- Bonnie Triyana
- 6 Jan 2013
- 3 menit membaca
Diperbarui: 25 Jul
SAYA tak melihatnya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Dia lebih mirip seorang aktor: berpenampilan dendi, pandai bernyanyi, menari cha-cha dan lihai berakting. Dia selalu punya cara supaya bisa tetap menikmati sebuah pembunuhan: sambil mendengarkan musik, bernyanyi, berfantasi karena marijuana dan tentu menenggak minuman keras.
Malam-malam yang tak terbayangkan mengerikannya bagi sang korban adalah aksi teatrikal yang fantastis bagi dirinya. Anwar Congo, nama lelaki tua itu, seperti mendatangkan mimpi buruk dari masa lalu.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












