Haji Agus Salim lahirkan 3 Oktober 1884 di Kota Gadang, Sumatera Barat. Ayahnya bernama Sutan Muhammad Salim, seorang jaksa kepala yang pernah bertugas di Riau dan Medan. Jabatan ayahnya itulah yang memungkinkannya menempuh pendidikan pada ELS (Europese Lagere School = Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian dilanjutkan di HBS (Hogere Burgere School). Agus Salim dapat menguasai beberapa bahasa asing, yakni bahasa-bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Arab, Turki dan Jepang.
la berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, mulai dari penterjemah hingga pembantu notaris. Ia merantau ke Indragiri dan Riau, dan akhirnya ke Jeddah, Saudi Arabia. Tahun 1911 Agus Salim kembali ke tanah air. Setahun kemudian ia pulang ke kampung halamannya dan mendirikan HIS (Holland Inlandse School) yang diasuhnya sampai tahun 1915. Tahun 1919, bersama Semaun, ia mendirikan Persatuan Pergerakan Kaum Buruh. Organisasi ini menuntut kepada Pemerintah Belanda supaya di Indonesia segera didirikan Dewan Perwakilan Rakyat yang sesungguhnya.
Semula, Agus Salim menganut aliran kooperasi sehingga antara tahun 1921-1924 ia duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat) menggantikan Tjokroaminoto. Pada 1924 ia keluar dari Volksraad dan mulai menganut aliran non-kooperasi. Setelah Cokroaminoto meninggal tahun 1934. Agus Salim diangkat sebagai ketua Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), nama yang dipakai Sl sejak tahun 1929.
Pada jaman Jepang, ia masuk PUTERA hingga menjadi anggota PPKI. Setelah kemerdekaan, ia duduk di dalam Kabinet Palementer sebagai Wakil Menteri Luar Negeri (tanggal 2 Oktober 1946-2 Juli 1947), lalu Menteri Luar Negeri, dari 3 Juli 1947 hingga Agresi Militer II Belanda. Dan bersama pemimpin lain, ia diasingkan ke Sumatra. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.657 tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961, Haji Agus Salim dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.