Masuk Daftar
My Getplus

Misteri Piala Dunia di Patagonia

Sebuah kerajaan di Amerika Latin menghelat Piala Dunia. Masih jadi misteri hingga kini.

Oleh: Randy Wirayudha | 08 Jul 2018
Dokumentasi yang dipercaya sebagai momen pembukaan Piala Dunia di Patagonia 1942. Foto: Pressbook "Il Mundial Domenticato"

EUFORIA dan pengaruh sepakbola tak mengenal situasi dan kondisi. Bahkan saat sebagian besar wilayah di bumi terbakar Perang Dunia II, pesta permainan si kulit bundar tetap bergulir lewat perhelatan Piala Dunia 1942 di Amerika Latin.

Sebagaimana “Piala Dunia” tak resmi di Jerman, Piala Dunia ini juga tak diakui. Organisasi sepakbola manapun, terlebih FIFA, tak pernah mengakuinya. “Memang Piala Dunia 1942 tak pernah disebutkan di buku sejarah manapun, namun pernah dimainkan di Patagonia, Argentina,” ungkap Osvaldo Soriano dalam Pensare con i Piedi.

“Piala Dunia” Patagonia, wilayah yang –kini terbagi antara Argentina dan Cile– pada 1942 masih masuk ke dalam kekuasaan Raja Antoine III dari Kerajaan Araucanía dan Patagonia, berlangsung pada medio November 1942. Turnamen ini digagas Menteri Olahraga Kerajaan Patagonia asal Balkan, Count Vladimir von Otz. Pesertanya diikuti 12 tim.

Advertising
Advertising

Tim-tim yang berlaga tak hanya tim nasional Italia, Polandia, Jerman, Brasil, Skotlandia, Inggris, Uni Soviet, Uruguay, Spanyol, dan Prancis, tapi juga tim-tim lokal Real Patagonia dan Mapuche. Mereka umumnya diisi pemain yang merupakan imigran, pekerja tambang, buruh, dan orang-orang Indian Mapuche.

Laga pembuka digelar 8 November 1942 dengan menghadirkan tim Italia kontra Real Patagonia. David Wood dalam Football and Literature in South America menguraikan, Piala Dunia 1942 Patagonia memunculkan tim Indian Mapuche sebagai juara setelah di final mengalahkan Jerman 2-1.

Meski banyak orang hingga kini masih mempertanyakan kebenaran turnamen tersebut, selubung misteri Piala Dunia mulai tersibak tahun 2011 kala sineas Italia Lorenzo Garzella dan Filippo Macelloni merilis dokumenter bertajuk “Il Mundial Dimenticato” atau “Piala Dunia yang Hilang”. Dokumenter 95 menit itu menampilkan riset jurnalis senior Argentina Sergio Levinsky, beberapa temuan Garzella-Macelloni, dan wawancara sejumlah tokoh mulai Jorge Valdano (mantan striker Argentina) hingga João Havelange (presiden FIFA 1974-1998).

Dokumenter itu juga menyajikan seorang Indian Mapuche bernama Sarkento yang mengaku turut menjadi bagian tim Mapuche. “Di antara para pemain di tim (Mapuche), saya yang paling muda. Itulah kenapa saya sekarang (2011) masih hidup,” ujar Sarkento dalam dokumenter itu.

Dari sejumlah temuan Garzella-Macelloni yang ditampilkan dokumenter, ada foto upacara pembukaan yang memampang Van Otz sedang berdiri di antara kedua tim dengan memegang trofi Jules Rimet. Van Otz merupakan orang yang menugaskan Guillermo Sandrini, kameramen Argentina berdarah Italia, mendokumentasikan “Piala Dunia” Patagonia. Trofi Jules Rimet yang ada di foto hingga kini masih jadi misteri apakah asli atau hanya replika.

Penelusuran Levinsky belum sampai ke situ. Pun dengan temuan arsip rekaman Guillermo Sandrini. Mayoritas orang mengganggap Piala Dunia itu misteri berselubung mitos atau sekadar legenda.

Ketidakpercayaan publik diperkuat oleh beberapa keganjilan dalam dokumenter. Salah satunya, ada wasit di turnamen itu yang merupakan putra Butch Cassidy, bandit pelarian dari Amerika Serikat. Dia dikatakan mewasiti laga bukan dengan peluit, tapi dengan pistol.

Alhasil, banyak orang menganggap dokumenter itu cenderung sebuah Mockumentary alias dokumenter palsu. Pendapat lain, termasuk dari tokoh-tokoh yang diwawancara dokumenter itu, menganggap “Piala Dunia” Patagonia sekadar legenda.

“Meski jika (Piala Dunia Patagonia 1942) itu hanya sebuah legenda, tetap penting bagi sepakbola,” kata Havelange di dokumenter itu sebelum tutup usia pada 2016.

Baca juga: 

Piala Dunia yang Tak Diakui
Bola-Bola Piala Dunia (Bagian I)
Bola-Bola Piala Dunia (Bagian II – Habis)
Serba Pertama di Piala Dunia (Bagian I)
Serba Pertama di Piala Dunia (Bagian II – Habis)

TAG

Piala-Dunia Sepakbola Patagonia Count-Otz Argentina Mapuche

ARTIKEL TERKAIT

Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian II – Habis) Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian I) Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi Riwayat NEC Nijmegen yang Menembus Imej Semenjana Geliat Tim Naga di Panggung Sepakbola Mula Bahrain Mengenal Sepakbola Enam Momen Pemain jadi Kiper Dadakan Memori Manis Johan Neeskens Kenapa Australia Menyebutnya Soccer ketimbang Football? Kakak dan Adik Beda Timnas di Sepakbola Dunia