Europa League Tempo Doeloe
Bermula dari kompetisi pengiring pekan raya perdagangan dan industri. Cap kasta kedua tetap terasa hingga dijuluki “Liga Malam Jumat”.
Pentas pertama UEFA Europa League sejatinya sudah dimulai pada 1955. Namun, pentas kejuaraan itu baru berjalan di bawah naungan UEFA pada 1971-1972. Titik nol kompetisi di bawah Champions League yang baru di-rebranding menjadi Europa League baru dimulai pada 2009. Format baru ini merupakan fusi dengan Intertoto Cup dan Winners Cup.
Mengutip majalah Shoot! edisi 4 April 1970, Europa League “tempo doeloe” masih sebatas kompetisi antarkota bernama lengkap International Industries Fairs Inter-Cities Cup atau sohor disebut Inter-Cities Fairs Cup. Kompetisi ini dicetuskan trio Stanley Rous (Inggris), Ottorino Barassi (Italia), dan Ernst Thommen (Swiss). Ketiganya merupakan anggota komite eksekutif FIFA.
“Kompetisinya awalnya didesain untuk tim-tim yang mewakili kota-kota di Eropa yang rutin menggelar pekan raya perdagangan dan industri. Kompetisi pertamanya dimulai Juni 1955 namun baru selesai pada Mei 1958,” tulis Matthew Taylor dalam The Association Game: A History of British Football.
Baca juga: Awal Mula Liga Champions, Turnamen Para Juara
Turnamennya digelar dalam kurun waktu panjang. Selain berbarengan dengan pekan raya perdagangan, kompetisinya tidak ingin tabrakan dengan jadwal liga di masing-masing negara peserta. Para pemainnya pun cabutan dari klub-klub yang berbasis di masing-masing kota.
Di musim pertama, 1955-1958, 12 tim mengikuti turnamen tersebut. Selain Barcelona XI, ada København XI, Wien XI (kemudian mundur), Birmingham City, London XI, Internazionale, Zagreb XI, Lausanne-Sport, Basel XI, Leipzig XI, Köln XI, dan Frankfurt XI.
Barcelona XI jadi jawara perdananya. Di laga kandang-tandang partai puncak, Barcelona XI membungkam London XI dengan agregat 8-2. Hadiahnya berupa trofi “langsing” berbahan perak yang dikenal sebagai Trofi Noël Béard. Namanya diambil dari seorang industrialis Swiss, di mana trofi ini pun dibuat di salah satu pabrik miliknya.
Setelah dibanjiri apresiasi dari sana-sini, penyelenggara pun membolehkan tim berbasis klub untuk ikut serta di musim berikutnya, 1958-1960. Itupun dengan syarat bahwa klub itu mesti berasal dari kota penyelenggara pekan raya industri dan perdagangan Eropa. Sayang, umur Inter-Cities Fairs Cup hanya sampai 1971.
Era Baru
Barcelona selain jadi pemenang pertama juga jadi pemenang terakhirnya setelah di final menang tipis 2-1 atas Leeds United. “Dengan begitu trofinya secara permanen dimiliki Barcelona. Pada 1971 kompetisinya diambil alih UEFA dan di-rebranded menjadi UEFA Cup,” sebut Heinz Duthel dalam FC Barcelona-Barça.
Selain perubahan nama dan format, turnamen turut menghadirkan trofi baru nan cantik karya seniman Swiss Alex Walter Diggelmann. Berbahan perak dan beralaskan marmer kuning, trofi itu berdimensi tinggi 67 cm, lebar 33 cm, dan berbobot 15 kg. Pembuatnya, pabrikan trofi GDE Bertoni.
Baca juga: Trofi Piala Dunia Tinggal Kenangan
Trofi ini diperebutkan secara bergilir oleh 64 peserta yang diambil dari sejumlah liga di Eropa, khususnya yang tak lolos European Cup (kini Champions League). Sistem kompetisinya berupa knock-out kandang-tandang di lima fase sebelum partai puncak. Finalnya pun digelar dua kali. Tottenham Hotspur menjadi klub pertama yang menjuarainya setelah menjungkalkan sesama klub Inggris, Wolverhampton Wanderers, dengan agregat 3-2.
Perbaruan format terjadi pada musim 1997-1998 di mana finalnya digelar sekali. Seiring ditambahnya jumlah peserta jadi 145 tim di musim 2004-2005, format turnamen kembali dirombak. Kali ini menyamai Champions League, yakni bermula dari penyisihan grup dan baru beralih ke sistem gugur di babak 32 besar.
Meski sudah rebranding, kompetisi UEFA Cup tetap dicap sebagai turnamen Eropa kasta rendahan. Terlebih ia juga menerima “buangan” peserta peringkat tiga fase grup Champions League yang tak lolos ke babak knock-out.
Stigma itulah yang membuat Presiden UEFA Michel Platini kembali merombaknya pada 2009. Selain mengganti namanya menjadi UEFA Europa League, UEFA juga menambah delapan tim peserta. Tujuannya untuk lebih meluaskan hegemoni sepakbola Eropa ke segala penjuru benua, termasuk negara-negara yang selama ini hanya jadi penonton seperti Estonia, Azerbaijan, Makedonia Utara, Malta, atau San Marino.
Baca juga: Wartawan Pencetus Ballon d'Or
“UEFA percaya bahwa sepakbola Eropa butuh kompetisi klub kedua. Kami percaya upaya ini bukan untuk mendikte pihak manapun. Jadi dengan memberikan dorongan dan memastikan warisan kebanggaan terus hidup, kami merekomendasikan format, organisasi dan nama baru. UEFA Cup tidaklah mati namun terlahir kembali dengan UEFA Europa League, kompetisi yang merangkul perbedaan di Eropa,” ungkap Platini dalam buklet Competition Book 2009-2012: Challengers on a European Adventure yang dirilis UEFA pada 2009.
Tetap saja, banyak pihak mengkritik kebijakan UEFA yang dianggap sebagai rebranding tak relevan itu. Turnamennya tetap dianggap kompetisi kasta kedua atau dicap dengan julukan yang lebih konyol: “Liga Malam Jumat”, mengingat tayangannya di Indonesia hadir tiap Jumat dini hari selepas jadwal Champions League di tengah pekan (Rabu dan Kamis dini hari).*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar