Sutan Syahrir (Soetan Sjahrir) lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909. Ayahnya bernama Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan ibunya bernama Puti Siti Rabiah yang berasal dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Ia mempunyai saudara perempuan yang bernama Rohana Kudus. Ia memulai pendidikannya di ELS (Europeesche Lagere School) atau setingkat sekolah dasar. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS, ia kemudian masuk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setingkat dengan sekolah menengah pertama atau SMP. Tamat dari MULO pada tahun 1926, ia kemudian pindah ke Bandung dan bersekolah di AMS (Algemeene Middelbare School). Tamat dari AMS, ia kemudian berangkat ke Belanda dan melanjutkan kuliahnya disana. Ia kemudian masuk fakultas hukum di Universitas Amsterdam.
Di Belanda, ia bekerja di Sekretariat Federasi Buruh Transportasi Internasional. Sjahrir kenal baik dengan Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan juga wanita bernama Maria Duchateau yang kelak menjadi istrinya yang ia nikahi pada tahun 1932. Sutan Syahrir juga bergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Pada 1931, Hatta meminta Syahrir pulang lebih dulu ke Indonesia untuk mengembangkan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-baru.
Pada masa pendudukan Jepang, Sutan Syahrir membangun jaringan untuk mempersiapkan diri merebut kemerdekaan tanpa bekerja sama dengan Jepang. Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir kemudian ditunjuk oleh Presiden Sukarno sebagai Perdana Menteri pertama Republik Indonesia sejak 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947.
Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948 yang berhaluan kiri dan menganut ideologi sosialisme. PSI akhirnya dibubarkan pemerintah pada tahun 1960, setelah kedapatan mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.