Trofi Piala Dunia Tinggal Kenangan
Tak hanya diperebutkan para pesepakbola, trofi Piala Dunia juga diincar Nazi dan pencuri. Trofi pertama dilebur jadi emas batangan.
TROFI Piala Dunia akan kembali diperebutkan oleh timnas dari 32 negara pada 2018 di Rusia. Trofi itu karya Silvio Gazzaniga pada 1971. FIFA memilih desain trofi karya seniman Italia itu setelah mengalahkan 53 rancangan di fase seleksi. Desainnya berupa dua manusia memikul bola dunia di pundaknya.
“Garis-garisnya menanjak naik dari dasar (trofi) menyerupai bentuk spiral, membentang untuk menahan dunia. Dari bentuk yang dinamis itu, muncul dua figur atlet yang sedang menghayati momen kemenangan,” kata Gazzaniga sebagaimana dikutip Donn Risolo dalam Soccer Stories: Anecdotes, Oddities, Lore and Amazing Feats.
Trofi Piala Dunia memiliki tinggi 36,5 cm, bobot 6 kg, dilapisi emas 18 karat, ditopang dua lapis perunggu dengan tulisan: FIFA World Cup. Trofi itu dibuat dan dirampungkan Stabilimento Artistico Bertoni, perusahaan medali dan trofi asal Kota Milan, Italia, sebelum Piala Dunia 1974. Trofi ini untuk pertama kali direbut oleh tuan rumah Jerman Barat.
Sebelumnya, sejak Piala Dunia pertama pada 1930 di Uruguay, yang diperebutkan adalah Trofi Jules Rimet. Posturnya lebih kecil hanya setinggi 35 cm dan berbobot 3,8 kg. Desainnya dibuat Abel Lafleur, pematung Prancis, dua tahun menjelang Piala Dunia 1930. Lafleur mendesain trofi berbentuk decagonal dengan pahatan seorang dewi bersayap di kedua sisi yang ditopang batu pualam.
Trofi dengan pelat emas berlapis perak itu terinspirasi oleh patung Nike, Dewi Kemenangan Yunani Kuno yang terpajang di Museum Louvre. Awalnya, trofi ini dinamai Victory, namun publik lebih mengenalnya sebagai Coupe du Monde. Trofi ini pertama kali dimenangkan Uruguay sebagai tuan rumah Piala Dunia 1930.
Sebelum pecah Perang Dunia II, trofi ini dimiliki Italia sebagai pemenang Piala Dunia 1938. Jika tak disembunyikan, ada kekhawatiran trofi ini akan diambil Nazi-Jerman sebagai sekutu Italia. Di sisi lain, ada dua versi kisah penyelamatan trofi ini.
“Sebuah mitos berseliweran bahwa Ottorino Barassi, pemimpin olahraga Italia, menyimpannya di kotak sepatu dan disembunyikan di bawah tempat tidur. Rumor lainnya mengatakan, Jules Rimet, Presiden FIFA yang menyembunyikan trofi itu di kolong kasurnya. Sebenarnya trofi itu disimpan di brankas sebuah bank di Roma,” tulis John Snyder dalam Soccer’s Most Wanted.
Pasca Perang Dunia, pada 1946 trofi itu diubah namanya menjadi Jules Rimet Trophy. Trofi ini baru kembali diperebutkan pada Piala Dunia 1950 di Brasil. Perang memang sudah usai, namun Trofi Jules Rimet tetap terancam. Empat bulan sebelum Piala Dunia 1966 di Inggris, trofi ini dicuri ketika dipajang pada Pameran Stampex di Westminster Central Hall, 20 Maret 1966. Publik sepakbola dunia geger.
Wakil Ketua Dewan Asosiasi Sepabola Inggris (FA) Jack Steward rela menjadi pihak yang disalahkan. Sehari setelah kejadian, orang tak dikenal menelepon Ketua FA Joe Mears, meminta tebusan 15 ribu poundsterling. Polisi berhasil menciduk pencuri bernama Edward Betchley itu. Sayangnya, polisi tak menemukan trofinya.
Akhirnya, Trofi Jules Rimet ditemukan tanpa sengaja. Pada 27 Maret 1966, ketika jalan-jalan di Beulah Hill, sebuah distrik di tenggara Kota London, David Corbett dan anjingnya, Pickles, menemukan trofi itu terbungkus koran lalu membawanya ke Kantor Polisi Gypsy Hill. Anjing dan tuannya diberi penghargaan, sementara trofinya diserahkan kepada FA sebelum pembukaan Piala Dunia 1966.
FIFA memberikan hak kepemilikan permanen Trofi Jules Rimet kepada Brasil setelah memenangi Piala Dunia untuk ketiga kalinya pada 1970. Federasi Sepakbola Brasil (CBF) memajang trofi itu dalam lemari kaca di markasnya di Rio de Janeiro. Sialnya, pada 19 Desember 1983, markas CBF dibobol maling.
Dalam Futebol: The Brazilian Way of Life, Alex Bellos menguraikan empat perampok membobol sisi belakang lemari kaca tempat Trofi Jules Rimet dengan linggis. Tak hanya itu, setelah mengelabui para penjaga, mereka juga menggondol Trofi Equaitativa dan Jurrito.
Polisi berhasil mengidentifikasi dan menangkap para pencuri yaitu Sergio Pereira “Peralta” Ayres, seorang bankir dan agen pemain; Francisco Rivera, mantan opsir polisi; Jose Luiz Vieira, seorang dekorator, serta Antonio Setta.
Peralta mengakui trofi itu sudah dilelehkan untuk dijadikan emas batangan oleh Juan Carlos Hernandez, pedagang emas asal Argentina. CBF meminta Eastman Kodak untuk membuat replika trofi itu. Presiden Brasil Joao Figueiredo menerima trofi replika itu pada 1984.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar