PERSIJA DAY. Dua kata yang akan berlaku kala klub kebanggaan ibukota Persija Jakarta berlaga di kompetisi manapun. Di momen itu, kelak takkan hanya puluhan ribu Jakmania yang akan memerahkan seisi stadion, pun juga para PNS Pemprov DKI.
Bentuk dukungan, begitu kata Gubernur Anies Baswedan kala mengorbitkan wacana mewajibkan para PNS mengenakan kostum Persija kala Persija Day. Wacana itu dilontarkannya usai menjamu Persija dan Jakmania ber-halal bihalal di rumah dinas gubernur, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, 27 Juni lewat.
“Kalau hari itu Persija tanding, kita akan dukung dengan cara menggunakan kostum Persija. Kostumya sendiri sedang dipersiapkan desainnya supaya kalau rapat-rapat juga tidak pakai kaos oblong,” kata Anies, dikutip Kumparan, Senin (1/7/2019).
Wacana itu tak pelak mengundang pro-kontra. Ketua Fraksi PDIP di DPRD DKI Gembong Warsono mencibir bahwa Anies lebay. Sementara, Ketua Fraksi Golkar Ashraf Ali mengingatkan soal lebih penting menyelesaikan stadion untuk markas Persija terlebih dulu ketimbang gembar-gembor soal jersey.
Terlepas dari pro-kontra, jersey atau kostum merupakan atribut wajib fans sebagai bentuk dukungan. Saat Persija berlaga, Anies memang cukup sering nongol di stadion lengkap dengan atribut Persija. Jersey yang dipakainya kadang berwarna oranye cerah, kadang merah. Dua warna itu merupakan warna kostum tim Macan Kemayoran.
Baca juga: Persija dari Masa ke Masa
Warna kebanggaan yang tentunya berkelindan dengan lahirnya Persija dengan nama Voetbalbond Boemipoetera (VBB) pada 28 November 1928. Nama klub berubah lagi seiring zaman menjadi Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) pada 30 Juni 1929, dan Persidja (EYD: Persija) pada Mei 1942, akibat peralihan penguasa negeri dari Hindia Belanda ke Jepang yang mengharuskan penghapusan nama-nama yang berbau Belanda.
Merah, Oranye, Merah Lagi
Saat halal bihalal dengan Persija dan Jakmania akhir Juni silam, Anies mengenakan jersey Persija berwarna merah. Warna jersey Anies itu berbeda dari yang dikenakannya saat menjamu iring-iringan pawai tim Persija usai juara Liga 1 2018 di Balai Kota, Desember 2018, yakni oranye.
Dalam perjalanan sejarahnya, Persija memang pernah berganti warna kostum dari merah ke oranye, dan kini merah lagi. Di masa kolonial, Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) –nama resmi klub sebelum menjadi Persija, berdiri pada 30 Juni 1929– menggunakan warna jersey merah dikombinasi celana putih. Dwi warna “rasa” Indonesia itu, yang diprakarsai pendiri klub Soeri dan A. Alie Soebrata, dipilih sebagai bentuk dukungan klub terhadap pergerakan kemerdekaan.
“Merah adalah kekoeatan dan Poetih adalah kehaloesan,” tulis artikel “Riwajat VIJ” di edisi khusus “Sepoeloeh Tahoen VIJ” yang dimuat suratkabar Pemandangan, 20 September 1938.
Warna merah dan putih tetap dipertahankan melewati zaman pendudukan Jepang hingga Indonesia merdeka. Dwi warna sebagai penegas bahwa Persija turut dalam gerakan pemersatu bangsa baik di dalam maupun luar lapangan, antara lain dengan menyokong pendirian PSSI.
“Warna merah dan putih tetap dipertahankan walau VIJ sudah mengindonesiakan namanya menjadi Persija. Di bawah Joesoef Jahja, Persija masih tetap sama seperti dulu yang menjadi pusat bertemunya pemain dari berbagai macam suku bangsa di Indonesia,” ungkap Ario Yosia dalam Gue Persija.
Baca juga: Persija dan PSMS Berbagi Trofi Juara
Warna merah-putih akhirnya diganti ketika Persija diasuh Gubernur DKI Sutiyoso pada 1997. Saat itu, Persija tengah terpuruk sampai berada di urutan ke-10 Divisi Barat Liga Indonesia musim 1996/1997.
“Sutiyoso galau. Ia sudah berusaha mendongkrak prestasi Persija sejak 1997. Sutiyoso ingin warga ibukota disatukan oleh sebuah bahasa universal: sepakbola. Ia bikin gebrakan menjelang Liga Indonesia 1997/1998 yang bergulir tanpa sponsor. Ia merekrut manajer tim perempuan enerjetik Diza Rasyid Ali dan mulai mengganti warna jersey-nya dari merah menjadi oranye kemerahan,” sebut Hardy R. Hermawan dan Edy Budiyarso dalam biografi IGK Manila, Panglima Gajah, Manajer Juara.
Warna oranye dianggap Sutiyoso sebagai warna yang megah. Selain itu, untuk membedakan dari tim-tim lain yang juga kerap pakai warna merah, seperti PSM Makassar, Persipura Jayapura, atau timnas Indonesia. Kostumnya juga disematkan gambar kepala macan sebagai penegasan julukan Macan Kemayoran.
Warna oranye lantas dipopulerkan Jakmania, organisasi pendukung Persija yang juga lahir pada 1997. Aura oranye itu terbukti mendongkrak prestasi. Di Liga Indonesia 1997/1998, Persija melonjak ke posisi dua klasemen Divisi Barat. Sialnya, Liga Indonesia dihentikan gara-gara huru-hara Mei 1998. Namun, tak lama setelah liga kembali digulirkan, Persija berhasil juara lagi di Liga Indonesia 2001.
Lima belas tahun berselang, Persija kembali mengenakan kostum merah. Momen comeback itu tepatnya dimulai saat Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Kostum merah didampingi warna putih, hitam, dan kuning –sebagai kostum kedua dan ketiga– ini masih dipertahankan sampai sekarang.
Baca juga: Jakmania Setia Mengawal Persija
“Warna merah jadi warna utama karena merupakan warna legendaris Persija. Juga karena ada permintaan dari warga Jakarta dan klub anggota Persija. Oranye dijadikan warna ketiga,” tandas Gede Widiade saat masih menjabat Direktur Utama Persija, dilansir Bolalob, 29 November 2017.