Masuk Daftar
My Getplus

Ketika Rosihan Anwar Mendampingi Diplomat Inggris

Selama penyelenggaraan Perjanjian Linggarjati, Rosihan Anawar mendapat tugas melayani Lord Killearn. Pekerjaan yang dilakukan tanpa persiapan apapun

Oleh: M. Fazil Pamungkas | 04 Jan 2021
Lord Killearn makan bersama delegasi Indonesia dan Belanda di Perundingan Linggarjati. (Nationaalarchief.nl).

Tahun Baru 1946. Ibukota pemerintahan Republik Indonesia (RI) secara resmi dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Itu terjadi lantaran tentara Belanda kerap melakukan serangkaian upaya penyerangan terhadap pucuk pimpinan Indonesia di Jakarta. Tidak diakuinya ikrar kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi penyebab segala intimidasi itu terjadi. Maka kedua negara perlu segera mengambil jalan keluar atas permasalahan tersebut.

Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan wakilnya ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Adalah Lord Killearn, duta istimewa Kerajaan Inggris untuk Asia Tenggara, yang diperbantukan menengahi pertemuan kedua negara berkonflik tersebut.

Baca juga: Ketika Inggris Membumihanguskan Keraton Yogya

Advertising
Advertising

Pada 7 Oktober 1946, bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan diplomat Belanda Prof. Schermerhorn sepakat melakukan gencatan senjata hingga perundingan di Linggarjati terlaksana. Menurut Moh. Hatta dalam Memoir, pemilihan daerah Kuningan, Jawa Barat tersebut dilakukan agar akhir perundingan diadakan di tempat yang sejuk. Pihak republik juga ingin perundingan dihadiri Sukarno-Hatta yang kebetulan sedang mengunjungi Jawa Barat dan menginap di Kuningan.

“Lord Killearn menuju Cirebon lewat jalan laut dengan menggunakan kapal perang Inggris, Veryan Bay. Delegasi Indonesia menggunakan mobil melalui jalan darat dari Jakarta. Sukarno-Hatta dan rombongannya dari Yogyakarta dengan kereta api,” tulis Rushdy Hoesein dalam Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati.

Pada suatu waktu, sebelum keberangkatan ke Kuningan, Rosihan Anwar dipanggil Mr. Tamzil ke gedung Kementerian Penerangan. Dalam sebuah pertemuan, sebagaimana diceritakan Rosihan dalam Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia: Kisah-kisah Zaman Revolusi Kemerdekaan, Tamzil menyarankan agar Rosihan diperbantukan pada staf delegasi Indonesia di Linggarjati. Tugasnya agak istimewa, yakni menjadi ajudan pribadi Lord Killearn selama pelaksanaan perundingan.

Baca juga: Sukarno di Linggarjati

“Saya setuju, walaupun saya tidak dapat membayangkan seluruhnya apa yang mesti saya kerjakan. Kawan saya berpendapat saya akan jadi tobang, yang dalam istilah ketentaraan Jepang artinya pelayan. Tetapi saya tidak keberatan sekaipun akan jadi tobang. Saya mau cari pengalaman. Lagi pula Lord Killearn bukan orang sembarangan,” kata Rosihan.

Lord Killearn memang bukan orang sembarangan. Dengan tinggi badan hampir 2 meter, Djoko Pitono dalam Soekarno: Gramatical, menyebutnya diplomat “raksasa”. Killearn terkenal sebagai perombak aturan-aturan dan pencipta persetujuan-persetujuan untuk urusan luar negeri Inggris. Dia juga diketahui menjadi diplomat Inggris pertama yang dinaugerahi gelar baron ketika masih aktif bertugas. Sejak 1946, Killearn menduduki jabatan Duta Istimewa Inggris di Asia Tenggara. Ia ditempatkan di Singapura sebagai penasihat untuk urusan politik negeri-negeri di sekitarnya.

Lord Killearn tiba di Kuningan pada 11 November. Begitu juga Rosihan. Namun keduanya tidak dalam satu rombongan yang sama. Lord Killearn didampingi wakilnya, Michael Wright, serta juru bicara Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta, Mac Laren. Setiba di sana, Sjahrir langsung mengadakan perjamuan di kediamannya untuk menyambut Sukarno-Hatta, Lord Killearn, Prof. Schermerhorn dan seluruh rombongan delegasi.

Baca juga: Peran Australia dalam Perundingan Renville

“Barulah saya mulai menyadai apa tugas ajudan pribadi Lord Killearn. Ke mana dia pergi selalu saya ikut,” ujar Rosihan.

Pada suatu petang, Lord Killearn menyatakan keinginannya hendak melihat-lihat pemandangan sekitar Linggarjati. Dengan sigap, Rosihan memanggil mobil Cadillac berwarna hitam untuk dipakai Killearn dan Wright berkeliling. Rosihan duduk di depan, samping supir. Dia bertugas menjawab pertanyaan Lord Killearn, yang rupanya menaruh perhatian besar pada ilmu alam.

Tidak hanya mendampingi, Rosihan juga harus memastikan segala kebutuhan Lord Killearn terpenuhi, baik selama mengikuti perundingan maupun kebutuhan sehari-harinya. Seperti ketika sang diplomat lupa membawa peralatan mandi, Rosihan dengan cepat menyediakan handuk lengkap dengan sabun dan sikat gigi.

“Di mana ada Lord Killearn, di situ saya ada. Sudah barang tentu tidak di samping, di belakang atau di dekatnya. Tetapi sebagai ajudan, saya menunggu di luar selama berlangsung jamuan makan siang. Dan begitu Lord Killearn tampak muncul, maka saya sudah siap menunggunya dengan mobil Cadillac,” kata Rosihan.

Baca juga: Diplomasi Persahabatan ala Sukarno

Selama perundingan, Rosihan hampir tidak bisa mengikuti perdebatan-perdebatan yang terjadi. Fokusnya terpecah dengan tugas sebagai ajudan. Meski sudah bertekad untuk sementara melepas tugasnya sebagai wartawan, tetapi hasratnya sebagai pewarta tidak bisa ia abaikan. Walau pada akhirnya ia tetap tidak bisa memberitakan secara mendalam pembicaraan-pembicaraan perwakilan Indonesia dan Belanda.

Perundingan di Linggarjati berlangsung selama tiga hari. Rombongan Belanda lebih dahulu meninggalkan Kuningan untuk kembali ke Jakarta. Sementara rombongan Indonesia dan Lord Killearn kembali pada 14 November. Sebelum pulang, Lord Killearn mendermakan 100 Poundsterling kepada Residen Cirebon untuk lembaga amal di sekitar Linggarjati. Dengan demikian barakhirlah tugas Rosihan menjadi tobang atau ajudan pribadi Lord Killearn di Linggarjati.

TAG

perundingan linggarjati rosihan anwar

ARTIKEL TERKAIT

Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika Hukuman Penculik Anak Gadis Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI