, 1-2.

“FIFA sebenarnya sudah melarang Kamerun untuk menggunakannya untuk Piala Afrika dan Kualifikasi Piala Dunia. Akan tetapi Kamerun tetap mengenakannya. Akhirnya FIFA memberi hukuman denda 155 ribu dolar kepada Afrika dan sanksi pengurangan 6 poin di kualifikasi Piala Dunia. Puma sebagai produsennya kemudian merilis kits yang sesuai dengan legalitas FIFA,” sambung Witzig.

Baca juga: Bola-Bola Piala Dunia (Bagian II – Habis)

Jersey Eropa Athletic Bilbao 2004-2005

Kostum Athletic Bilbao yang dihujat sebagai kostum "Saus Tomat" (athletic-club.eus)

Untuk merayakan pencapaian klub yang akan tampil di pentas Eropa, UEFA Cup (kini Europa League) musim 2004-2005, Athletic Bilbao ingin para pemainnya mengenakan jersey kandang khusus versi Eropa. Artinya, jersey ini hanya digunakan di laga-laga UEFA Cup, bukan untuk pentas domestik: La Liga dan Copa del Rey.

Khusus musim 2004-2005, manajemen klub merilis jersey produksinya sendiri (in-house). Untuk pentas domestik, seragam tandangnya masih bermotif serupa: motif bergaris putih-merah. Akan tetapi khusus versi kompetisi Eropa, klub merekrut seniman Darío Urzay untuk mendesain baru.

“Bagi saya Athletic adalah klub yang mengantarkan serangkaian mimpi dan harapan. Dan menemukan jersey (Eropa 2004-2005) di museum Athletic Club adalah hal yang sangat memuaskan,” kenang Urzay dalam potongan video “A Museum of Legends: Dario Urzay” di akun Youtube resmi klub, 5 Oktober 2021.

Kendati begitu, jersey desain Urzay itu langsung direspons dengan kritik dan hujatan dari pihak fans. Urzay mendesainnya dengan corak unik berwarna merah yang ia akui terinspirasi dari bercak-bercak darah. Hanya saja bagi fans, jersey itu diejek sebagai jersey “saus tomat” karena mirip baju putih yang terkena noda-noda saus tomat.

Menanggapi banjir kritik, pihak klub bertindak. Jersey itu batal digunakan secara resmi dan hanya sekali tampak di publik ketika dikenakan dalam sebuah laga persahabatan.

“Saya tahu akan menjadi hal yang kontroversial dan hanya diterima oleh sedikit orang. Tapi setidaknya jersey itu menjadi perhatian banyak orang, termasuk orang-orang yang tidak mendukung Athletic,” tukas Urzay.

Baca juga: Serba-serbi Maskot Piala Eropa

TAG

sepakbola timnas indonesia manchester

ARTIKEL TERKAIT

Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion Garrincha dari Pabrik Tekstil ke Pentas Dunia