Masuk Daftar
My Getplus

Kekejaman Barisan Macan Loreng

Seorang haji memihak kepada Belanda. Menghabisi pemuka agama Islam dan santrinya dengan keji.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 17 Jul 2022
Pejuang Indonesia yang tertangkap sedang diinterogasi oleh orang yang diduga kaki tangan Belanda, di Jawa Barat, 13 Desember 1947. (Arsip Nasional Belanda).

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan sungguh berat. Di awal kemerdekaan, pejuang Indonesia harus menghadapi tentara Jepang yang ditugaskan menjaga status quo. Pejuang Indonesia kemudian berhadapan dengan Sekutu yang terdiri dari tentara Inggris, India, dan Gurkha. Setelah tugas Sekutu selesai, Indonesia melawan tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Selama perang kemerdekaan, banyak serdadu Jepang dan Sekutu –terutama tentara India muslim– yang membelot ke pihak Indonesia. Ada juga tentara Belanda yang bergabung dengan tentara Indonesia, seperti Poncke Princen. Mereka menjadi sukarelawan asing yang membantu perjuangan Indonesia. Sebaliknya, di luar serdadu kolonial KNIL, Belanda juga merekrut orang-orang Indonesia.

Baca juga: Perburuan Desersi Poncke Princen

Advertising
Advertising

Di Jakarta misalnya, Letnan Dua Koert Bavinck, perwira intelijen Belanda, membentuk HMOT (Hare Majesteit’s Ongeregelde Troepen atau Pasukan Non-Organik Sang Ratu). Anggota pasukan pribumi ini direkrut dari bekas laskar dan jawara.

Anak-anak muda bumiputra itu tidak hanya sebagai penunjuk jalan, tapi juga bertempur seperti serdadu. “Mereka memiliki andil besar dalam kejatuhan Karawang dan Cikampek ke tangan Belanda pada 23 Juli 1947,” kata Robert B. Cribb, sejarawan Australia, kepada Hendi Jo, penulis Historia.id.

Baca juga: HMOT, Pasukan Bumiputra Pembela Ratu Belanda

Selain di Jakarta, tentara Belanda bisa jadi juga membentuk pasukan-pasukan pribumi di berbagai daerah, seperti di Jawa Barat.

Di front Bandung, Panglima Divisi Siliwangi Kolonel A.H. Nasution menyaksikan kepanikan rakyat dan kegugupan pasukan karena musuh muncul dan memukul di mana-mana, sampai ke tempat-tempat yang selama ini dianggap aman.

Baca juga: Cerita Pengkhianatan Perwira TNI

Nasution menyebut tentara Belanda membentuk pasukan garong untuk mengacau di kampung-kampung perbatasan.

“Mereka disuruh pula oleh Belanda untuk menangkap pemuda-pemuda, membunuh secara kejam rakyat yang tak mau masuk NICA, dan ada pula yang dipakai mereka sebagai perisai dalam pertempuran,” kata Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 3 Diplomasi Sambil Bertempur. NICA (Nederlandsch Indische Civiel Administratie) adalah Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.

Pihak Indonesia juga memberdayakan orang-orang yang berkerja di dunia hitam. Barangkali daripada mereka dimanfaatkan oleh tentara Belanda, maka Mayor Jenderal TNI dr. Moestopo berinisiatif membentuk pasukan yang terdiri dari pencuri, pencopet, dan pelacur. Mereka dikirim ke daerah pendudukan Belanda untuk mengacaukan situasi dan menurunkan daya tempur pasukan Belanda.

Baca juga: Maling Pun Ikut Revolusi Kemerdekaan

Selain pasukan garong, kata Nasution, Belanda juga mempergunakan penduduk yang lemah pendiriannya untuk menjadi kaki tangan dan provokator. “Seperti Barisan Macan Loreng Haji Yusuf di Tagogapu, Padalarang,” kata Nasution.

Nasution mencatat, Barisan Macan Loreng melakukan aksinya pada 11 Juli 1946. Kepala pasukan Macan itu membunuh seorang pemuka agama Islam, H. Akhmad Rujadi, dan beberapa orang santrinya, karena menolak mentah-mentah desakan mereka untuk memihak kepada Belanda.

Haji Yusuf dan pengikutnya membunuh dengan keji. “Kepala korban-korban itu sampai mereka kupas,” kata Nasution. Sayangnya, Nasution tidak menjelaskan bagaimana akhir dari Haji Yusuf dengan Barisan Macan Lorengnya.

TAG

revolusi indonesia

ARTIKEL TERKAIT

Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro