Hari ini, 27 Juni, 66 tahun silam. Di hadapan 40 ribu penonton yang memadati stadion Wankdorf, Bern, Swiss, wasit Arthur Ellis asal Inggris dengan percaya diri memasuki lapangan didampingi dua hakim garis dan diikuti dua tim yang akan saling berhadapan. Ellis bangga dipercaya memimpin pertandingan yang kemudian dijuluki “Battle of Berne” itu.
“Kupikir itu akan menjadi pertandingan terhebat yang pernah aku lihat. Aku berada di puncak dunia,” ujarnya sebagaimana dikutip Guy Hodgson dalam “Footbal: Ellis a Knockout During the Battle of Berne”, dimuat di independent.co.uk.
Pertandingan yang dipimpin Ellis itu merupakan partai perempat final Piala Dunia 1954 antara Brasil melawan Hungaria. Tiga partai perempat final lainnya mempertemukan Austria kontra Swiss, Uruguay kontra Inggris, dan Jerman Barat kontra Yugoslavia.
Baca juga: Rupa-Rupa Perjalanan Rombongan Piala Dunia Pertama
Dalam partai yang dipimpin Ellis, Hungaria dijagokan karena performanya sedang berada di puncak. Dua tahun sebelumnya, negeri itu meraih medali emas cabang sepakbola di Olimpiade Helsinki.
“Tim luar biasa ini dipimpin Wakil Menteri Olahraga, Gustav Sebes, dan di bawahnya seorang pelatih, Gyula Mandi. Latihannya dilakukan bervariasi dan inventif, dan para pemain didorong untuk berlatih atletik, bahkan mendaki gunung. Tak perlu dikatakan ada penekanan besar pada pelatihan dengan bola –masih, luar biasa, hal yang langka di Inggris yang konservatif– dan 'situasi pertandingan' diciptakan kembali dalam latihan,” tulis Brian Gianville dalam The Story of the World Cup: The Essential Companion to South Africa 2010.
Para pendukung Hungaria jelas tak kecewa. Meski tanpa bintang Ferenc Puskas yang absen karena cedera, Hungaria langsung memimpin dua gol –lewat striker Nandor Hidegkuti dan Sandor Kocsis– ketika pertandingan belum mencapai 10 menit. Brasil memperkecil ketinggalan lewat titik putih yang dengan baik dieksekusi Djalma Santos. Hujan deras yang mengguyur stadion membuat lapangan licin dan bola sulit dikendalikan.
Bertahan hingga paruh pertama, skor 2-1 berubah ketika Mihaly Lantos menambah keunggulan Hungaria ketika babak kedua baru berjalan delapan menit. Tensi pertandingan makin tinggi di babak kedua. Pelanggaran demi pelanggaran makin sering dilakukan kedua tim.
Baca juga: Serba Pertama di Piala Dunia (Bagian I)
Perkelahian pun tak dapat dielakkan. Nilton Santos dan Josef Bozsik saling pukul setelah Bozsik tak terima ditekel keras Santos. Wasit Ellis langsung mengusir keduanya dengan kartu merah. Selang beberapa saat kemudian, giliran Djalma Santos mengejar Zoltan Czibor. Empat menit menjelang peluit akhir, giliran striker Brasil Humberto Tozzi yang diusir Ellis karena menendang bek Hungaria Gyula Lorant. Ellis tak peduli meski Tozzi berlutut meminta maaf.
Perkelahian baru berhenti ketika Ellis meniup peluit akhir di mana skor 4-2 untuk Hungaria. Namun, ternyata perkelahian berhenti hanya sementara. Puskas yang duduk di pinggir lapangan ogah ketinggalan sehingga ikut berkelahi meski masih cedera.
“Dia melemparkan botol ke wajah Pinheiro dan mengakibatkan luka yang perlu dijahit dengan cepat,” tulis Mark Ryan dalam Lowdown: A Short History of the World Cup.
Baca juga: Serba Pertama di Piala Dunia (Bagian II – Habis)
Ulah Puskas memicu balas dendam dari tim Brasil. “Tim Brasil menyerbu ruang ganti Hongaria setelah pertandingan untuk melanjutkan pertarungan,” sambung Ryan. Upaya kiper Brasil Castilho menenangkan rekan-rekannya gagal. Botol dan sepatu bola dilemparkan tim Brasil kepada lawan mereka. Para anggota tim Hungaria pun banyak menjadi korban “Gustav Sebes (wakil menteri olahraga Hungaria, red.) pipinya terluka,” tulis Gianville.
“Mereka berperilaku seperti binatang. Itu memalukan,” kata Ellis.
Tawuran baru berhenti ketika Presiden Komite Piala Dunia Swiss Ernst Thommen turun ke ruang ganti untuk menengahi. Namun upaya itu telat, korban telah berjatuhan. Yang memprihatinkan, panitia tak bertindak tegas meski ada tawuran, bahkan sejak perkelahian antar-pemain kedua tim terjadi di saat pertandingan. Masing-masing ofisial tim pun menolak menghukum para pemainnya yang terlibat. Hebatnya, kata Ellis, badan pengatur sepakbola tidak melakukan apapun.
“FIFA menutup mata. Terlalu banyak anggota komite takut kehilangan perjalanan ke tempat-tempat bagus. Itu pertandingan yang mengerikan,” kata Ellis yang kebanggaannya memimpin pertandingan seketika berubah begitu melihat hasilnya di luar dugaan.