Masuk Daftar
My Getplus

Penyakit Sifilis di Hindia Belanda

Sifilis tiba di Asia, termasuk Nusantara, seiring kedatangan Portugis. Ia penyakit baru yang mematikan.

Oleh: Aryono | 06 Sep 2024
Sir Thomas Stamford Raffles. (Wikimedia Commons).

SEKIRA 1521, rombongan pelayaran laut Ferdinand Magellan dari Spanyol berlabuh di wilayah yang sekarang disebut Indonesia Timur dan Filipina Selatan. Dalam rombongan itu turut pula penulis Antonio Pigafetta. Dalam laporannya, Pigafetta menulis ada penduduk di kepulauan tersebut yang terjangkiti penyakit Portugis atau sifilis.

Menurut Peter Boomgaard dalam “Syphilis, Gonorrhoea, Leprosy and Yaws in the Indonesian Archipelago 1500-1950”, termuat di jurnal Manusya No. 14 tahun 2007, yang dimaksud Pigafetta kemungkinan adalah daerah Maluku sekarang, tempat kali pertama armada Portugis memulai perdagangan rempahnya.

Sifilis tiba di Asia, termasuk Nusantara, seiring kedatangan Portugis. Ia penyakit baru yang mematikan. Kendati belum ada data pasti, sifilis menyebar dengan cepat. Terlebih setelah terjalin interaksi dengan penduduk setempat. “Penyebaran agama mungkin mengurangi dampak sifilis di masyarakat yang agak longgar tentang hubungan seksual pranikah,” tulis Boomgaard.

Advertising
Advertising

Keterangan lebih terang mengenai sifilis di Nusantara terdapat pada tulisan seorang pelancong Jerman bernama Johann Jacob Saar. Sekira 1644-1660, dia berdiam di kota pelabuhan Banten, ujung barat Jawa. Di sana dia menerangkan untuk berhati-hati dengan beberapa orang, sebab sebagian dari mereka tertular penyakit Naples atau Mal de Naples, sebutan lain orang Eropa untuk sifilis.

Baca juga: Akar Historis Penyakit Sifilis

Sumber lokal, kendati seringkali dipenuhi mitos, juga mencatat keberadaan penyakit ini. Dalam Sejarah Melayu, sastra Melayu terpenting yang kemungkinan ditulis Tun Sri Lanang (bendahara Kerajaan Malaka) dan selesai tahun 1612, diceritakan penguasa baru Palembang menikahi perempuan setempat. Setelah malam pertama, istri sang penguasa memperlihatkan tanda-tanda terjangkit penyakit kelamin. Dan ternyata, tulis Boomgaard, hal yang sama juga terjadi pada 39 perempuan lain yang dinikahi sang penguasa.

Kisah lokal lain mengenai penyakit sifilis ada pada Babad Tanah Jawi, yang ditulis di Surakarta tahun 1836. Dikisahkan, Brawijaya, penguasa terakhir Majapahit, menderita sakit “raja singa”. Dalam mimpi, dia mendapat bisikan bahwa penyakitnya dapat sembuh jika menikahi putri Wandan Kuning yang berasal dari Campa (kini, Vietnam).

“Keterangan dari sumber lokal memang belum bisa diverifikasi. Namun yang jelas, Bontius, dokter pribadi Jan Pieterzoen Coen, yang pernah menulis 19 penyakit khas daerah tropis, tidak menulis mengenai nama penyakit sifilis,” ujar sejarawan Agus Setyawan. Bontius adalah nama tenar dari Jacob de Bondt (1592-1631) yang menyelesaikan buku berjudul De Medicana Indorum pada 1642.

Penyakit kelamin berkembang seiring praktik perzinahan dan pergundikan yang tumbuh subur di kota-kota besar dan pelabuhan pada abad ke-17. Pada 1650, didirikan vrouwen-tutchuis atau panti perbaikan perempuan dengan tujuan merehabilitasi para perempuan yang bekerja sebagai pemuas seks orang-orang Eropa dan melindungi mereka dari kecaman masyarakat.

“Dalam kurun waktu yang panjang, penyakit sifilis seperti hilang dari berita. Kemudian baru muncul kembali pada era pemerintahan Inggris, dengan Raffles sebagai penguasa kala itu,” ujar Agus Setyawan.

Baca juga: Dari Bersin hingga Penyakit Kelamin

Saat menjadi wakil Inggris di Hindia Timur, Thomas Stamford Raffles ditemani seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama William Hunter memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan masyarakat Jawa, yaitu masalah penyakit cacar dan penyakit kelamin.

“Upaya menyembuhkan para tentara di Weltevreden dan Buitenzorg dari keluhan penyakit kelamin. Dan cukup bijaksana jika peraturan yang sudah ditetapkan di India terkait pemeriksaan pelacur dan perawatan kesehatan harus diterapkan di pos-pos utama pulau ini,” tulis Gani A. Jaelani dalam Penyakit Kelamin di Jawa 1812-1942.

Di era Raffles, dua rumah sakit khusus penderita sifilis dibangun: Yogyakarta pada 1816 dan Surabaya pada 1820. Sejak itu, mata pemerintah tak dapat lepas dari bertambahnya jumlah penderita sifilis.*

Baca tulisan premium tentang sifilis: Mengikis Penyakit Sifilis

TAG

sifilis

ARTIKEL TERKAIT

Akar Historis Penyakit Sifilis Plus-Minus Belajar Sejarah dengan AI Mengenang Amelia Earhart yang Mampir di Bandung Di Balik Operasi Bayi Biru yang Bersejarah Asal Nama Bengkulu Babak Awal Sejarah Sepeda Motor Besi dan Nama Sulawesi Jejak Mesin Faks Menerangi Sejarah Lampu Melihat Lebih Jernih dengan Kacamata